Chapter 13

1.4K 160 48
                                    


Aku gak bisa buat chapter yang panjang sorry hehehe...

Semoga suka dan jangan lupa vommentsnya ❤

Happy reading!

🍉🍉🍉

Zayn sedang tidur di ranjangku dan aku sendiri sedang menunggu kedatangan Harry, semoga saja Harry datang sebelum ibuku kembali ke rumah. Aku tak punya nomornya karena ia tak kunjung menghubungi nomorku jadi disinilah aku menunggunya, di jendela kamarku.

Aku terus-menerus melirik jam yang kini menunjukkan pukul 7 malam lebih. Sebuah keputusan yang bodoh untuk menunggu pria seperti Harry, dia bisa saja tidak pulang selama berhari-hari. Aku memutar bola mataku dan menutup gorden, aku hanya akan menunggu kesempatan saja. Saat dia sedang di rumah barulah aku menanyakannya meskipun rasa penasaran telah menggerogoti tubuhku.

Mataku lelah dan aku ingin sekali tidur sekarang tapi Zayn tertidur disana. Akhirnya aku menemui Chloe yang sedang menyisir rambutnya di kamarnya.

" Chloe? Boleh aku masuk? " Tanyaku dan ia segera menoleh.

" Tentu, masuklah! Ada apa? " Ia balas bertanya dan aku duduk di tepi ranjangnya. Bersamaan dengan itu ponselku bergetar di tanganku, menandakan notifikasi pesan. Aku menatap layarnya yang menandakan ini pesan dari ibuku. Dia berkata bahwa dia dan geng sosialitanya harus menginap di hotel karena tiba-tiba salah satu temannya mengadakan pesta anniversary pernikahan disana. Senyumku mengembang, begitu senang. Bagus, kalau begitu aku bisa menemui Harry malam ini juga. " Ada apa? " Suara Chloe mengembalikan ku ke bumi. Aku menarik bibir bawahku di antara gigi, menggigitnya dengan gemas.

" Ibuku tidak akan pulang malam ini, itu artinya aku akan menemui Harry."

" Kedengarannya bagus." Chloe terkekeh bersama ku dan lima menit kemudian terdengar suara Zayn yang memanggilku. Aku keluar dari kamar Chloe dan menemukan pria berbulu mata lentik itu sudah sampai di pintu depan.

" Kau mau kemana? " Tanyaku, sudah pasti jawabannya pulang tapi aku meragukannya, ia pasti belum cukup pulih.

" Sofia memintaku untuk menjemputnya di lokasi pemotretan." Jawabnya membuatku ternganga seketika. Benar apa yang ku duga, Sofia bukanlah gadis yang baik. Dia tak peduli pada Zayn.

" Dia bisa memesan taksi kau belum pulih, Zayn." Hampir saja aku membentaknya, tapi Zayn hanya menyunggingkan senyum seolah dia baik-baik saja. Budak cinta!

" Aku tak apa. Ngomong-ngomong kau seksi juga, Bea, gaun malam mu itu....uh...sudahlah lupakan saja. Pantas Harry seperti.....Oh fuck, astaga! Aku tidak tahu apa yang sedang ku bicarakan. Sampai nanti! " Zayn bergegas keluar meninggalkan ku dengan kalimatnya yang berbelit-belit. Ia menyalakan mobil dan melaju untuk menjemput kekasihnya. Aku melirik pada Chloe yang kini berdiri tepat di sebelahku dan kami berdua sama-sama menggidikkan bahu. Tepat pada saat aku akan menutup pintu, aku melihat mobil Harry melintas jadi dengan cepat ku urungkan niatku.

Aku tak berbasa-basi untuk menemuinya sekarang juga seraya mengabaikan seruan Chloe yang memanggilku.

Harry belum sempat turun dari mobilnya dan aku menggedor-gedor kacanya dan bersyukur bahwa tidak ada orang lain di dalam selain Harry begitu dia keluar. Ia memelototi ku dan memperhatikanku dengan bola matanya yang naik turun.

" Kenapa kau berkelahi dengan Zayn? " Seruku di depan wajahnya. Ia mengernyit lalu paham di detik berikutnya. Ia menyandarkan diri pada pintu mobilnya, matanya itu terlalu mengintimidasi.

" Karena aku tak suka dengan caranya membawamu pergi lalu ujung-ujungnya dia membiarkanmu seperti nyamuk saat si jalang Sofia datang." Jawabnya santai. Jadi benar yang dikatakan Zayn, ini karena aku. Tapi kenapa dia harus marah untuk itu? Bahkan aku sendiri tidak terlalu mempermasalahkannya.

" Itu tidak masuk akal, Harry. Berhentilah mengusiknya! " Ucapku penuh penekanan. Harry tergelak dan aku baru menyadari bahwa dia juga memiliki memar di rahangnya.

" Itu tidak masuk akal untukmu, tapi itu masuk akal bagiku. Lagipula itu bukan apa-apa baginya, santai saja. Aku hanya berusaha melindungimu."

Giliran ku yang tergelak. Melindungiku? Lelucon macam apa itu? Tadi siang dia berkata aku butuh pertolongan dan sekarang dia berkata dia hanya berusaha melindungiku. Oke seharusnya aku sudah tahu bahwa dia punya masalah kejiwaan.

" Dengar, Harry, Zayn adalah...ya kau tahu dia dekat denganku, dia tahu bagaimana aku dan aku pun sebaliknya. Aku pun tak akan tinggal diam kalau seseorang menyakitinya, aku tahu aku kedengarannya konyol karena aku bukan apa-apa tapi aku akan melakukan apa saja yang ku bisa dan kau, kau bukanlah siapa-siapa, Harry. Aku tidak membutuhkan pertolongan mu ataupun perlindungan mu, kau sangat kacau! " Nada bicaraku benar-benar sinis dan tiba-tiba saja ekspresi nya berubah menjadi... entahlah aku tidak tahu, dia terlihat seperti terluka? Harry terluka? Tidak mungkin.

" Lihat siapa yang bicara, kau terdengar sama saja dengan ibumu." Ketusnya dan dia meninggalkanku yang mematung di samping mobilnya. Aku melihatnya tengah mencoba membuka pintu rumahnya dan aku secara tak sadar menghampirinya. Ia hampir menutup pintunya tapi aku menghalanginya dengan kakiku. Aku tersentak, menyadari bahwa aku hanya mengenakan gaun malam tanpa lenganku yang berwarna merah muda keperakan tanpa kardigan ku. Dan panjangnya hanya sampai di atas lutut, bagus, aku malu sekarang.
" Apa? " Ketusnya lagi.

" Aku perlu bicara denganmu." Jawabku. Ia menyeringai dan mempersilahkan ku untuk masuk. Aku duduk di sofa dengan kedua tanganku yang berada di atas paha dan mencoba menutupi kakiku sebisa mungkin.

Aku mulai merasakan atmosfer yang berbeda ketika ia duduk dan menjadikanku objek satu-satunya yang berada di pandangannya.

" Jadi, apa yang ingin kau katakan? " Dia bertanya dan aku tersedak angin. Apa yang salah denganku?

" Aku ingin minta maaf kalau aku menyinggung mu." Ujarku tak bersungguh-sungguh, ada sesuatu yang aneh disini dan aku tidak tahu apa itu. Aku yakin sekali bahwa aku punya sesuatu yang benar-benar ingin ku bicarakan dan bukan hanya sekedar meminta maaf.

" Itu saja? " Dia terkekeh geli lalu memindahkan bokongnya untuk duduk tepat di sampingku. Aroma tubuhnya menyeruak masuk dan menusuk dinding hidungku.

" Ku rasa." Aku menggidikkan bahuku lalu mencoba mencari objek lain untuk dilihat. Aku dapat merasakan seringaiannya di sebelahku dan tiba-tiba saja ia menyingkirkan tanganku dari atas pahaku dan meletakkan tangannya disana. Tentu saja sentuhannya membuatku tegang, meskipun tangannya tak bergerak. " Apa yang kau lakukan? " Aku mendesis tapi tubuhku membeku untuk bergerak dan lari.

" Kau menggiurkan, Bea." Bisiknya dan bibirnya terasa di leherku yang telanjang karena aku mencepol rambutku. Aku mendorongnya dan menggeser diriku.

" Apa-apaan? " Sentak ku dan aku tidak mengerti kenapa aku tidak mau berdiri, akhirnya dia mendekat lagi dan mengambil tanganku. Ia mencium jari-jari tanganku dan terlihat seperti menghirup aromanya. Tubuhku benar-benar kaku bahkan saat dia mendekatkan wajahnya, ia memiringkan kepalanya dan aku menutup mataku. Saat aku membuka mata disitulah aku tersadar kalau dia mendapatkan ciuman pertamaku.













Maaf kalau typo merajalela dan
Makasih buat kalian yang pada rajin ngasih vomments, karena kalian itu mood booster ku habisnya doi taunya ngerusak mood aja Lol 😂 (apaan sih)

Next?

The Homegirl {HARBARA}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang