Chapter 6

2K 151 36
                                    

Happy reading...


🍉🍉🍉


Aku telah mengenakan gaun panjang berwarna biru dongker yang menjuntai hingga di atas mata kaki. Aku mengepang rambutku ala French style dan mengenakan wedges untuk menyempurnakan penampilanku. Aku tahu aku terpaksa tapi bukan berarti aku harus mempermalukan diriku sendiri dengan berpakaian asal-asalan.

Aku tak mengenakan make up sama sekali karena ya sejujurnya aku tidak begitu tahu apa itu make up, aku terbiasa tampil polos dengan bedak bayi mengoles kulit wajahku. Ibuku tidak pernah mengajariku mengenal make up kecuali jika kami akan pergi ke sebuah acara maka ia akan memakaikan make up untukku itupun benar-benar tipis bukan seperti yang ku lihat di tv, itu terlihat sangat tidak nyaman karena kulitnya bahkan tidak terlihat karena ditumpuk oleh bedak yang kelewat tebal.

Aku kemudian memastikan bahwa semprotan merica milik Chloe sudah berada di tasku bersama dengan ponselku, setelah itu aku pamit pada Chloe barulah aku menunggu si tuan sopan di halaman.

Aku menunggunya sekitar 5 menit, menggantungkan tali tasku di pundak dan dia datang dengan mobilnya yang berwarna putih. Matanya, kau tahu seperti biasa, melesak ke arahku dengan tidak suka. Aku tahu dia akan berkomentar lagi, berteriak padaku, dan mengolok-olok pakaianku. Tapi aku menyemangati diriku sendiri bahwa setelah ini aku tidak harus berurusan lagi dengannya.

" Masuk! " Dia berujar dengan dingin, oh ku pikir dia akan menyiksaku dengan kata-katanya. Aku menggidikkan bahu lalu membuka pintu belakang tapi dia mencegahku.
" Sialan, jangan duduk disana! Kau pikir aku supirmu? "

Telingaku sampai berdengung mendengar sentakannya. Aku duduk di sebelahnya dengan tenang sembari meletakkan tasku di atas paha. Aku sadar bahwa dia gila dan kalau aku melawan padanya itu tandanya aku juga gila, aku harus bisa sabar menghadapi makhluk satu ini.

Ia menyetir dengan kecepatan tinggi menyebabkan jantungku berpacu dengan cepat.

" Kenapa kau berpakaian seperti akan pergi ke pesta pernikahan? " Hmm, pertanyaan yang sudah ku tunggu dan sudah ku duga. Aku meliriknya sekilas.

" Ini pakaianku yang biasa ku gunakan untuk pergi ke sebuah acara, pesta, atau yang lain-lain. Dan kau sama sekali tidak memberitahuku pesta macam apa yang akan kita datangi jadi jangan memprotes karena semuanya adalah salahmu." Suaraku terdengar jauh dari perkiraan ku. Aku berteriak padanya lalu mengerang frustasi. Darahku sepertinya selalu mendidih jika berhadapan dengannya, dia orang paling menyebalkan di muka bumi ini.

" Oh asal kau tahu saja, gadis-gadis yang akan hadir di pesta itu semuanya berlomba-lomba untuk mengenakan pakaian sekecil mungkin dan hebatnya aku membawa gadis aneh seperti kau dengan gaun bodoh mu yang benar-benar menyakiti mataku." Ia melawan dengan suara sarkasnya yang berat. Aku memalingkan muka dan sekarang aku bingung harus apa. Pesta apa? Apakah itu berlangsung di club malam?

Kepalaku sakit lagi membayangkan tatapan-tatapan sinis yang pastinya akan di alamatkan padaku. Aku sudah jelas salah kostum tapi aku lebih memikirkan tentang hal-hal baru yang akan ku alami disana.

Astaga, Bea kenapa kau sangat bodoh menempatkan dirimu di dalam neraka?

" Siapa namamu? " Tiba-tiba dia menanyakan hal itu setelah bermenit-menit lamanya diam dan membiarkanku tenggelam dalam pikiranku yang buram.

" Beatrice." Jawabku dan tak berharap dia akan memberitahu namanya.

" Aku Harry." Aku tak menggubrisnya dan sama sekali tidak mau melihatnya. Tiba-tiba dia membunyikan klakson nya dan aku terlonjak kaget dari dudukku. Dia tertawa terbahak-bahak di sampingku setelah membuat jantungku loncat dari tempatnya.

" Tidak lucu! " Aku menyambar dengan cepat agar dia segera menghentikan tawanya yang jauh lebih menyebalkan dari ekspresinya.

" Oh c'mon. Apa yang salah denganmu? Kau aneh, kikuk, payah, dan kau berpakaian seperti gadis yang hidup di tahun 70-an."

Tidak begitu. Gadis batinku menggeram.

" Bisakah kau berhenti mengejekku, ekhmm Harry? Kau jauh lebih kekanak-kanakan dariku? " Tatapanku sinis ke arahnya dan dia malah tersenyum. Aku menyadari bahwa dia punya lesung pipi yang astaga, kenapa orang menyebalkan seperti dirinya harus memiliki itu? Dia manis dan tak sesuai dengan sifat yang ia miliki. Ia tak pantas mendapatkannya, aku serius.

" Kau bukan siapa-siapa untuk mengaturku. Oh ya, setelah sampai disana aku ingin kau selalu berada di sekitarku dan bertindaklah dengan mesra padaku. Jangan terbawa perasaan, kita hanya berdrama." Senyumannya menghilang dan kini ia fokus menyetir dengan wajah tegangnya. Dasar moody.

...

Benar yang ia katakan.

Semua gadis disini berpakaian minim dan menyebar di seluruh tempat, bergabung dengan kerumunan laki-laki. Mimpi apa aku semalam bisa berada disini sekarang?

Aku merasakan angin malam menusuk kulit tanganku yang telanjang dan si tuan sopan, umm maksudku Harry meletakkan tangan kirinya disekitar pinggangku sebelum menuntun ku untuk berjalan, memasuki pekarangan rumah besar yang ramai dan dipenuhi oleh bunyi musik yang tidak begitu kuat. Tidak ada yang pernah meletakkan tangannya di pinggangku, bahkan Zayn sekalipun.

" Woah lihat siapa yang datang? " Aku tidak tahu kenapa aku menjadi sering terkejut. Seorang pria yang memiliki brewok pendek memberikan pelukan maskulin kepada Harry. Aku merasakan banyak yang mulai memperhatikanku, ya tentunya karena aku salah kostum dan meskipun aku tahu kalau aku harus menghadiri pesta aneh ini, aku pun tidak akan memakai pakaian seperti gadis kebanyakan disini. Aku tidak seperti itu. " Who is this? Your new girl, huh? " Pria itu memperhatikanku. Kenapa semuanya sama? Dia memperhatikanku persis seperti yang dilakukan Harry. Apakah gaunku memang seburuk itu?

" Ya uh...dia. Kau tahu jelas maksudku, Payne." Harry gugup, aku tahu membawaku kesini adalah ide yang buruk. Aku bukan gadis yang keluar setiap malam hingga pagi dan mabuk-mabukan di bar, jadi sudah seharusnya pria seperti mereka akan malu, bahkan hanya untuk mengakui bahwa mereka mengenalku, itu hal yang memalukan.

" Ku rasa dia salah kostum." Pria ini tertawa dan diikuti orang-orang yang duduk di belakangnya. Aku tidak tahu angin mana yang menghampiriku tapi aku malah ikut tertawa seolah-olah aku baik-baik saja.

" Ya dia tidak memberitahuku pesta macam apa yang akan dihadiri jadi inilah yang ku kenakan." Harry sama terkejutnya denganku. Ia memicingkan matanya lalu menempatkan tangannya lagi di sekitarku. Aku merasa seperti disengat listrik saat jari-jarinya bergerak di luar gaunku.

" Aku tahu dia menyebalkan." Saat temannya itu menyeringai dan kembali ke tempatnya, Harry mengajakku untuk duduk tak jauh dari kerumunan itu. Aku masih diperhatikan oleh banyak orang.

Harry mengambil minuman sebanyak dua gelas dan memberikanku satu.

" Apa itu? " Tanyaku dan dia memutar bola matanya. Ia membawa gelasnya ke hidungnya, menghirup aromanya.

" Bir? "

" Oh aku tidak minum." Ucapku enteng. Seorang gadis berambut pirang dengan alis tebalnya menoleh padaku. Ia duduk di sebelah kananku, menghabiskan jaraknya denganku untuk mendekat. Mata birunya memicing ke arahku sejenak sebelum beralih untuk melihat Harry.

" Ya Tuhan darimana kau mendapatkan gadis ini? " Ia tertawa lebar dan Harry malah ikutan tertawa. Bukankah seharusnya dia membelaku dan menyakinkan semua orang bahwa aku tidak seaneh itu?

" Diam kau, Britt. Jangan coba-coba mengganggu nya! " Si tuan sopan mengedipkan matanya padaku lalu duduk di sebelahku. Tangannya melingkar di bahuku dan mengelusnya.

" Aku minta maaf untuk itu, well, ya kau membawa gadis yang berpakaian seperti akan ke pesta ulang tahun ditambah lagi dia tidak minum, mengejutkan! " Gadis itu tertawa lagi dan aku memandang ke sekitar, semua orang memperhatikanku, hebat.















Maaf kalau boring karena akunya juga boring memikirkan kemana sih si Harry, nyebelin bgt...🖕
😂😂😂 Gak denggg

Next kah? Jangan jadi silent reader!

The Homegirl {HARBARA}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang