Chapter 19

1.3K 132 48
                                    









Happy reading xoxo



🍉🍉🍉





" Fuck! " Harry mengumpat pada hujan yang semakin deras. Kami berdua berteduh di halte, hanya berdua, ditemani dengan angin, hujan, dan petir yang sesekali menggelegar. Kakiku terasa membeku, aku ingin mengenakan piyama ku yang panjang tapi aku tidak ingin mengambil resiko.

" Apakah kita masih jauh dari rumah? " Aku tak segan untuk mendekatkan tubuhku pada Harry, ia membuatku hangat meskipun kami hanya duduk berdempetan.

" Ya." Jawabnya membuatku kecewa.
" Bea? "

" Hmm? "

" Aku minta maaf, kau pasti kapok berteman denganku." Oh? Aku tidak percaya bahwa Harry akan merasa bersalah seperti ini. Ah, dia manis sekali. Eh?

" Tidak juga. Tadi itu menyenangkan, memacu adrenalin." Aku menghiasinya dengan tawa. Harry bergabung denganku kemudian merengkuh tubuhku.

" Setidaknya aku bisa mengurangi rasa dinginnya." Bisiknya. Aku tersenyum kecil dan menggigit bibir. Kita berada di posisi ini selama bermenit-menit lamanya, berharap hujan segera berhenti tapi nihil, yang ada hujan masih berlanjut. " Kita bisa menerobos hujan kalau kau mau."

Ya sepertinya memang tidak ada pilihan lain.

Aku menggidikkan bahuku lalu berkata, " Aku mau." Kami berdua pun berdiri lalu menerobos hujan. Rambutku basah lagi seketika dan Harry masih merangkul bahuku di sepanjang perjalanan. Meskipun hujan deras, dan petir yang sesekali mengagetkan, ini tetaplah menyenangkan. Kami bersenda gurau dan aku hampir meledak setiap kali ia mengeluarkan kata-kata kasarnya yang justru terdengar lucu ketika menceritakan orang-orang yang ia benci.

" Ngomong-ngomong, rumah siapa yang kau lempar tadi? Kenapa kau melakukannya, Harry? " Aku mencoba mendeteksi wajahnya dibawah cahaya remang-remang lampu jalan. Aku mendapati ekspresinya yang berubah drastis tapi ia hanya menggelengkan kepalanya.

" Bukan siapa-siapa." Dia pasti bercanda.

" Benarkah? Wow, kau memecahkan jendela seseorang yang bahkan tidak kau ketahui siapa dia dan...tanpa alasan yang jelas. Aku tidak akan memaksamu memberitahuku tapi yeah aku tahu kau berbohong." Aku memalingkan wajahku darinya. Tangannya melonggar di bahuku. Apakah kata-kata ku terlalu menyudutkannya?

" Sebenarnya itu rumah gadis jalang yang pernah menjadi kekasihku. Aku membencinya, sangat, aku sudah memecahkan kaca rumahnya berkali-kali, sendirian, dan baru kali ini aku mengajak seseorang untuk melakukannya." Jawabannya membuatku tercengang. Astaga, aku tidak tahu harus bereaksi seperti apa.

" Oh." Hanya itu responku dan kami hanya diam selama sisa perjalanan menuju ke rumah.

Kami sampai dalam beberapa menit dan Harry melepaskan tangannya dariku.

" Kau tahu, aku akan sangat senang jika kau mau menginap dirumahku. Aku sendirian malam ini, dan aku pembuat coklat panas yang enak." Aku bergidik ngeri mendengarkan penawarannya. Seharusnya itu manis untuk gadis manapun, ditawari olehnya yang notabenenya seorang pria yang pastinya populer di lingkungannya tapi tidak, dia terlalu menakutkan untukku.

" Mungkin lain waktu."

" Aku berjanji tidak akan macam-macam. Kecuali kau yang memintanya." Ia menyeringai kecil .

" Berhenti menakut-nakuti ku, Harry! " Peringatku tegas.

" Oh, aku senang gadis kecilku takut padaku." Huh? Gadis kecilnya? Apa-apaan itu?

The Homegirl {HARBARA}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang