Chapter 21

1.3K 138 67
                                    


Malam semuanyahhh, para temen-temen onlinequhhh  *mood
😂😂😂
So aku udah menepati janji dong bakal double up, jadi buat kalian yang masih sider munculin diri dong biar diriku tambah mood malam ini eaaaa

Jangan lupa tinggalin vommentsnya ya, yang banyak, gratis tanpa dipungut biaya, bebas ongkir, dan tanpa metode pembayaran lewat Indomaret dan sebagainya, pokoknya bebas dan tak terbatas, boleh juga kalau mau komen tagihan kalian yang belom dibayar *apaan seh ni orang

I think i'm drunk haha

*Nevermind

Oh ya kalau mau fff aka follow for follow ask aja ya, ga keberatan sama sekali 🤗 ramein notif ku napa guys 😿

😂😂😂 Banyak banget ya bacotan ku ugh udah deh selamat membaca ya guys, enjoyyy

🍉🍉🍉














" Jadi? " Aku memulainya. Sebenarnya aku tidak suka kita berbicara disini, di halaman rumah, bisa saja Harry mendadak keluar dari sarangnya lalu melihatku. Aku tidak ingin melihatnya. Tapi Zayn mengajakku untuk bicara disini dan aku tidak punya kemampuan untuk mengajaknya berbicara di tempat lain, mulutku terasa berat mengatakannya.

" Sepertinya kita harus membatalkan semua rencana kita, Bea. Aku berpikir lebih baik kita mengikuti rencana keluarga kita karena aku sendiri tidak punya pilihan hidup." Zayn memulai dengan tenang sementara aku terlalu cepat menautkan alisku.

" Apa yang terjadi? " Mata cokelat Zayn menatapku intens. Bibir merah mudanya tertarik membentuk sebuah senyuman, tapi aku menangkap kesedihan di wajahnya.

" Aku putus dari Sofia."

Oh ya Tuhan jangan bilang Zayn mau menikah denganku.

" Aku tak apa harus menikah denganmu. Kau cantik, sexy, dan baik. Seharusnya aku menyadari itu sejak dulu." Aku tercengang, ditambah lagi Zayn menggenggam tanganku dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya membelai pipiku lalu turun ke leherku. Kulitku merinding akan sentuhannya. " Sofia tidak sebaik dirimu, penampilannya membutakan ku. Tapi aku bisa mengubahmu, sehingga kau bisa mengimbangi ku."

Oh pembicaraan ini membuat kepalaku berputar. Aku tidak mengerti apa maksud ucapannya. Dengan pelan aku mengambil tangannya dari leherku, melepaskannya dariku.

" Zayn...aku tidak tahu, maaf. Kita bicarakan lain kali oke?." Aku berdiri dan menghilang darinya. Aku masuk ke dalam rumah tapi tidak ke kamar. Aku mencari pintu belakang dan keluar dari sana. Bersyukur Chloe tidak melihatku, aku menyempatkan diri untuk menghidupkan mode pesawat di ponselku untuk berjaga-jaga. Aku menjauhi rumahku tapi masalah lain ada di depanku. Harry duduk di ayunan itu yang berada di belakang rumah kami, sendirian dan melamun. Aku segera kabur sebelum ia melihatnya. Kakiku telah melangkah secepat dan sebanyak yang aku bisa tapi sepertinya usahaku sia-sia, mendengar Harry menyerukan namaku.

Sekujur tubuhku terasa sakit saat mendengarnya, aku sudah tak waras.

Tubuhku di tarik, tentu saja, kakinya lebih panjang dariku dan itu mempermudahnya untuk menyamai posisiku. " Kau mau kemana? "

" Bukan urusanmu! " Aku mendorongnya dan aku tak menyangka dia bisa mundur karena tenaga kecilku. Aku bergegas lagi tapi pria ikal itu tidak menyerah. Ia terus-terusan mencapaiku.

" Setidaknya maafkan aku. Kau bisa mengabaikan ku setelah ini, menganggap bahwa aku tidak ada tapi percayalah aku membutuhkan kata maaf mu." Ucapannya menambah beban di kepalaku. Dan tebak apa? Aku menangis lagi. Air mataku tumpah dan gadis batinku menjeritkan kata 'ini terlalu banyak'.

The Homegirl {HARBARA}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang