Hey babies ku semuanyahhh apa kabar hehehehe semoga kalian fine ya, nih aku udah up untuk menemani hari kalian
Readers: *ew sok manis banget ni orang...
Author : emang manis 😂😂😂
Udah ah bacotan ini langsung baca deh
Happy reading... ❤Ouh iya bapaknya Bea di mulmed ya
🍉🍉🍉
" Fuck! " Harry mengumpat tapi hampir tak terdengar. Ibuku berjalan mendekat dengan langkah lebarnya dan dia sudah mulai menunjuk-nunjuk ke arah Harry. " Aku pergi." Bisik Harry dan dia melangkah keluar.
" Mau kemana kau? Tidak punya sopan santun! " Harry berhenti melangkah karena ucapan ibuku yang menudingnya secara kasar. Ayahku datang dan dia juga terkejut.
" Aku memang tidak punya sopan santun tapi ku rasa ini jauh lebih baik ketimbang membuang pemberian orang lain layaknya sampah tepat di depan mata si pemberi." Harry menjawab dengan sarkastik. Aku tak percaya dia akan melawan ibuku. Ibuku sendiri menegang di tempatnya.
" Menyingkir dari sini dan jangan pernah kau mengganggu putriku lagi! " Ibuku membentaknya tanpa menggubris sindiran Harry. Aku tahu ibuku tak bisa menjawabnya karena dia memang salah. Atau mungkin dia malu.
" Aku memang akan pergi."
" Tunggu dulu! Ada apa ini? Kita bisa membicarakannya dengan kepala dingin." Ayahku menyarankan tapi Harry tergelak tak setuju.
" Maafkan aku Mr.Palvin tapi istrimu ini sudah membuat banyak masalah." Aku tercengang mendengarnya. Sudah jelas, aku akan segera pindah lagi dari sini.
" Tutup mulutmu! Apa yang kau tahu tentangku, berandalan? " Ibuku melemparkan kopernya ke lantai dan aku menenangkannya tapi dia malah menyentak tanganku. Habislah.
" Kiera diam! Sepertinya aku sudah tahu apa yang terjadi disini. Sudah berapa kali aku berkata bersikaplah dengan ramah pada semua orang? Dengar, aku tidak akan membiarkan mu menjual rumah ini dan berpindah-pindah tempat hanya karena kau selalu membuat masalah pada semua orang." Ayahku marah besar dan ibuku terdiam tapi matanya berusaha mencabik-cabik Harry yang nampak mengaggumi ayahku.
" Kau tidak bisa menyalahkan ku begitu saja, Gerald. Lihat berandalan ini, dia bertamu dengan celana pendek tanpa baju lalu membentak Bea. Siapa kau begitu berani membentak putriku? "
" Meskipun dia dengan baik datang kesini aku yakin kau akan tetap marah, Bu. Harry berdebat denganku karena aku--- karena aku menolak untuk berteman dengannya karena aku tahu kau tak akan senang dengan itu. Tolong, dia bukan berandalan, dan dia tidak bersalah disini." Sergahku cepat sebelum Harry menjawab ibuku lagi. Pria itu menatapku tak percaya lalu memalingkan wajahnya pada ayahku.
" Selamat malam Mr.Palvin, aku penggemar berat mu." Ia dengan santai pergi dari rumahku dan ayahku tersenyum padanya. Aku begitu lega bahwa ayahku tidak seperti ibuku, marah pada Harry. Ibuku duduk di sofa dan aku sudah tahu ini giliran ku dan Chloe yang malang.
" Apa yang membuat kalian berpikir orang lain boleh masuk ke sini? " Dia berteriak dan ayahku menggeram.
" Aku muak memberitahu mu, Kiera." Ucap ayahku dan ia berjalan pergi menuju ke kamarnya. Aku menangis lagi dan menyaksikan ibuku yang mengejarnya. Chloe mengambil koper ibuku yang tergeletak di lantai dan membawanya ke samping sofa.
Sudah berapa kali ini terjadi? Aku sangat muak dibenci oleh banyak orang dan dicap sombong oleh mantan-mantan tetanggaku dulu. Kapan ibuku bisa berubah dan bertingkah dengan normal layaknya orang lain?
" Kembalilah ke kamarmu, Bea."
...
Aku merenung di kamarku, memandangi plafon putih yang dihiasi oleh bintang-bintang tiruan yang menyala dalam gelap. Di luar angin berhembus kencang, mungkin akan ada badai malam ini. Aku sudah mencoba untuk tidur tapi tidak bisa. Aku tidak tahu apa yang salah denganku tapi aku malah memikirkan keadaan Harry sekarang. Aku menyingkir dari kasurku yang empuk dan menyibak gorden untuk mengintip jendela kamarnya yang ternyata gelap. Mungkin dia sudah tidur atau pergi ke suatu tempat. Aku menyadarkan pikiranku yang gusar bahwa Harry sama sekali bukan urusanku dan bukan suatu hal yang harus memenuhi pikiranku sepanjang waktu. Aku tahu niat baiknya menyadarkan ku, aku sudah sadar, hanya saja aku terlalu lemah untuk bertarung dengan ibuku sendiri jika aku akan membangkang padanya nanti. Ibuku saja sulit untuk mengikuti permintaan ayahku apalagi aku, rasanya mustahil.
Aku tak menyadari bahwa aku melamun di jendela selama bermenit-menit lamanya. Jam digital di atas meja menunjukkan pukul 9 malam lebih dan aku tak merasakan kantuk sedikitpun. Aku melihat keluar dan pepohonan bergoyang-goyang ditiup angin tak lama petir menyambar dan spontan aku menutup gorden ku karena kaget sekaligus takut, ya aku takut pada petir.
Tak membutuhkan waktu lama bagi air hujan untuk turun. Bunyinya tidak terlalu terdengar karena plafon tebal yang berada tepat dibawah genting. Aku mengintip lagi dan melihat tetesan hujan yang telah membasahi kaca. Ugh sudahlah, ini waktu tepat untuk tertidur dan bukannya melamun.
Aku berbalik untuk melompat ke ranjang tapi bunyi mobil yang datang membuatku mengurungkan niat. Aku menyibakkan gorden lagi dan melihat sebuah mobil yang baru terparkir di depan rumah Anne. Seorang wanita dengan payung keluar dari sana yang lain dan tak bukan adalah Anne, ia terlihat mengomel pada Harry yang baru keluar dari mobil bersama seorang perempuan pirang. Bukannya itu si pirang yang menyiram Harry dengan minuman kemarin? Kenapa dia disini?
Aku mematung lagi, kakiku terikat oleh akar yang mencuat dari lantai.
Aku terkejut lagi saat lampu di kamar Harry tiba-tiba menyala membuatku dapat melihat Harry dan perempuan itu berciuman.
Jantungku berdetak hebat dan aku segera menutup gorden ku lagi untuk kesekian kalinya malam ini. Astaga mataku sudah tercemar oleh pemandangan itu, pemandangan yang seharusnya tidak boleh ku lihat. Lagipula bisakah mereka memastikan bahwa mereka aman sebelum melakukan kegiatan seperti itu? Aku merinding membayangkan menontonnya sampai selesai. Oke aku tidak se-konyol itu dan itu jelas tidak sopan.
Aku melangkahkan kakiku dan naik ke ranjangku. Aku hanya duduk dan merasa trauma dengan apa yang baru saja ku lihat. Ayolah itu hanya sebuah ciuman biasa tapi kenapa aku memutarnya terus-terusan di kepalaku? Apa karena aku sendiri belum pernah dicium oleh seseorang sebelumnya? Tapi aku sudah sering melihat orang lain berciuman.
Aku termenung dan dikejutkan lagi oleh suara petir diluar, kilatannya melewati celah gorden ku yang mengembang karena angin yang masuk melalui ventilasi. Hujan semakin deras dan aku mendengar suara orang berkelahi. Aku menangkap suara Harry dan itu membawaku untuk mengintip lagi di jendela. Kali ini Harry meneriaki perempuan pirang itu di halaman rumahnya yang tadinya bercumbu dengannya. Dapat ku lihat Anne yang memarahi Harry dan si perempuan pirang menerobos hujan membuat Anne masuk ke dalam rumah untuk mengambil payung dan mengejar perempuan pirang itu yang telah membawa dirinya berjalan menjauhi rumah Harry. Anne berhasil membujuknya disana dan kedua perempuan itu masuk ke dalam mobil. Oke jadi Anne kemungkinan mengantarkan perempuan pirang itu pulang. Benar-benar seorang ibu yang baik. Berbeda dengan Harry, aku yakin dia mengumpat disana tapi hanya diam melihat ibunya mengantarkan si pirang itu, entah itu pacarnya atau bukan. Mungkin memang pacarnya karena ya pikirkan saja, pasti gadis itu sudah saling mengenal satu sama lain dengan Anne, bisa ku bayangkan sedekat apa mereka.
Aku tidak pernah begitu penasaran pada orang lain di hidupku dan sekarang aku sangat-sangat penasaran tentang apa yang terjadi pada mereka bertiga. Lagi-lagi aku melamun dan tersadar saat melihat Harry berdiri di balik jendelanya. Ia menyadari keberadaan ku dan melambaikan tangannya, menyapaku. Aku tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas lantaran kacanya yang buram tertutup oleh percikan air. Dengan lamban aku mengangkat tanganku dan melambai juga padanya, sebagai isyarat selamat malam sebelum aku menutup gorden ku lagi untuk tidur.
Malam ini terasa sesak.
Sorry kalau ada typo gak nyambung segala macem harap dimaklumi, semoga kalian suka dan jangan lupa untuk vommentsnya ya guys ❤
Mau next?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Homegirl {HARBARA}
FanfictionCompleted! Sexual content, be wise readers! Origina story by harryxtaylena 20 Juli 2019