Chapter 9

1.8K 188 45
                                    


Jangan jadi sider please, biar aku semangat update, cerita ini udah 500+ reads, seneng sih cepat banget sampe segitu, tapi sedih juga karena banyak sider nya 😖

🍉🍉🍉

Malamnya aku menikmati waktuku di dalam kamar dengan secangkir teh hangat di tanganku. Gorden ku masih ku biarkan terbuka karena aku ingin melihat bintang. Kamar ku tidak memiliki balkon kalau tidak aku sudah duduk diluar. Jendela kamar Harry gelap dari luar, aku tidak tahu kenapa aku jadi memikirkan keberadaannya.

Ah sudah pasti dia menempelkan bokongnya di sebuah tempat yang mengadakan pesta, apa lagi?

Tapi ternyata pemikiranku salah besar. Selang 15 menit, lampunya menyala dan dapat kulihat dirinya yang melintas di kamarnya itu, ia tak mengenakan bajunya membuatku dapat melihat banyaknya tinta yang meliuk-liuk di atas kulitnya, membentuk berbagai macam gambar dan tulisan. Pipiku memanas tanpa sebab dan aku segera menarik gorden ku. Kenapa jantungku berdebar sekarang?

" Bea? " Ku dengar suaranya berteriak dan aku segera memastikannya. Benar, dia sudah berdiri di jendelanya seperti biasa. Aku pun membuka gordennya lebih lebar lagi kemudian diam menunggunya berbicara. Sejenak, aku lupa kalau aku sedang kesal dengannya hari ini karena tubuhnya sangat mengintimidasi.

" Apa? " Tanyaku, kali ini tidak berteriak. Harry menggelengkan kepalanya.

" Tidak ada. Hanya ingin menyapamu dan mengatakan selamat malam, mungkin? " Aku menyadari kalau dia telah berubah menjadi Harry yang ramah. Itu baru dia yang sesuai dengan usianya bukan Harry yang menyebalkan dan tidak ingat umur. Hahahaha memangnya seberapa tua dia?

" Aku akan segera tidur." Ucapku dan tanganku sudah meraih gorden tapi dia mencegah pergerakan ku dengan memintaku menunggu.

" Aku ingin ke rumahmu, apa boleh? Orangtuamu belum pulang, 'kan? " Aku mengangguk begitu saja. Mataku menjereng saat dia bergegas meninggalkan kamarnya dan ku lihat ia berjalan menuju ke rumahku. Aku begitu ceroboh dalam menjawab sesuatu. Aku meraih kardigan karena aku hanya mengenakan gaun tidur tanpa lengan berbahan satin yang cukup pendek untukku karena berada di atas lutut. Chloe nampak terkejut menemukan Harry bertamu tanpa mengenakan baju, ia hanya mengenakan celana pendek berwarna kuning. Dia pria yang sangat sopan dalam berbagai hal.

" Chloe tolong buatkan Harry minuman." Ucapku sambil berusaha tenang. Chloe tidak karena dia terlihat canggung dan gugup tapi ia segera pergi ke dapur. " Silahkan duduk, Harry."

" Asistenmu seksi." Ia berkata saat mendudukkan diri. Oh aku ingat kalau Chloe pernah bilang dia menggodanya waktu itu. Ck, mata keranjang!

" Ada apa kau kemari? "

" Aku hanya sedang bosan dirumah, tidak ada pesta malam ini, dan aku terlalu malas untuk pergi ke bar." Jawabnya.

" Oh jadi kau kesini untuk mengajakku bicara lalu nantinya kita akan saling membentak saat kau mulai mengejekku dan setelah itu aku mengusirmu dari rumahku, aku benar, 'kan? "

Harry tertawa saat aku memutar bola mataku darinya. Lihat, dugaan ku benar? Dia suka mencari masalah untuk mengatasi rasa bosannya.

" Tidak juga, mungkin kita bisa bicara lebih banyak dan menjadi teman mungkin? " Harry memalingkan wajahnya dengan kedua sudut bibirnya yang menukik ke atas, oh dia malu. Apakah orang seperti dirinya punya rasa malu? Mungkin seharusnya tidak.

" Kau membenciku, ingat? " Aku menaikkan alisku, entah mengapa merasa sangat terhibur akan situasi ini. Aku tidak pernah bicara terlalu banyak dengan orang lain apalagi orang yang masih terlalu asing untukku. Harry melihatku dan matanya bergerak secara tak nyaman.

" Tadinya, ya, kau sedikit menyebalkan dan setelah ku pikir mungkin akan menyenangkan jika kita bisa berteman." Aku ingin membalas ucapannya, mengatakan kalau dialah yang menyebalkan tapi kedatangan Chloe mengintruksi. Ia meletakkan secangkir kopi untuk Harry dan beberapa cemilan di atas piring. " Terimakasih, hottie."

Astaga, dasar keriting mesum! Gadis batinku berteriak ke arahnya.

Chloe hanya tersenyum palsu dan ia memutar bola matanya saat melenggang pergi. Aku tertawa dalam hati.

" Dengar, Harry, pertama kaulah yang menyebalkan, bukan aku. Kedua ku rasa kita tidak bisa berteman, dunia kita jelas jauh berbeda dan aku tahu bahwa ibuku tidak akan senang dengan ini." Aku berkata dan dia memutar bola matanya dengan jengkel serta meremehkan seolah-olah aku baru saja menceritakan tentang mitos paling tak masuk akal di dunia.

" Baiklah, akulah yang paling menyebalkan tapi kita berteman bukan berarti kau harus ikut denganku ke pesta atau semacamnya. Aku tahu kalau ibumu tidak akan suka tapi ku pikir aku bisa membuatmu merasa lebih baik karena memiliki seorang teman. Kau mengatakan kalau kau sangat menyedihkan karena kau tak mempunyai teman dan kenapa kau menolak tawaran ku sekarang? " Aku senang dia mengakui kalau dialah yang menyebalkan tapi aku memang meragukan tawarannya meskipun itu terdengar menyenangkan.

" Aku tidak bisa, maaf." Aku bergumam dan dia mengangguk dengan paksaan.

" Kau tahu, kau adalah gadis paling munafik di muka bumi ini, sampai kapan kau mau menuruti keinginan ibumu yang bahkan tak masuk akal, Bea? Tidak sadarkah kau bahwa dia menghancurkan masa mudamu? Mungkin dia benar untuk menjagamu dari pergaulan yang salah tapi bukan berarti kau tidak boleh berteman dengan orang lain. Apakah kau tidak ingin hang out dan bersenang-senang dengan caramu sendiri? Kau sangat bodoh! " Oke dia berteriak padaku sekarang. Kalimatnya menyakitkan dan itu terasa sangat benar, sangat. Aku menangkap dari ekor mataku Chloe yang memperhatikan kami tapi rasanya mulutku terkunci untuk membalas ucapan Harry. " Apa? Aku benar, 'kan? Kalimat ku menampar wajahmu dengan keras."

Aku berdiri dan melangkah menjauh darinya. Aku menangis karena dia untuk kedua kalinya.

" Tidak kau salah! Kau salah besar! " Aku menolak dan dia menggeleng tidak percaya. Aku harusnya mendengarkan ibuku bukannya pria bertato tidak punya sopan santun yang berusaha mencuci otakku.
" Ibuku melakukan yang terbaik untukku, kau bukan siapa-siapa Harry, kau tidak bisa mempengaruhiku! " Aku memperingatinya dan dia tergelak. Hidungnya kembang kempis dan dadanya naik turun. Apa sih yang salah dengannya?

" Lihat, kau benar-benar munafik! Kau membenarkan ucapanku dalam hati dan pikiranmu tapi kau menolak ku keluar dari mulutmu." Aku hampir menutup telingaku mendengarkan suara beratnya yang berteriak. Chloe menghampiriku dan meminta Harry untuk pergi dengan cara yang lembut.
" Aku tidak akan pergi sampai gadis bodoh ini berkata jujur padaku." Desisnya tajam pada Chloe dan aku menghampirinya.

" Aku tidak punya waktu untukmu, kau mengurusi hidupku secara tidak pantas, pergi dari sini! " Aku mendorongnya sekuat tenagaku tapi ia tak bergerak sedikitpun, menamparku pada kenyataan bahwa aku benar-benar lemah dibandingkan dirinya.

" Aku bilang aku tidak akan pergi! " Bentaknya lagi bersamaan dengan suara high heels yang menghentak di lantai depan.

" APA-APAAN INI?!? "

I-ibu?




























































I'm sorry kalau boring, pendek, dan gak bagus. Aku cuma gak mau yang pada rajin support nungguin lama-lama karena semangatku ilang gara-gara siders.
Tapi yaudahlah ya, semoga kekesalanku cepat ilang biar besok langsung update lagi.

Next?

The Homegirl {HARBARA}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang