Chapter 26

1.2K 123 36
                                    

Hai haiii semuanya. Kayaknya udah lebih dari sebulan aku enggak nangkring di wattpad ya. Tapi aku udah balik nih buat kalian yang masih mau nungguin cerita abal-abal ini. Terimakasih untuk birthday wishes nya ya dan terimakasih banyak yang selalu ngasih support, akutuh seneng banget, lebih seneng lagi kalau bisa nonton konsernya si Tommo 😥

But anyway, aku harap kalian bakal terhibur dengan chapter ini yang ku buat dengan ala kadarnya. Enjoy





🍉🍉🍉




" Sial, ini sangat jauh, Bea. Bagaimana kita bisa bertemu setiap hari? "

Sinar matahari menyilaukan matanya yang bercahaya, wajahnya memerah dengan bibirnya yang membentuk garis keras. Aku menautkan tanganku di atas paha sembari mengalihkan tatapanku ke dinding kaca di depanku, memandangi deretan skyscraper yang terpajang kokoh disana. Sebuah pemandangan yang selama ini tak pernah terpercik di bayanganku, membayangkan tinggal ditempat seperti ini.

" Setidaknya kita bisa bertemu tanpa adanya penolakan dari siapapun, Harry." Aku tersenyum padanya tapi dia menolak senyumku.

" Oh ya? Aku tidak suka dengan pria di depan sana." Dia mendengus, hidungnya kembang kempis seiring dengan dadanya yang naik turun.

" Luke? Ayolah, dia bawahan ayahku yang dipekerjakan untuk menjadi seperti...uh kau tahu, bodyguard? "

" Omong kosong, Bea. Aku memergokinya memandangi bokongmu tadi." Sergahnya dengan ketus. Aku memelototinya dan hampir menyambar vas bunga untuk menghampiri wajahnya.

" Jaga ucapanmu, Mr. Styles! "

Harry hanya memutar bola matanya dengan jengkel. Ia berdiri dari sofa dan memandangi rumah ini dengan serius. Aku hanya memperhatikannya dari sini. Ada sebuah keinginan dalam diriku untuk memeluknya dari belakang, tapi tidak akan ku lakukan. Dia hanya temanku. Aku ingin membicarakan tentang Zayn dengan Harry tapi sepertinya ini bukanlah waktu yang tepat mengingat dia sendiri kesal karena kepindahan ku dan soal Luke. Hingga detik ini Zayn tidak mencoba menghubungi ku. Kemungkinan besar dia telah menyerah atau justru sedang mempersiapkan sesuatu. Tapi aku tidak begitu meyakini kemungkinan kedua karena ku pikir dia pastinya akan segera mendapatkan pengganti Sofia dan itu jelas bukan aku. Aku tidak akan keluar dari rumah ini tanpa siapapun dan mungkin aku bisa meminta tolong pada Harry untuk mengantarkanku jika sewaktu-waktu aku ingin keluar.

" Dimana Chloe? " Suara berat Harry bertanya dan mengembalikan ku ke bumi. Begitu memahami pertanyaannya, aku merasa sedikit jengkel karena dia menanyakan tentang Chloe. Ya aku tahu dia sempat menggoda Chloe dan terang-terangan mengatakan Chloe itu 'hottie', oh sayangnya ingatan itu membuatku jengkel. Tapi kenapa aku harus jengkel?

" Di dapur, mungkin."

" Ada apa dengan nada bicaramu, kau cemburu? " Tanyanya yang spontan saja membuat nyawaku seperti terbang ke atas.

" Cemburu atas dasar apa? Ayolah Harry, berhentilah mencoba membuatku kesal! "

" Lihat? Kau cemburu! Ayolah Bea, apa susahnya kau berkata bahwa kau menyukaiku? "

Dia tidak serius kan?

" Ya tentu aku menyukaimu." Jawabku sembari menyengir dan saat itu juga matanya berbinar-binar.

" Benarkah? "

" Ya sebagai teman." Dan kilauan itu meninggalkan matanya. Ia kembali duduk ke sofa tapi kali ini dia mengambil tempat tepat di sebelahku. Ia mengambil tanganku dan mengecupnya. Sebuah pergerakan yang terlalu terburu-buru dilakukannya.

" Aku tidak mau berteman denganmu." Bisiknya. Ia membangunkan bulu-bulu halus di sekujur tubuhku dan aku dapat merasakan denyut nadiku yang berdetak lebih cepat dari biasanya.

" What? "

" Bisakah kita menjadi sesuatu yang lebih...intim? " Bisiknya lagi dan rasanya aku ingin tertidur di bawah sofa.

" A-aku...tidak mengerti."

" Kau jelas mengerti. Pikirkanlah baik-baik, aku tidak mau memaksamu. Ingat tentang friends with benefits? Cobalah memahaminya, aku akan kembali besok. Sampai jumpa, culun! " Dengan begitu dia mengecup pelipisku dan berjalan keluar. Ia meninggalkan ku yang membeku diatas sofa dengan kata-katanya dan perlakuannya barusan.

...

Harry's POV


Fuck! Kenapa semuanya harus berubah seperti ini?

" Hei." Langkahku diinterupsi oleh seseorang dari belakang. Aku membalikkan badanku dan menemukan senyuman bodoh dari pecundang yang telah berani-beraninya mengambil kesempatan untuk menikmati bokong seksi milik Bea. Kalau saja disini bukanlah tempat yang dihuni oleh orang-orang dengan derajat tinggi dan ramai, aku sudah menghancurkan rahangnya sekarang.

" Apa? " Tanyaku dengan ketus. Dia masih tersenyum biasa dan senyumannya berubah menjadi cengiran halus nan licik.

" Aku hanya ingin memperingatkan bahwa jangan berani kau menyentuh Nona Palvin, ataupun menyakitinya, kau tahu harus berhadapan dengan siapa."

Seriously?

" Ada banyak perlombaan komedi di dunia ini, jangan lakukan di depanku." Aku terkekeh mengejek dan wajahnya berubah datar penuh emosi. Aku dapat melihat dari matanya itu.

" Aku mengingatkan mu secara baik-baik, sir."

Aku masih mampu tersenyum di depannya, berusaha meredam emosiku yang telah mencapai ubun-ubun. Aku mendekati telinganya dan membisikkan, " She's mine and you're nothing."


...

Bea's POV

Harry menelponku sore ini dan dia hanya mengisi pembicaraan dengan berbagai godaan yang membuatku tersenyum selama berjam-jam. Pembicaraan kami berakhir karena ia harus bekerja. Aku baru saja diberitahu olehnya kalau dia bekerja sebagai seorang fotografer, yang ku tahu selama ini dia tidak punya kesibukan dan rutinitas yang ia lakukan hanya bersenang-senang dengan caranya.

Aku tak puas-puas memandangi kota, terlebih lagi keindahannya menjadi berkali-kali lipat di malam hari. Ketukan di pintu kamarku membuatku bangkit dan membukakan pintunya. Ku pikir Chloe akan mengajakku untuk makan malam ternyata yang datang adalah Luke. Tatapanku jatuh pada pakaiannya. Dia mengenakan celana jeans hitam dengan kemeja yang ketiga kancingnya dari atas dibiarkan terbuka, membuatku dapat melihat dengan jelas bulu-bulu dadanya. Bukankah dia harusnya mengenakan setelan tux nya hingga jam kerjanya berakhir?

Baiklah, itu bukan urusanku.

" Ada apa? "

Dia menggeleng seraya tersenyum ramah.

" Aku hanya ingin memastikan bahwa kau baik-baik saja, Nona. Maksudku setelah kedatangan teman priamu."

Apa katanya?

Oke, dia sangat aneh.

" Bukankah kau seharusnya mengecek ku tepat setelah dia pulang? Luke, dia datang tadi pagi dan kau," Aku tak dapat melanjutkan ucapanku karena yang ku lakukan adalah tertawa di hadapannya. Dia juga bergabung denganku dan itu berlangsung selama beberapa detik.

" Oke baiklah, Nona, aku minta maaf. Jadi apakah kau baik-baik saja? Agar aku bisa tidur dengan nyenyak." Ujarnya. Aku sedikit memicing padanya lalu ide gila, baiklah, idenya biasa saja, muncul di kepalaku.

" Tentu saja aku baik-baik saja. Aku bahkan berharap dia selalu menemaniku disini. Aku sangat mencintainya." Ucapku seperti orang yang sedang dimabuk cinta. Luke manggut-manggut dan ia menghela nafas panjang.

" Senang mendengarnya, tapi dia terlihat tidak bersungguh-sungguh denganmu, Nona."


















Maaf kalau typo merajalela dan aku juga gak bisa cepet update. Lagi sibuk nyari kerjaan plus nungguin panggilan. Doain ya guys biar diriku ini segera mendapatkan pekerjaan 😌

The Homegirl {HARBARA}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang