Chapter 23

1.2K 117 37
                                    


Hey all...
Semoga suka dengan chapter ini.
Dan makasih udah mau support ❤

Happy reading xoxo


🍉🍉🍉

















Aku tak berminat.


Zayn sudah memesankan ku semua menu yang tersedia di restoran ini karena ketika ia bertanya aku ingin memesan apa, aku hanya menjawab 'aku tidak tahu' jadi dia memesan semuanya dan memintaku memakan apa yang menurutku enak. Sudah ku bilang, dia boros, sangat, dan gila. Dia sudah mulai makan sambil sesekali memintaku segera memakan setidaknya satu dari semua ini tapi aku lebih senang membayangkan memberikan makanan-makanan ini pada anak-anak di panti asuhan. Tidak mungkin aku menghabiskannya, dan pikiranku membuahkan ide. Aku memanggil seorang pelayan dan memintanya membungkus semua ini dan menyisakan dessert untukku. Zayn hanya diam lalu tersenyum saat semua makanan menghilang dari pandanganku kecuali dessert yang akan ku santap, setidaknya dia tersenyum karena aku mau makan.

" Akan kau apakan makanan-makanan itu? " Tanyanya.

" Membawanya ke panti asuhan? " Jawabku dengan nada bertanya. Saat itu juga dia menampilkan ekspresi keberatan tapi aku tidak peduli jika dia tidak mau mengantarku setelah ini. Aku bisa memakai taksi bukan?

" The fuck, Bea? Aku harus ke club sepulang dari sini." Lihat?

" Aku tidak membutuhkan mu selama taksi masih berserakan di Amerika." Seruku sarkas dan bibirnya segera membentuk garis lurus. Matanya memancarkan kemarahan tapi aku tidak takut padanya.

" Kau berani padaku? " Suaranya merendah dan mungkin itu pertanda bahwa dia kesal atau mungkin memang marah.

" Katakan padaku kenapa aku harus takut." Begitu mendengarkan itu, Zayn langsung menggebrak meja membuatku meloncat dari dudukku. Bagus, orang-orang mulai memperhatikanku. Zayn masih melotot kemudian memberiku tatapan mengancam dan dia dengan angkuhnya meninggalkan ku, menghampiri seorang pelayan dan meminta bill. Aku mengusap wajahku frustasi dan begitu melihat Zayn meninggalkan restoran barulah aku berdiri dan meminta pesanan ku. Dua kantong besar berisi makanan memenuhi tanganku dan aku dengan susah payah membawanya keluar dari restoran. Aku meletakkannya di atas trotoar dan mencoba menghubungi Harry. Tak membutuhkan waktu yang lama baginya untuk mengangkat telepon ku. Aku dengan segera meminta tolong agar ia menjemputku di restoran ini dan sekitar setengah jam ia menemukanku dan matanya melebar memandangi ku.

Ia terlihat ingin mengatakan sesuatu tapi aku kelewat lelah untuk menunggunya berbicara.


" Apa kau mau menolongku membawa makanan ini ke sebuah panti asuhan yang terdekat dari sini? Sebenarnya aku ingin menggunakan taksi tapi ku rasa akan lebih mudah jika kau mau membantuku." Harry mengerjapkan matanya beberapa kali dan matanya turun ke area dadaku. Menyadarinya, aku menarik pakaianku dibagian yang sedang ia tonton, berusaha menutupinya. Dasar!

Ia menyengir dan tertawa setelahnya.

" Aku bisa melakukan apapun untukmu, termasuk membuatmu mendesahkan namaku di mobil." Aku tak menggubrisnya melainkan mengangkat kedua kantong plastiknya namun ia dengan segera mengambil alih. " Ayo! " Aku senang dia mau menolongku. Kami berdua masuk ke mobilnya dan Harry sepertinya sudah tahu kemana ia harus mengantarku. Aku terkagum melihatnya yang begitu antusias membagikan makanan-makanan ini ke anak-anak yang tidak lagi mempunyai orang tua seperti ini. Ia bahkan mengecupi kening mereka satu persatu demgan penuh kasih sayang dan aku menitikkan air mata melihatnya. Si pemilik panti asuhan mengucapkan terima kasih pada kami setelah aku dan Harry memeluk mereka lalu kami meninggalkan rumah bahagia itu. Anak-anak manis itu melambaikan tangan mereka pada kami saat kami pergi.

The Homegirl {HARBARA}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang