Chapter 37

531 75 7
                                    

Hai, how are you guys? Aku update nih untuk menemani malam kalian yang #kaumrebahan hehe, happy reading!

🍉🍉🍉

"Harry sudah pulang?"

Chloe bertanya begitu mendapati ku sedang menghampirinya yang sedang membersihkan kompor. Aroma masakannya tercium olehku dan itu sedikit membuatku lapar tentunya, ini sudah memasuki jam 8 malam.

"Tidak dia sedang tidur di kamarku." Jawabku dan Chloe segera memberiku tatapan menggodanya lagi. Oke dia mulai menjengkelkan lagi dan aku ingin sekali menjambak rambut pirangnya yang berkilau itu.

"Jadi kalian sudah kembali bersama?"

"Entahlah, dia berkata banyak dan meminta maaf berulang kali juga memohon agar aku menerimanya lagi. Aku belum memberikannya jawaban dan kondisinya buruk jadi aku minta agar dia istirahat dulu." Aku menggidikkan bahuku seraya duduk dan menggeser piring lalu mengisinya dengan masakan Chloe.
Chloe baru akan berbicara lagi tapi dering ponselnya menginterupsi. Aku dapat menebak bahwa itu Zayn lantaran rona di pipinya muncul ketika melihat layar ponselnya.

"Hai...oh sebentar." Katanya lalu segera melenggang dari dapur. Ku rasa Zayn datang kemari. Dan benar saja selang lima menit kemudian Zayn muncul lalu memberiku sebuah paper bag dengan senyuman hangatnya.

"Aku membawakan kalian beberapa cemilan."

"Thank you." Aku dengan antusias membuka paper bag nya dan mendapati macaron yang berwarna-warni, dengan cepat aku membuka bungkusnya dan memakan yang berwarna biru.

Zayn tertawa melihatku begitu juga Chloe.

"Hei." Tubuhku lantas menegang kala mendengar suara Harry. Suasana yang agak riuh tadinya menjadi senyap seketika Zayn dan Harry mulai saling melemparkan tatapan tajam. Harry nampak mengendalikan dirinya dan terlihat biasa saja beberapa detik kemudian.

"Kenapa kalian tidak bilang kalau ada dia disini?" Zayn bergumam yang mana masih bisa ku dengar dengan jelas. Ia mengalihkan perhatian ke segala arah hanya agar tidak melihat Harry yang kini duduk di sebelahku.

"Dude, i don't want to start anything, okay?" Harry bersuara dan itu semakin memperburuk keadaan lantaran Zayn tergelak mengejek ke arahnya.

"Jangan berbicara seperti kau adalah seorang malaikat, Harry. Lagipula apa yang kau lakukan disini, memohon untuk kembali bersama pada Beatrice setelah kau kembali pada Stella kemarin malam? Menjijikkan."

"Siapa Stella?" Spontan saja mengeluarkan pertanyaan ini. Aku melirik Harry dengan wajah tegangnya di sampingku. Mata hijaunya menatapku dengan tatapan yang terlihat berusaha meyakinkan ku bahwa perkataan Zayn tidaklah benar.

"Mantan tunangannya, atau mungkin harus ku sebut tunangannya?" Zayn terkekeh, aku meminta penjelasan dari Harry.

"Tidak, Bea, itu tidak benar. Aku tidak bertunangan dengan siapapun." Harry menyentuh tanganku dan meremasnya pelan. Aku menghela nafas tidak tahu harus bereaksi seperti apa.

"Lalu siapa itu Stella?"

"Kau sudah pernah bertemu dengannya." Jawabannya langsung membuatku teringat dengan kejadian waktu itu, dimana hujan turun dengan derasnya dan aku menonton Harry yang tengah bercumbu dengan seorang gadis pirang di kamarnya, lalu gadis itu pergi dan Anne mengejarnya, oh juga saat Harry menemaninya membeli makeup. Mungkin saja Zayn benar, mengingat bahwa gadis itu bahkan sudah akrab dengan Anne.

"Oke, um, aku sangat lapar, bagaimana jika makan malam bersama?" Tawarku mencoba mengganti suasana namun pergerakan Zayn membuatku tidak enak.

"Aku sudah kenyang, aku pergi."

,,,

Malam ini aku tidur bersama Chloe karena Harry memaksa untuk menginap disini tapi aku tidak mau tidur di kamarku bersamanya. Untungnya dia mengerti dan tidak mencoba memaksa agar aku mau tidur dengannya. Aku melirik Chloe yang sudah tertidur pulas merasa sedikit cemburu karena insomnia menyerang ku sehingga aku hanya membelalakkan mataku sepanjang waktu, benar-benar menjengkelkan.

Aku berpikir untuk pergi ke dapur dan mencari obat sakit kepala, ya kepalaku sedikit pening dan siapa tahu efeknya bisa membuatku tidur. Aku terkejut saat mendapati Harry yang sedang bertelanjang dada sedang menenggak segelas air dan dia dengan cepat menyadari keberadaan ku.

"Hei, kau belum tidur?" Tanyanya. Senyumnya menyerang ku dengan gemuruh kupu-kupu di perutku.

"Ah...aku tidak bisa tidur. Sejujurnya aku ingin bicara." Jawabku. Kali ini Harry harus menjelaskan semua, semuanya tanpa terkecuali.

"Aku juga." Harry mengambil tempat duduk dan aku pun mengikutinya. Jarak kami cukup dekat, oleh kedua lutut kami yang bersentuhan.
"Aku bersumpah bahwa aku tidak bertunangan dengan Stella, atau dengan siapapun. Dia memang mantan kekasihku dan kedekatannya dengan ibuku membuat orang-orang berpikir kami bertunangan dan Stella mengakui itu pada teman-temannya. Hubungan yang ku miliki dengannya dulu hanya sekedar nafsu belaka, begitu juga dengan gadis-gadis lainnya, tapi kau, ini berbeda, kau mengubah ku."

Hening. Hanya keheningan yang ada saat ini. Aku tahu bahwa Harry tidak melepaskan tatapannya sedikitpun dariku dan aku hanya terlalu takut untuk menatap matanya. Aku tidak bisa membohongi perasaanku sendiri, dia satu-satunya pria yang pernah jadi kekasihku dan aku sangat mencintainya. Dia juga yang mengubahku menjadi seseorang yang jauh lebih berani.

"Bea, aku merindukanmu, dan aku menyesali perkataan ku waktu itu....aku benar-benar mencintaimu." Detik itu juga kata-katanya menjatuhkan air mataku. Itu benar-benar menyentuhku dengan sangat tepat. "Hei, please don't cry." Dengan lembut dia mengusap air mataku dengan ibu jarinya dan aku menyentuh tangannya sembari memberanikan diri untuk menatapnya.

"Buktikan bahwa kau benar-benar mencintaiku." Ujarku dan dia tersenyum lagi.

"Aku akan menikahimu." Aku tertawa kecil olehnya. "Kenapa? Aku sangat serius. Aku akan membawamu ke rumahku besok, dan aku juga akan meminta Gemma untuk datang."

"Baiklah."

"Dan aku sendiri yang akan mendatangi langsung ibu kandungmu, untuk meminta restunya." Dahiku mengernyit. Kini Harry hanya menyengir lebar dan dia mengeluarkan ponselnya. "Rahasia besar yang belum pernah ku ceritakan padamu, aku adalah orang yang sering memotret ibumu"

Mataku terbelalak saat melihat video ibuku yang sedang melakukan pemotretan dan Harry adalah fotografernya. "Tidak mungkin, Harry!"

"Dan aku punya banyak foto selfie dengannya." Ia dengan bangga menunjukkan foto-fotonya bersama ibuku. Mereka nampak sangat akrab. Aku bahkan belum pernah berfoto dengan ibu dan dia sudah melakukannya berulang kali.

"Kau menjengkelkan, Harry." Aku mencubit perutnya yang bertato dan dia hanya tergelitik.

"Jelly." Ejeknya.
"Will you marry me, Jelly?"

"Diamlah, Harry, aku tidak cemburu." Aku bangkit dari dudukku dan ingin meninggalkannya karena aku hanya ingin menjerit kencang sekarang merasakan betapa senangnya aku sekarang.

"I see you, My homegirl." Tiba-tiba saja tangannya melingkar di perutku. Pelukannya sangat erat dan bibirnya terasa di pundak ku, ciumannya menjalar dari sana hingga ke puncak kepalaku. "I love you, tell me you love me too!"

"Okay." Ucapku dan aku membalikkan badanku. Aku berjinjit untuk menangkup wajahnya lalu mengecup bibirnya sekali.
"I hate you, Harry."





































So cerita ini bakal end dalam beberapa chapter aja hehe. Jangan lupa buat vommentsnya ya, makasih yg masih setia membaca, i love you guys ❤







06 September 2020

The Homegirl {HARBARA}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang