Kamu tuh manis tau Fra, dagu kamu aja belah cem rambutnya si cecep pacarnya neneng pea ituuu (anak milenial pasti pada gak tau) 😆😂
Edison POV
"Fra, dandan dong, minimal pake lipstick gitu" Suara Ardi terdengar di ujung lorong ketika aku berdiri di depan pintu ruanganku hendak masuk untuk mengambil tas kerja.
Aku memutar tubuh dan melihat Frada yang sedang melangkah bersisian dengan Ardi.
"Nggak akan" Balas Frada dengan mata melotot, Frada berjalan sangat pelan kentara sekali kalau dia bergerak sangat berhati-hati karena memakai heels.
"Pake lipgloss lah, biar makin cakep Fra" Bujuk Ardi.
"Ngurusin gue banget sih lu mas" Frada menepis tangan Ardi yang terulur menarik pergelangan tangannya.
"Atau pake apa deh itu namanya yang bikin bibir mengkilap kaya abis makan gorengan yang minyaknya banyak banget?"
"Mana gue tau namanya apa, ihh elu ngapain sih mas?"
Kulihat Frada kembali menepis tangan Ardi karena akan menarik helaian rambut yang terjuntai di kening Frada.Langkah mereka berdua terhenti ketika menyadari keberadaanku. Frada terlihat langsung mematung karena melihatku yang melihat ke arahnya dengan pandangan lekat dari atas sampai bawah.
Jujur saja, aku sedikit terpana melihatnya memakai rok dan baju batik tenun seragam pameran yang sekarang dikenakannya.
Rambutnya tergelung rapi, Frada terlihat berbeda dari tampilannya sehari-hari. Wajahnya yang biasa terbingkai rambutnya yang tergerai sekarang terlihat jelas, kecil, imut.
Hmm... imut ya.
"Eh, gue balik ke ruangan deh, ntar sore gue mampir ke pameran, mau ngecek kaki elu sebengkak apa setelah seharian make heels hahaha..." Ardi tertawa lepas setelah menepuk-nepuk pundak Frada.
"Reseh lu mas" Frada merengut lalu kembali berjalan tetapi dengan langkah pelan melewatiku menuju tangga untuk turun ke lantai satu di mana Yuli dan satu orang marketing lainnya menunggu kami.
Sudut bibirku naik ke atas setelah punggungnya menghilang dari balik tembok, sedikit puas melihatnya terlihat berbeda.
Seharusnya sejak awal aku memintanya untuk berpakaian lebih rapih lagi apabila berada di kantor, tetapi kewenanganku tidak bisa menjangkau sampai ke sana.
Hari di mana aku memanggilnya masuk ke dalam ruanganku itu untuk mengganti semua ilustrasi yang sudah di buatnya, membuat aku memutuskan hal yang bukan ranah kewajibanku.
Apa mungkin karena basic ku dulu adalah seorang editor, jadi terbiasa mencari-cari kesalahan yang ada lalu memperbaikinya?
Melihatnya yang tidak rapih membuat jiwa mengeditku tersentil untuk memperbaikinya sedikit, dan keinginanku semakin bulat ketika menyadari sesuatu.
Frada yang tiba-tiba meninggalkan aku di coffee shoop tempo hari terlihat seperti menghindari sesuatu, dan ketika aku mengamati pasangan yang datang sebelum Frada pergi, sepertinya mereka adalah pasangan yang sama di coffee shop sebelumnya.
Sepertinya dugaanku benar kalau mengkait-kaitnya apa yang ku dengar ketika Frada mendapat telepon dengan apa yang ku lihat di coffee shop.
Sekali lagi, sebenarnya bukan kewenanganku dan bukan juga kewajibanku untuk mencampuri urusan orang lain.
Tetapi sesuatu yang aku lihat dengan mata kepala sendiri tidak bisa aku hiraukan semudah itu, lagi-lagi jiwaku tersentil. Kali ini bukan jiwa mengeditku, tetapi jiwa kelakianku yang tersentil.

KAMU SEDANG MEMBACA
Opposite
HumorWarning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading 2/6/19 -