Hidup itu kejutan. Entah hal yang baik atau buruk. Entah hal yang menyenangkan maupun menyebalkan. Semua terjadi tanpa perencanaan. Tiba-tiba yang tak bisa diterka, tak bisa ditawar juga.
-Ara-
***
Now Playing: Sal Priadi-Ikat Aku di Tulang Belikatmu
***
Ponselku kehilangan ketenangannya. Dia bergetar terus-menerus dan tak pernah absen mendapat panggilan. Namun aku masih enggan untuk mengangkat panggilan itu dan rasanya ingin membuang saja ponselku saat ini. Aku sudah menjauhi orang itu selama seminggu penuh dan entah mengapa dia tak menyerah juga. Aku jadi mulai kehilangan ketenanganku juga, terlebih detik ini saat Kak Wira mulai memandangku dengan tatapan yang seakan menyalahkanku. Aku tidak suka dengan tatapan itu.
"Sampai kapan kamu bakal kayak gini?" tanya Kak Wira setelah melihatku memasukan ponsel itu dengan kesal ke dalam tas.
"Sampai saya siap, Kak," jawabku datar.
"Dan kamu nggak tahu sampai kapan itu," sahutnya yang mulai menyulut amarahku.
"Kak Wira tahu kan, ini nggak mudah buat saya."
"Iya aku tahu karena itu aku sedih."
"Sedih karena saya terlihat pantas dikasihani?"
"Aksara," Kak Wira terdengar menaikkan nada bicaranya," ini nggak hanya soal kamu, tapi juga soal aku."
"Maksud Kak Wira gimana?"
"Bagiku kamu tuh termasuk orang baik yang ada di hidupku dan ngeliat kamu butuh waktu lama untuk maafin Bapak, aku jadi ngerasa pesimis ama nasibku. Kalau orang yang baik kayak kamu aja kesulitan untuk memaafkan, gimana korban-korban aku yang pada dasarnya bukan orang yang sebaik kamu."
"Apa maksud omongan Kak Wira?"
"Aku juga pelaku kekerasan, Aksara."
"Tapi Kak Wira beda sama Bapak dan jangan pernah mikir Kak Wira sama ama dia."
"Terus bilang ke aku apa bedanya? Aku dan Bapak sama-sama ngelakuin kekerasan itu fakta, Aksara. Mungkin bedanya cuma korbanku bukan kamu dan Ibu. Dan apakah itu bisa dijadikan standar aku lebih baik dari Bapak?"
"Cukup Kak Wira!" Bentakku karena tak lagi sanggup mendengarkan pemikiran buruk Kak Wira.
"Aku sedih karena sikapmu bikin aku makin yakin kalau orang yang terlanjur hidup di dunia abu-abu nggak akan bisa kembali ke dunia putih. Dia hanya bisa masuk ke dunia yang makin gelap bahkan berakhir ke dunia hitam. Lihat aja hidupku. Aku nggak lagi nyerang, tapi aku selalu diserang dan mau nggak mau aku harus terus ngelawan buat mempertahankan diri." Perkataan Kak Wira berhasil membuat mie ayam yang terkenal enak itu jadi terasa dingin dan hambar. Aku jadi kehilangan rasa lapar dan memilih untuk menganggurkan mie ayam hijau itu pada mangkoknya.
"Kalau efeknya cuma ngenain aku, aku nggak apa-apa karena itu emang resiko yang harus aku tanggung dari sikapku yang bodoh. Tapi aku takut imbas perbuatanku bakal juga ngenain orang di sekitarku termasuk kamu."
"Jujur saya makin nggak paham dengan omongan Kak Wira."
"Gini deh biar lebih simple kita bahas aja soal Bu Rani...."
"Stop, Kak. Jangan pernah sebut nama Wanita itu," kataku kalap dengan kemarahan karena Kak Wira menyebut nama wanita yang hendak dinikahi Bapak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Stairways to Happiness
Ficção AdolescenteSurat cinta tugas MOS membawa dunia Ara yang tenang menjadi tak beraturan sebab kakak kelas yang namanya baru diketahuinya beberapa jam lalu dengan seenak udel menerima cintanya. Padahal tulisan itu hanya sebuah coretan biasa yang tidak ada maksud a...