7. sialan

15.7K 2.3K 181
                                    

Om son di mulmed tuh sering senyum2, tapi knp klo lagi ngomong sama Fra tuh jutek kek org ga punya duit plus banyak utang sih om 🤭😆

Frada POV

"Di sini kopinya enak?" Tanya pak Edison setelah kami duduk di sudut depan, dekat dengan pintu masuk, kepalanya memutar mengedar pandangan.
Akhirnya di sinilah kami berada, di Kopi Kalyan yang jaraknya tidak terlalu jauh dari Tuang Coffee.

"Gak tau pak, belum pernah ngopi di sini" Jawabku pelan lalu menunduk mengamati handphoneku.

Sedari keluar dari Tuang Coffee jariku ini sudah tidak tahan untuk menghubungi Alan yang ku dapati duduk dengan lengan melingkar di pundak seorang perempuan.

Dasar emang sialan, kalau tidak ada pak Edison, sudah habis isi di dalam tempat kopi itu aku acak-acak dan aku lempar ke arahnya.

Ngakunya tadi bilang dinas keluar kota, pantas saja dia selalu memberi alasan untuk tidak menjemputku.

Sial, 5 tahun pacaran dan ujung-ujungnya di selingkuhin, ngabisin waktu banget sih.

Entah sejak kapan dia selingkuh, main api juga, belum tahu berurusan sama siapa. Tanpa sadar tanganku mengerat menggenggam handphone.

"Fra, kamu mau pesan apa?" Suara pak Edison membuatku mendongak dan melihat pelayan yang berdiri di antara kami.

Pak Edison memberikan buku menu yang hanya diberikan satu oleh si pelayan.

"Bapak udah pesan?" Tanyaku setelah menegakkan punggung dan meletakkan handphone di atas meja.

"Saya mau nyobain affogato lemon" Jawabnya.

"Samain deh" Kataku tak bersemangat karena malas memilih menu setelah melihat sesuatu yang bikin hati gondok.

"Jangan yang sama, kamu pesan yang beda biar nanti kita saling nyicipi" Pak Edison mengambil buku menu dari tanganku.

"Kamu cobain es kopi susu pisang aja" Katanya lalu mendongak dan  tersenyum memperlihatkan kedua lesung pipinya ke arah si pelayan.

"Saya gak suka pisang pak, kalo mau ya bapak aja yang pesan itu, saya tetap affogato lemon"

"Kok kamu yang ngatur ya Fra? Yang bayarin emang siapa?" Tanyanya sambil bersedekap.

"Yang ngajak saya ngopi siapa? Mustinya terserah saya dong karena ngerasa terpaksa ke sini" Balasku tiba-tiba jadi sewot karena pengaruh apa yang kulihat beberapa menit lalu.

Aku mengatup mulut lalu terdiam setelah menyadari karena terlalu terang-terangan memperlihatkan sifat asliku kepada atasan yang selalu aku hindari di sebabkan sifat perfeksionisnya itu.

Alan sialan, awas nanti ya, runtukku dengan tangan mengerat meremas bangku yang aku duduki.

Kulihat pak Edison menegakkan punggungnya.

"Kopi piccolo itu apa?" Tanyanya ke pelayan.

"Kopi hangat di campur susu pak" Si pelayan perempuan itu menunduk sambil tersenyum.

"Kopinya cukup strong dari review-review pengunjung yang sudah pernah mencobanya pak" Lanjutnya lagi. Wajahnya tidak terlepas dari senyuman yang mengembang sedari tadi.

"Saya pesan itu deh tambah singkong goreng, kamu mau Fra?" Tanyanya lalu melihat ke arahku.

"Terserah bapak mau pesan apa, saya ngikut aja, kan bapak yang bayarin" Jawabku lalu kembali menunduk memandangi layar handphone.

"Ada lagi pesanannya pak?" Tanya si pelayan setelah menyebutkan ulang pesanan kami.

"Kamu mau apalagi Fra?" Pak Edison mengarahkan dagunya ke arahku.

Opposite Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang