Seragamnya mirip kang mas Jaka, om, seangkatan ya? 😁
Tante tuh bener2 penasaran sama lesung pipi kamu om son, waktu bayi di tusukin pake rabe rawit brp kilo sih sampe dalam gitu 🙄
Frada POV
"Kamu gak apa-apa kan jagain booth 15 menitan sendiri, Fra?" Tanya Pak Edison keesokan harinya.
"Jagain jodoh orang 5 tahun aja saya jabanin pak, timbang 15 menit mah gak lama" Jawabku dengan suara pelan dan posisi kepala menunduk.
"Apa?" Tanyanya dengan raut wajah bingung.
Pak Edison berdiri di sampingku berjarak tiga jengkal, aku rasa dia memang tidak mendengar perkataanku barusan secara jelas karena jarak kami tersebut."Nggak pak, bukan apa-apa, ya udah bapak bisa temuin kliennya, biar saya di sini, nanti mbak Yuli juga datang kok" Jawabku cepat bermaksud mengusirnya secara halus lalu mengedarkan pandanganku ke arah booth-booth di sekitar kami.
Kemarin sore setelah booth kami tutup, aku menolak ajakannya untuk pulang bersama dan pergi ke pameran kembali pagi ini.
Masih berasa seram kalau teringat bagaimana dia menatapku seperti itu. Untung mas Ardi tidak melihat pak Edison mena... eh tunggu sebentar deh.
Aku mencoba mengingat kembali kejadian kemarin, kalau tidak salah, mas Ardi kan duduk di sebelahku, dan pak Edison melihat ke... um, apa aku yang merasa kege'eran sendiri ya? Apa jangan-jangan pak Edison bukan menatapku tetapi menatap mas Ardi?
Dia kan maho, gak mungkin juga menatap perempuan. Tanpa sadar aku bergidik.
"Frada, kamu dengar perkataan saya, gak?"
"Eh iya, kenapa pak?" Tanyaku mendongak lalu berdiri. Suara pak Edison membuatku gelagapan.
"Pengunjung jam segini gak terlalu banyak, tapi bukan berarti gak ada pengunjung, kamu yakin gak apa-apa sendirian?" Tanyanya mungkin mengulang perkataannya yang tidak aku dengar.
"Iya pak gak apa-apa" Jawabku cepat agar dia benar-benar pergi sehingga kami tidak berlama-lama berdua seperti ini.
"Ok, kamu hubungi saya aja kalau ada sesuatu yang mendesak" Katanya sebelum melangkah pergi.
Hufttt... aku menghela nafas lega lalu kembali duduk.
"Pada kemana sih?" Gumamku sembari mengeluarkan handphone dari dalam tas.
Mataku membulat melihat banyak notifikasi pesan yang masuk dari Alan dan beberapa miss call darinya.
Masalah aku dan dia memang belum selesai. Kalau aku tidak segera menemuinya, status hubungan yang aku anggap sudah berakhir belum tentu Alan menganggapnya berakhir.
Lagi-lagi aku menghela nafas, kali ini bukan hembusan nafas lega seperti barusan ketika pak Edison meninggalkan booth ini, tetapi lebih tepatnya hembusan nafas kesal.
"Sori Fra, lho, mbak Yuli mana? Elu sendirian dari tadi?" Suara Jamal yang baru datang seperti angin segar di telingaku, jujur saja, ini kan pengalaman pertamaku menjaga stand, kalau menghadapi pengunjung yang datang, rasanya kurang percaya diri menghadapinya sendirian.
"Mbak Yuli belum datang, emang macet banget ya?" Tanyaku.
"Gak sih, gue tadi bangun kesiangan aja hehehe" Jawab Jamal sambil cengengesan.
"Udah sarapan belum lu? Mukanya kusut banget" Lanjutnya kemudian.
Dia tidak tahu aja kusutnya mukaku ini gini gara-gara lumayan lama berduaan sama maho sejak pagi, padahal tadi aku sengaja datang lebih awal agar dapat bersantai sejenak sendirian di booth ini, siapa yang sangka ternyata aku mendapati pak Edison sudah berada di sini duluan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Opposite
HumorWarning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading 2/6/19 -