Ga musti tante zoom aja eta kliatan udelnya yg item 😅
Om son, mbok ya jgn muka doang yg di kinclongin, udel juga musti di perhatiin 😆Frada POV
"Gue serem mas sama bos elu itu" Kataku tiba-tiba keesokan harinya, padahal aku baru sampai di meja dan belum meletakkan tas.
Semalaman pikiranku penuh karena mengulang kejadian-kejadian yang berkaitan dengan pak Edison.
Dan aku memutuskan untuk bercerita kepada mas Ardi, sekedar bertukar pikiran dan meminta pendapatnya.
Mas Ardi yang sedang menyeruput kopi hitam dari cup kertas langsung menoleh ke arahku dengan mata melebar.
"Serem kenapa?" Tanyanya.
Aku menghela nafas pelan lalu kursiku bergeser mendekat ke arahnya setelah melesakkan tas ke dalam laci secara asal.
"Menurut elu ya, kalo ada orang yang natap elu lekat-lekat itu artinya apa?" Tanyaku kemudian.
"Maksud lu pak Edi natap elu lekat-lekat? Dia kan ga..."
"Dia gak gay mas" Potongku cepat. Mas Ardi memang selama ini tidak pernah aku ceritakan perihal temuanku soal akun-aku apa aja yang di follow oleh pak Edison.
"Tau dari mana lu? Gay itu buat orang normal kaya kita susah ngedeteksiinnya Fra, elu aja kaget kalo Jamal maho, iya kan?" Tanyanya setelah kursinya bergerak menghadap ke arahku.
Iya benar juga, tapi pak Edison terbukti tidak mengikuti akun lelaki-lelaki bercelana dalam seperti Jamal.
"Gue pernah liat akun IG nya pak Edison mas, akun-akun yang dia ikuti bersih dari lelaki-lelaki bercelana dalam" Kataku akhirnya.
"Liat akun IG nya pak Edi? Di mana?" Mas Ardi menatapku tidak percaya dengan punggung menegak.
Aku terdiam, harus mensortir ulang adegan di mana paha pak Edison mengapit lutut, dan adegan remasan tangannya meremas telapak tanganku, duh, malah jadi deg-degan lagi ingat kejadian itu.
"Gue minjem handphone pak Edison dengan alasan mau liat sesuatu" Kataku kemudian setelah diam beberapa saat.
"Dia ngasih handphonenya ke elu gitu aja?" Tanya mas Ardi, raut wajahnya masih terlihat tidak percaya.
"Iya" Anggukku.
"Malah dia bilang, biasanya saya gak pernah ngasih liat handphone saya ke orang lain, karena bersifat pribadi, tapi buat kamu pengecualian, semoga kamu tau artinya, dia bilang gitu mas" Lanjutku lagi.
Akhirnya aku mengingat perkataan pak Edison walaupun sampai sekarang aku belum mengetahui artinya apa.
Mas Ardi menatapku tidak berkedip.
"Wah, wah, mencurigakan nih, ya gue sih turut bahagia ya ada maho yang bisa kembali ke jalan yang benar"
"Pak Edison gak gay massss" Kataku cepat.
"Tau darimana lu? Cuma berdasarkan karena gak ngikutin akun lelaki-lelaki bercelana dalam doang?" Tanyanya.
"Gini..." Aku berhenti untuk mengatakan sesuatu kepada mas Ardi, berpikir keras akibatnya kalau aku menceritakan pak Edison yang mengapit lutut , meremas tangan dan ingin merapikan rambutku.
Apakah hal-hal tersebut bisa meyakinkan mas Ardi bahwa pak Edison tidak gay?
"Inget gak mas pas tangan gue balutan perban, terus gue di panggil pak Edison ke ruangannya?" Tanyaku.
"Kenapa emang? Terjadi sesuatu selama elu di ruangannya? Dia nyium elu? Apa dia nyuruh elu ngeraba-raba itunya biar dia yakin dia gak maho?"
Ingin rasanya aku menggetok kepala mas Ardi memakai stepler biar dia tidak mengatakan pak Edison itu maho terus.
"Dia gak maho mas Ardiii" Kataku gemas.
"Kenapa elu jadi ngotot gitu sih yakin pak Edi bukan maho? Gue jadi beneran curiga nih, emangnya dia ngapain elu?"
"Gini mas"Aku menarik nafas panjang.
"Gimana-gimana?" Mas Ardi beringsut maju mendekat.
"Selain dia sering natap gue lekat-lekat, dia pernah bersihin luka tangan gue ini pake alkohol dengan posisi pahanya mengapit lutut gue" Aku mengamati ekspresi mas Ardi yang terlihat tidak terlalu kaget.
"Terus dia juga ngeremas telapak tangan gue, abis itu dia hampir ngerapiin kunciran rambut gue yang berantakan"
"Nahh, menurut elu sebagai laki-laki, yang dia lakuin itu normal apa biasa aja?" Tanyaku di akhir kalimat.
Mas Ardi tampak manggut-manggut.
"Gue ya Fra, kalo sebagai laki-laki ngelakuin itu semua ke elu, gue bingung" Katanya kemudian.
"Kenapa bingung?" Tanyaku.
"Kalo aja pak Edi tau elu sering nyimpen sampah di tas, kalo aja pak Edi tau elu gak pernah ngelapin layar iMac elu, kalo aja..."
"Pak Edison tau itu semua kok" Potongku cepat.
"Tapi pak Edi gak tau kalo elu gak pernah ganti jeans selama sebulan kan?" Mas Ardi bergidik.
"Mas, gue ngajak elu bertukar pikiran ya, bukannya ngajak elu berantem" Aku menyingsingkan lengan kemeja sampai siku.
"Ampun, ampun Fra, jangan rontokin gigi gue" Katanya dengan wajah meringis.
"Udah ah, jadi bete ngobrol sama elu" Kataku lalu menggeser kursi balik ke mejaku.
"Fra" Panggil mas Ardi.
Aku tidak mengubrisnya.
"Frada" Panggilnya lagi.
"Kalo emang pak Edi bukan maho ya, saingan elu itu perempuan beneran Fra"
"Maksud lu perempuan beneran? Lu pikir gue bukan perempuan?" Tanyaku nyolot, mas Ardi benar-benar menyulut emosiku.
"Ya lu liat lah Siska, cantik, modis, bisa merawat diri dan tau potensial apa yang dia miliki. Saingan elu perempuan yang berpoles"
Mendengar perkataan mas Ardi, dalam otakku bukannya membayangkan wajah Siska tetapi yang muncul malah wajah mbak Ayu.
Dia cantik dan modis, di bandingkan denganku, bagaikan batu jamrud dan batu kerikil yang terkena kotoran kucing.
Ya ampun ngenes banget perumpamaannya, ganti ah, bagaikan bunga mawar ungu dan bunga bangkai.
Aku menggaruk-garuk rambut belakang, ahh gak usah pake perumpamaan deh, kok malah jadi berasa banget timpangnya.
"Elu ngomong kaya gitu nusuk gue dari belakang banget mas" Kataku dingin.
"Siapa yang nusuk elu dari belakang Fra?? Gue tuh peduli sama elu, gue udah anggap elu kaya adek gue sendiri, makanya gue ngomong begini"
"Lagian gak mungkin juga abang maen nusuk-nusuk adek dari belakang, gue sih sukanya nusuk dari depan" Lanjutnya lagi dengan cegiran aneh.
"Sinting lu mas" Sahutku sambil melemparnya buku sketsaku.
Dengan sigap mas Ardi mengelak dan menangkap buku sketsa milikku.
"Fra, saran gue ya, berubah lah dikit, gak usah banyak-banyak, at least pake baju yang emang bisa bikin mata lelaki gak bosen ngeliat elu"
"Waktu di pameran kemarin, elu cakep tuh, keliatan perempuannya..."
Aku benar-benar tidak menghiraukan perkataan mas Ardi, bisa-bisa malah emosiku nanti tersulut lagi. Niat untuk bertukar pikiran malah berakhir begini, bikin sewot aja.
Sialan!
Perempuan beneran dia bilang? Emang selama ini gue apa? Perempuan boongan?
Tbc
Walopun menurut elu, elu itu perempuan boongan ya Fra, onderdil elu aseli, bukan hasil operasi, yekannn 😆
Tante mo makan dulu yakkk, maaf loh ga bisa bales komen2nya 😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Opposite
HumorWarning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading 2/6/19 -