Tante kasih tau yakk, om son ini doyan bgt selfie sukaesih 🤦🏽♀️
Mau ngasih unjuk photo yg... ummm ... tapi nanti lah, takut kalian pada ilpil 😅😆 ntar om son ga punya fans garis keraddd lagi 😆Frada POV
"Lho?! Udah balik lu Fra, pak Edi mana?" Tanya mas Ardi ketika melihatku berjalan masuk ke dalam ruangan, kepalanya bergerak mencari-cari keberadaan pak Edison di belakangku.
"Lagi ngelap-ngelapin meja coffee shop" Jawabku asal lalu melesakkan tas selempang ke dalam laci dengan sembarang.
Mata mas Ardi melihat gerakanku lalu kepalanya menggeleng pelan.
"Gue serius nanya, pak Edi mana? Dia inget gak ntar sore mau ke JCC?" Tanyanya.
"Telpon dia sendiri sana, ngapain lu nanya gue" Sungutku, lalu menyalakan iMac.
"Tadi kan elu bilang lagi sama dia, emang kalian kemana sih?" Tanyanya lagi, tau-taunya sudah berada di sampingku.
"Bos lu tuh gak jelas, dia ngajak gue ngopi buat hindarin Siska"
"Ha?" Mas Ardi menggeser pegangan kursiku bergerak menghadapnya.
"Udah ah gue mau kerja, tadi kan elu bilang banyak kerjaan" Aku kembali memutar kursi kembali menghadap layar iMac, malas untuk mulai bergosip dengannya, walaupun mas Ardi itu teman yang enak di ajak bergosip, tapi saat ini pikiranku sedang melayang memikirkan hal yang lain.
"Gue heran juga Fra, si siska itu ngebet banget sama pak Edi ya, padahal sering di tolak"
"Kalo gue jadi dia sih, udah bunuh diri kali" Lanjutan perkataannya berhasil menarik perhatianku.
Aku mengamati mas Ardi yang sudah kembali lagi ke tempatnya. Lelaki yang umurnya lebih tua dua tahun dariku ini sebenarnya straight tetapi mulutnya kalau sudah bergosip mengalahkan aku yang perempuan.
Julidnya minta ampun, dan kalau sudah datang nyinyirnya terkadang orang yang belum kenal dengannya pasti menyangka mas Ardi ini rada-rada belok karena mulut judesnya itu.
"Ngapain bunuh diri?" Tanyaku yang akhirnya terpancing, punggungku menyender ke belakang, melupakan kerjaan yang katanya banyak dan melupakan perihal Alan yang sedari tadi bersarang di benakku.
"Ya di tolak berkali-kali, kaya gak ada lelaki lain aja" Mas Ardi menyisir rambutnya ke belakang lalu merapikan kerah kaus polonya.
Kedua alisku bertaut.
"Dih, emang si siska mau sama elu mas? Tipe elu sekarang berubah? Udah bukan perempuan ketek item lagi?" Tanyaku lalu terkikik sendiri karena teringat perempuan legend itu.
"Siska itu kalo gue baca tipe perempuan yang cuma mandang jabatan Fra, nah gue kan senior ilustrator di sini, gaji gue dua digit, kalo gue mau deketin, dia pasti mau deh sama gue" Kata mas Ardi dengan nada suara penuh percaya diri.
Aku mendelik mendengar perkataannya yang masih narsis.
"Daripada gak di tanggepin sama maho" Lanjutnya lagi dengan suara pelan.
Tanpa sadar sudut bibirku bergerak ke atas dengan pundak mengedik.
Udah maho, ocd, untung ganteng, jadi masih ada poin bagusnya yang bisa di lihat sama orang banyak.
Coba kalau udah maho, ocd, kurang ganteng, idup lagi, duhh!
"Elu yakin dia gay, mas?" Tanyaku lalu bergerak ke samping mendekati mas Ardi. Benar-benar melupakan kekesalanku terhadap Alan.
Entah kenapa aku malah lebih tertarik akan kehidupan seksual pak Edison ketimbang memikirkan hubunganku dengan Alan yang kemungkinan akan berakhir.
Aku tahu, seharusnya aku membuat perhitungan dengannya, seharusnya tadi aku tidak menahan diri untuk melabrak lelaki itu ketika di coffee shop tadi.
"Rumor nya begitu, ya elu liat sendiri kan, umur dia udah kepala tiga, kerjaan mapan, sampe sekarang selama gue kerja di sini, gue gak pernah liat dia keluar sama perempuan"
"Padahal tinggal ngedip doang dia bisa dapetin banyak perempuan, ya contohnya Siska itu, udah gak usah pake usaha lagi kaya gue gini..."
Maka di mulailah gosipan mas Ardi. Tanganku menopang dagu di atas senderan kursi mendengarkan dia berceloteh.
"Terus elu sendiri gimana mas? Bentar lagi kan umur elu juga kepala tiga, elu masih aja sendiri, jangan-jangan elu maho juga"
"Udah pernah minum kopi lewat idung belom Fra?" Mas Ardi bergerak meraih cup kertas yang aku yakini berisikan kopi hitam kegemarannya. Tangannya menarik pergelangan tanganku.
"Hahaha becanda masss, sensi banget sih" Aku tergelak lalu bergerak mundur menepis tangannya yang berusaha menarikku mendekat ke arahnya.
Kursiku berhenti bergerak mundur karena membentur sesuatu, kulihat mata mas Ardi melebar lalu meringis.
"Jadi ini yang namanya banyak kerjaan Fra? Siap-siap Ardi, setengah jam lagi kita berangkat ke JCC" Suara berat yang mampu membuat tubuhku membeku terdengar tepat di belakangku.
Setelah yakin pak Edison keluar dari ruangan kami, aku menghembuskan nafas panjang karena sedari tadi menahan nafas.
"Elu kok gak bilang ada pak Edison sih massss" Kataku sambil memukul-mukul lengan mas Ardi.
"Gue aja gak tau tiba-tiba dia udah di belakang elu" Jawab mas Ardi sambil merapikan mejanya.
"Dia denger obrolan kita gak mas? Aduhh!!"
"Kagalah, kayanya dia gak denger, kalopun denger palingan obrolan kita yang terakhir doang" Mas Ardi berkata demikian tetapi wajahnya tidak menunjukkan kalau dia tidak merasa panik juga.
"Gue ke toilet dulu ya, jadi mules perut gue nih" Mas Ardi melangkah melewati kursiku dengan langkah cepat.
Aku menggaruk-garuk rambut belakangku yang masih tergelung mencoba mengingat apa saja obrolanku dengan mas Ardi barusan. Dan mencoba mengingat apakah kami menyebutkan nama pak Edison dalam obrolan kami.
Duhh, kenapa malah pikiranku mendadak kosong begini sih.
Mataku terpaku melihat bungkusan plastik berisikan cup berlogokan coffee shop yang barusan aku kunjungi dengan pak Edison di atas mejaku.
Pak Edison berdiri di sampingku persis.
Aku mendongak pelan-pelan, sedikit bergidik karena menyadari atasanku ini kedatangannya misterius.
"Ini..."
"Tadi kamu main pergi aja, padahal kamu pengen banget nyobain kopinya" Potong Pak Edison menjawab pertanyaanku yang belum selesai aku utarakan.
"Oh iya, makasih pak" Kataku lalu mengangguk dan meringis.
"Lain kali jangan main pergi begitu aja, orang-orang pikir kita sepasang kekasih yang lagi bertengkar" Katanya lalu beranjak dari mejaku keluar ruangan.
Meninggalkan aku yang lagi-lagi terpaku karena perkataannya barusan.
Sepasang kekasih yang lagi bertengkar?
Eh?
Tbc
Cieeee ngaku2 sepasang kekasih, perasaan om Son aja kali org2 pikirnya begitu 😆😆
KAMU SEDANG MEMBACA
Opposite
HumorWarning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading 2/6/19 -