Hamletku?

17.9K 2.4K 270
                                    

"Menyatakan cinta memang tidak akan pernah mudah dilakukan, tapi tanpanya sebuah hubungan akan selalu diakhiri tanda tanya."

-Ara-

***

"Kamu marah ya?" tanyanya saat kami berada di UKS untuk mengobati luka akibat pertengkaran beberapa menit lalu. Melihatku yang masih terdiam, dia meneruskan perkataannya lagi, "Aku nggak di-skors kok cuman dapet peringatan jadi ngomong sesuatu dong, serem tahu kalau kamu diem gitu." Aku menghentikan kesibukanku sebelumnya dan menatap lekat kedua matanya.

"Saya nggak marah, Kak," jawabku singkat dan menyibukkan diri dengan membuka obat merah.

"Tapi kok wajahmu masih gitu ke aku?"

"Jujur ya Kak, saya nggak suka kekerasan dalam bentuk apa pun." Terlihat sekali dia ingin menyela untuk mempertahankan diri. Namun aku lebih dulu bicara, "sekali pun itu untuk membela saya."

"Tetep aja aku nggak suka kamu deket sama cowok model kayak gitu. Udah tahu aku pacar kamu masih aja dia cari perhatian sama kamu," ucapnya dengan sisa-sisa kemarahan dalam dirinya.

"Tapi masih banyak cara lain Kak selain berantem. Misalnya diskusi, dialog atau cara-cara damai yang lain." Dia pun terdiam melihatku yang mulai menggunakan nada yang cukup tegas. "Tapi saya pikir-pikir Kak Wira aneh juga," kataku dengan nada yang lebih ringan.

"Aneh gimana?"

"Waktu Kak Wira ngajak saya pacaran keterlaluan banget percaya dirinya, sekarang kenapa jadi gini Kak?" sahutku dengan nada sedikit bercanda.

"Karena dua hal itu beda. Untuk mencintai kamu itu nggak butuh permisi, tapi untuk dicintai kamu aku butuh ijin resmi. Jadi surat ijinnya udah terbit belum?" tanyanya dengan nada slengekan yang aku kenal.

"Saya kan udah ngaku ke Kak Wira tentang perasaannya saya," jawabku terbata-bata.

"Waktu di toko buku itu?" Aku pun mengangguk untuk menjawabnya dan dia tertawa tipis sambil berkata, "Suka sama cinta itu beda loh Aksara." Ada nada ketegasan dalam caranya berbicara. Sontak jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya. Sepertinya melakukan pernyataan cinta itu memang tidak akan pernah mudah untuk siapa pun termasuk aku.

"Jadi Hamletmu itu siapa? Aku atau si bule itu?" tanya Kak Wira sambil menggenggam tangan kananku yang sejak tadi sok sibuk merapikan obat-obat yang sebenarnya belum selesai aku gunakan.

"Yang pasti bukan Kak Wira," jawabku santai sambil melepaskan genggaman tangannya.

"Kok gitu?" timpalnya dengan nada protes.

"Kak Wira pernah lihat pertujukan Hamlet atau baca buku Hamlet?" Dia hanya menggeleng dengan wajahnya yang bingung. "Pantes Kak Wira masih berharap jadi Hamlet."

"Maksudmu?"

"Di drama Hamlet, nggak pernah penulisnya menjelaskan bagaimana perasaan Hamlet ke Ophelia jadi bisa dibilang ending-nya mereka nggak bersama bahkan nggak jelas apa hubungan mereka sebenarnya dan lebih sedihnya di akhir cerita Hamlet itu mati, Kak. Jadi tragis banget."

"Cieh yang mau happily ever after sama aku," katanya menggodaku dan aku hanya menimpalinya dengan wajah malas. "Jadi kalau kamu nggak butuh Hamlet, kamu butuhnya siapa?"

"Wira..." What? Tadi aku ngomong apa? Mana posisiku begini lagi, posisi tepat memandang matanya. Aku pun dengan kikuk berdiri untuk mengembalikan kotak P3K ke tempatnya masih dengan jantung yang tidak bisa dikontrol. Aku nggak tahu ternyata aku bisa sekonyol ini nyebut namanya bahkan tanpa embel-embel kakak. Aduh bodoh. "Sableng..." Tadi aku ngomong itu pakai suara pikiran atau.... Ledakan tawa dari Kak Wira sudah menjawabnya terlebih dia pun jadi bersenandung ria, "Wira Wira sableng, Shinto Shinto gendeng..."

Tamatlah sudah riwayatmu Ara.

***

Sore yang tenang itu jadi terlihat ribut ketika Mbak Asih, asisten rumah tangga di rumahku, bilang kalau ada tamu yang datang mencariku. Cirri-ciri bule yang dia utarakan membuatku lebih dari paham bahwa orang yang dimaksud adalah Jodhi.

"Kamu ada perlu apa ke sekolah tadi?" tanyaku segera sebelum dia mulai berbasa-basi. Wajah lebamnya sudah lebih dari cukup untuk membuatku enggan beramah-tamah.

"Habisnya kamu nggak pernah nanggepin SMS-ku jadi..."

"Karena pesanmu tuh nggak jelas tujuannya. Kalau dari awal kamu minta aku untuk bantu kama ketemu Geng Hamlet, aku bakal tanggepin. Tapi kalau lebih dari itu aku nggak bisa dan kamu tahu alasannya," balasku dengan nada penuh ketegasan.

"Tapi kalian kelihatan canggung gitu, aku gak yakin kalian beneran pacaran," jawaban teraneh yang dia lontarkan terlebih wajah babak belur itu. Apakah itu belum cukup jadi bukti?

"Aku dan Kak Wira emang baru mulai jadi canggung itu pasti dan itu juga bukan jadi alasan kalau kita nggak punya komitmen untuk dijaga."

"Tapi aku yang lebih dulu suka sama kamu, Ra. Dan kamu tahu itu."

"Cinta itu bukan tentang siapa yang lebih dulu dari siapa, tapi lebih kepada siapa memilih siapa dan siapa dipilih siapa."

"Maksudmu?"

"Aku udah milih Kak Wira," ucapku mantap dan tegas kepadanya. Dia pun nampak murung dalam keterbataannya untuk menyahutiku.

Sebuah suara akhirnya memecah keheningan di antara kami, "Ngapain kamu di sini?" Iya, itu suara Kak Wira. Ternyata suara motor yang berhenti di depan rumah adalah suara Angki. Seakan dia lupa dengan perih di wajahnya yang belum reda, dia maju untuk menantang Jodhi lagi.

"Udah, Kak," kataku sambil menarik lengannya. "Kamu Jod, mending pulang sekarang. Kamu udah jelas kan?"

Jodhi pun berjalan ke arah mobil yang dia kendarai dan meninggalkan aku bersama Kak Wira yang masih mencoba menenangkan amarahnya.

"Ngapain dia kemari?" tanyanya kepadaku dengan nada yang lebih lembut.

"Minta penjelasan, Kak. Emang saya sih yang salah, seharusnya dari awal saya bisa lebih tegas sama dia."

"Tegas soal?"

"Kalau saya lebih milih Wira sableng dari pada Hamlet," jawabku ringan dengan nada bercanda dan Kak Wira pun tersenyum lebar dengan memamerkan lesung pipitnya yang tidak pernah absen membuat jantungku salah tingkah.

	"Kalau saya lebih milih Wira sableng dari pada Hamlet," jawabku ringan dengan nada bercanda dan Kak Wira pun tersenyum lebar dengan memamerkan lesung pipitnya yang tidak pernah absen membuat jantungku salah tingkah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cieehhh yang lagi pada berbunga-bunga....

***

Halooo semua....

Cieehh yang pada happy karena Ara ama Wira resmi pacaran. Gimana dengan part ini? Asyik? Nyebelin atau gimana? Komen ya....

Oh ya jangan lupa buat vomen dan share ya. Buat makin rame cerita ini karena semakin rame semakin hidup cerita ini.

Dah ah, selamat bertemu hari Rabu.

Buat yang sedang ujian semangat ya, moga cerita unyu Ara-Wira bisa sedikit menghibur. Semoga kita selalu diberi kelancaran dan kesuksesan di semua yang kita perjuangkan ya. Aamiin...

P.S. I Love You

Prilda Titi Saraswati

Find me:

Wp: prildasaraswati

IG: @prildasaraswati

Stairways to HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang