Chapter 17

1.4K 129 44
                                    


Hai guys, maaf akunya lama banget up, i'm so goddamn busy.
Tapi sempet-sempetin nulis karena aku gak mau kalian terlalu lama nunggunya. Untungnya chapter aneh ini kelar dan aku langsung up dan langsung balik ke kesibukan aku so aku gak punya waktu untuk berlama-lama di wattpad padahal cerita2 di perpus ku udah banyak yang update ya lord hamba tergiur liatnya tapi belum ada waktu buat baca, sad...

Aku harap kalian pada maklumi chapter ini karena bagian akhirnya aku ngebut guys jadi gak tahu deh bentuknya gimana, typo lagi, karena aku gak sempet baca ulang huhuhu

Tapi terlepas dari ocehan ku diatas, aku kangen banget sama kalian hehehehe

Yaudah selamat membaca ❤

🍉🍉🍉

Aku menerima dengan enggan kalung berliontin berlian dari Harry. Aku tidak ingin menerimanya tapi dia memaksa dan mengancam untuk menjauhiku. Aku tahu ancamannya sangat konyol untuk ku turuti tapi aku tidak ingin jauh-jauh darinya, aku punya alasan dibaliknya tapi tidak tahu jelas apa itu.

Harry tersenyum dan menggenggam tanganku lagi untuk melanjutkan waktu kami. Aku mendapatkan tatapan sinis dari beberapa gadis yang melintas di dekat kami, tapi tak berlangsung lama saat mereka melihat ke arah Harry dengan tatapan kagum. Apakah mereka seperti 'cemburu'? Ya Tuhan itu konyol jika benar.

" Aku lapar." Harry berkata tepat pada saat kami berada di depan restoran cepat saji. Aku terkekeh sesaat sebelum dia mengajakku ke dalam. Ia memesan kan untukku dan aku hanya diam saja karena semua menu disini sudah pernah ku cicipi jadi apapun itu aku pasti akan memakannya. " Ada yang salah? " Dia bertanya di saat keheningan menyelimuti kami. Nomor antrian kami di sebutkan dan dia segera mengambil pesanannya. Menunya sama dan Harry segera melahap makanannya sementara aku hanya memperhatikannya. " Ada apa? " Tanyanya lagi. Aku menggelengkan kepalaku kemudian tertawa kecil.

" Tidak ada, hanya saja aku merasa... kau tahu? Aneh? " Jawabku. Lesung pipinya muncul lagi dan aku menyadari bahwa aku akan menjadikannya favoritku sekarang.

" Itu wajar mengingat kau tidak pernah seperti ini." Dia benar. Aku hanya tersenyum kemudian memakan makananku. Kita tak banyak mengobrol di dalam sana bahkan saat kita akan pulang.

" Kau pasti bosan." Aku memecah keheningan begitu mobilnya mulai meninggalkan area parkir. Harry menoleh dan tersenyum simpul.

" Sebenarnya iya tapi tidak terlalu buruk, nanti juga terbiasa." Suaranya terdengar meyakinkan ku bahwa dia akan mengajakku jalan-jalan lagi kapan-kapan. Aku memalingkan muka, malu harus tersenyum bahagia di depannya. Ngomong-ngomong, aku jadi merindukan momen ku yang harus berteriak padanya.

" Kenapa kau membelikan ku barang-barang ini Harry? " Dan ini semua mahal. Ucapku dalam hati.

" Anggap saja ini sebagai tanda permintaan maaf dariku, aku tahu aku adalah seorang yang brengsek, yang sudah membuatmu menangis berkali-kali so yeah." Ia menggidikkan bahunya. Aku terdiam tak menanggapi. Aku sama bersalahnya seperti dia. Ya maksudku kami saling mengeluarkan sisi buruk kami masing-masing di hari-hari yang lalu.

Ia mengantarku pulang dan aku berterimakasih padanya. Harry tidak kembali ke rumahnya melainkan pergi lagi dengan mobilnya. Mungkin dia ingin menemui teman-temannya yang liar. Aku masuk ke dalam rumah dan mencari Chloe, menceritakan padanya tentang Harry.

" Sepertinya dia menyukaimu." Chloe berkomentar sesaat setelah aku selesai bercerita. Alisnya ia angkat tinggi-tinggi, pertanda bahwa dia sedang mencoba menggodaku. Aku terkekeh geli.

" Mana mungkin dia menyukaiku." Ya benar, tidak mungkin Harry menyukaiku. Lihat saja penampilanku, aku seorang gadis kuno dan Harry bergaul dengan gadis-gadis keren di luar sana. Gadis-gadis cantik yang memiliki kebebasan untuk berekspresi dengan dirinya, bukan gadis payah dan tertekan sepertiku. Aku sama sekali bukan tipenya dan memikirkan tentang Harry menyukaiku saja sudah membuatku minder. Aku bahkan tak pantas untuk sekedar membayangkannya.

The Homegirl {HARBARA}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang