14. emosinya frada

13.8K 2.1K 228
                                    

Ada yg tau siapa cast penampakan di atas?
Ceritanya dia ini sialan 🤭

Edison POV

Aku mengamati Frada sambil mengelap-elap meja memakai tisu kering, dia terlihat canggung duduk berhadapan denganku, pria yang belakangan ku ketahui bernama Alan itu duduk di samping Frada.

Setelah beberapa saat Frada menolak ajakanku untuk makan bersama, akhirnya kami duduk berlima di tempat makan yang menyediakan masakan korea usulan Yuli.

"Saya yang ngambil duluan ya" Kata Frada lalu berdiri. Kekasihnya itu mengikuti Frada.

"Elu di sini aja, biar gue yang ambilin" Cegah Frada sebelum Alan melangkah mengikutinya. Kulihat mata Frada mendelik menatap kekasihnya itu.

Terlihat jelas aura ketidak harmonisan di antara mereka. Bisa ku tebak, Frada seperti itu pasti lanjutan dari apa yang dilihatnya di coffee shop tempo hari.

"Aku mau bantuin kamu bawain" Alan tersenyum sambil menepuk puncak kepala Frada. Menghiraukan delikan mata dari perempuan yang sekarang menatapnya tajam.

"Gak usah, mbak Yul sama elu aja yuk" Frada menarik lengan Yuli yang terlihat diam sejak kami sampai di tempat makan ini, begitu pula Jamal.

Keadaan saat ini memang sangat canggung, sepertinya ideku untuk mengajak Alan gabung makan bersama kami adalah keputusan yang tidak tepat.

Tetapi lebih salah lagi kalau aku membiarkan Frada langsung pulang bersama kekasihnya itu, sedangkan kami selalu melakukan rutinitas makan-makan setelah pameran berakhir. Memang bukan suatu kewajiban untuk bergabung, hanya saja rasanya aku kurang suka melihat Frada bersama kekasih yang pernah kulihat bersama dengan perempuan lain.

Lagi-lagi jiwa kelakianku kembali tersentil, seharusnya aku tidak menjadi sukarelawan yang mengajukan diri untuk menjadi penolong atau semacamnya.

Kulihat Alan kembali duduk lalu meneguk air putih secara perlahan. Dia tersenyum kikuk ke arah kami bergantian ketika meletakkan gelasnya kembali ke atas meja.

"Seharusnya saya tidak bergabung di sini" Katanya kemudian.

"Oh, gak apa-apa kok, kita memang selalu mengadakan acara makan bersama setelah pameran selesai" Sahutku cepat.
Tanganku membersihkan mangkuk kecil yang sudah tersedia di atas meja sejak kami datang.

"Pak, bapak mau minum air putih atau green tea?" Jamal tiba-tiba menawarkan minum.

"Air putih aja, Mal" Jawabku, kali ini tanganku mengelap meja sekali lagi. Mengernyit ketika melihat tisu yang kupakai masih kotor padahal ini sudah kali kedua aku membersihkan mejanya memakai tisu.

"Siap" Jamal berdiri dengan sigap.

Tinggal kami berdua duduk berseberangan, ku amati pria yang duduk diagonal di depan ku itu.

Kalau di perhatikan, tampilannya rapi, berlawanan dengan tampilan Frada yang terlihat kasual.

Untuk urusan rambut pun ku lihat pria ini sangat rapi, dia memakai pomed dengan model rambut belah pinggir, kumis dan jambangnya tercukur rapi.

Tanpa sadar tanganku mengusap rahangku yang licin tanpa di tumbuhi bulu-bulu bakal jenggot yang selalu aku cukur setiap pagi nya.

Ibuku pernah berkata, apabila ingin terlihat muda, wajah seorang pria itu harus bersih dari bulu-bulu bernama kumis atau jenggot. Makanya sampai sekarang aku tidak pernah memelihara kumis maupun jenggot, hanya ketika weekend saja aku tidak bercukur.

Jamal datang membawa dua gelas berisikan air putih dan green tea di kedua tangannya bersamaan dengan kedatangan Yuli yang membawa dua piring penuh dengan irisan daging.

Opposite Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang