Chapter 18

1.3K 129 59
                                    







Aku menatapnya kalut, mata hijaunya menatapku intens, membakar kulitku yang pucat. Aku menelan ludah gugup dan menahan dadanya yang semakin maju ke arahku. Aku ingin menampar wajahnya sekarang tapi itu terlalu memesona dan aku tak akan sanggup melakukannya.

Otakku menamparku ke dunia nyata.


Harry pasti tidak menganggapku sebagai teman.


" Aku--- aku harus pulang sekarang." Kalimat itu terlontar dari mulutku dan menghantarkan humor ke wajahnya yang tadinya serius dan menakutkan.

" Apa yang ku katakan? 'Kau penakut'! " Dia mengejekku dengan seringaiannya.


Aku memutar bola mataku dan memberi dorongan pada sofa, mengangkat bokongku untuk berdiri dan mengambil jarak dari Harry, tapi meskipun begitu dia tetap mengikuti ku dan berdiri di depanku. Aku melihat wajahnya dan senang karena aku tahu suasana telah mencair, bagus, Harry pasti hanya mengerjai ku.


" Aku memang penakut lalu apa masalahmu? " Ku angkat daguku membuatnya gemas dan mencengkeramnya. Ia lalu dengan santainya mengecupku. Respon tubuhku berbanding terbalik dengan apa yang sewajarnya ku lakukan. Aku malah diam saja dan menerima perlakuannya.

Jari telunjuknya melengkung di bawah daguku sementara itu ibu jarinya mengusap daguku dengan lembut.


" Jadilah milikku, Bea! " Ucapnya pelan dan dengan sinar matanya yang damai. Ada apa dengan kita yang saling berteriak satu sama lain? Dan kenapa dia memintaku menjadi miliknya?


" Apa maksudmu, Harry? "


Ia mengangguk kemudian menjawab, " Ya. Aku memintamu menjadi milikku karena rasanya, kau memang diciptakan untukku." Perutku bergemuruh, bukan pertanda bahwa aku lapar, ini berbeda. Kata-katanya menyengat seluruh tubuhku tapi dengan cara yang ku sukai.


" Benarkah? "


" Just kidding." Ucapnya kemudian tertawa terpingkal-pingkal di depanku. Matanya menyipit, menenggelamkan bola matanya. Aku hanya berdiri, terdiam, benar-benar merasa sangat idiot. Ya Tuhan kenapa aku bisa-bisanya mempercayai humornya yang kurang ajar?


Aku tak mengucapkan apapun dan hanya membawa diriku untuk keluar dari rumahnya. Dia menghancurkan mood ku.

" Ada apa? " Wajah Chloe keheranan melihatku. Aku menggelengkan kepalaku dan masuk ke kamar. Aku tidak tahu, apa yang terjadi, intinya aku merasa kecewa.




...



" Bea?! "


Aku mendengar suara Chloe berteriak dari dalam kamarku. Aku memeras rambutku yang basah sebelum membungkusnya dengan handuk. Aku membuka pintu kamar mandiku dan mendapati Chloe yang sedang membereskan meja riasku. Ya tadinya aku mengacaukannya karena kesal pada Harry.


" Ada apa? " Tanyaku sebelum duduk di depan meja riasku dan mengambil hair dryer lalu mengeringkan rambutku.


" Temanmu itu sedang menunggumu di ruang tamu." Ucapnya, oh aku tahu siapa yang ia maksud melihat air mukanya yang nampak jengkel. Itu pasti Harry.


" Apa-apaan? Ini hampir jam sembilan malam, aku akan segera tidur." Bersamaan dengan itu, alarm ku berbunyi, waktu untuk tidur. Rasanya alarm itu benar-benar tak berarti lagi bagiku mengingat sudah berulang kali aku tak mengikutinya.

" Mau bagaimana lagi? Dia sudah disini, kau akan menemuinya kan? Oh dan lebih baik kau mengusirnya, aku juga ingin segera merebahkan tubuhku, Bea." Chloe merengek dan aku mengerti keadaannya.

The Homegirl {HARBARA}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang