29. perasaannya Frada

12.5K 2.3K 370
                                    

Mukanya seribu wajah ya, tergantung rambut 😍
Klo muka tante b'ubah2 tergantung duit di dompet tinggal berapa 😅😂

Frada POV

Sialan emang mas Ardi, gara-gara memikirkan perkataan dia yang terucap beberapa menit lalu, aku jadi tidak konsentrasi mendengarkan perkataan mbak Ayu sehingga pak Edison mengulang kembali perkataan mbak Ayu berkali-kali dengan mata melebar seakan memintaku untuk lebih fokus.

Aku mencoba memejamkan mata seperkian detik untuk memfokuskan pikiran.

"Mbak Frada" Terdengar suara mbak Ayu memanggil namaku pelan sehingga membuatku membuka mata secara perlahan.

"Ya" Jawabku.

"Mbak Frada pake lip balm ya?" Tanyanya.

Aku mengangguk ragu setelah beberapa saat berpikir, lip balm sama lip therapy itu sama gak ya?

"Ehem.., kayanya kamu make lip balmnya kebanyakan deh" Suara mbak Ayu masih terdengar pelan dengan badan condong ke arahku lalu dia melirik pak Edison yang langsung menoleh ke arahku dan tatapan matanya turun ke bibirku.

"Eungg..." Aku tertunduk dan mengusap bibir memakai punggung tanganku.

Kembali merutuki mas Ardi dalam hati, dia bilang semakin mengkilap bibirku semakin besar juga kesempatan ku mendapatkan perhatian pak Edison saat ini yang pasti terkesima dengan pesona aura perempuan mbak Ayu.

"Pakai ini mbak Frada, jangan pakai tangan, kan kotor" Suara mbak Ayu terdengar lagi seiringan sodoran tisu di depanku.

Aku meringis dan melirik pak Edison yang kini menatapku dengan pandangan yang menurutku aneh.

Kepalaku kembali menunduk, pak Edison pasti malu punya kekasih kaya aku ini, untuk menghias diri saja tidak becus. Padahal baru memakai lip therapy belum menggambar alis apalagi memoles pipi memakai pemerah pipi.

"Jadi kamu mau pakai ilustrasi yang ini?" Terdengar suara pak Edison yang duduk berhadapan denganku, posisinya duduk bersebelahan dengan mbak Ayu, posisi duduk kami persis seperti saat pertemuan pertama kali.

Pak Edison menunjuk satu kertas dari beberapa kertas yang tersebar di atas meja berisikan hasil ilustrasi yang baru saja aku selesaikan.

Kepala mbak Ayu mengangguk pelan, terlihat ragu. Tubuhnya bergerak menyamping lalu mendekat ke arah pak Edison.

"Kalau menurut kamu bagus yang kaya gini? Atau pake yang sebelumnya aja?" Tanyanya dengan suara pelan dan berirama. Kepalanya bergerak condong sedikit ke samping dengan tatapan mata melembut.

Mataku memindai penampilannya hari ini, perempuan yang selalu tampak ayu itu memakai blouse hijau mint di padukan rok hitam selutut, riasan wajahnya natural tetapi bibirnya sangat mencolok dengan lipstick berwarna merah tua.

Aku mengamati cara pak Edison berinteraksi dengannya, tatapan matanya kulihat tidak fokus menatap ke arah warna bibir mbak Ayu yang sangat mencolok itu.

Tetapi tetap saja perkataan mas Ardi terngiang-ngiang di benakku.

Lipstick merah tua dibandingkan lip therapy yang tidak mengeluarkan warna apa-apa hanya sekedar mengkilapkan bibir saja, jelas eye catching dan lebih menarik si lipstick merah tua.

Konsentrasiku kembali terpecah.

"Saya sih nyaranin yang kemarin aja Yu, ilustrasi-ilustrasinya udah cocok banget" Jawab pak Edison.

"Gitu ya? Kalo pake ilustrasi kemarin um..." Mbak Ayu menggantung perkataannya, tubuhnya kulihat semakin mendekat ke arah pak Edison yang sedari tadi duduk bersender.

Opposite Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang