Chapter 24

1.2K 128 44
                                    


Pagi semuanya, kalian udah jelas tahu kalau Monday is sucks so semoga chapter ini bisa memperindah Senin kalian hehehehe, selamat membaca


🍉🍉🍉



Paginya Zayn sudah datang bahkan sebelum aku bangun dari tidurku. Aku hampir mengeluarkan sumpah serapah kepadanya mengetahui bahwa dia punya kunci kamarku, bukankah itu sangat menjengkelkan? Terlebih lagi kini aku tahu lebih banyak tentang kepribadiannya. Dia bukan pria yang baik dan aku bahkan tidak mampu sekedar membayangkan bagaimana jika aku benar-benar akan menjadi istrinya nanti.

Saat ini ia sedang di kamar mandi ku entah melakukan apa dan yang ku lakukan saat ini adalah mengganti gaun tidurku dengan sebuah kaus dan legging. Ia keluar dari sana beberapa menit kemudian dan tanpa mengenakan bajunya, ia hanya dengan boxernya dan itu membuatku kaget setengah mati. Aku tak terbiasa dengan keadaan ini.

" Berhentilah menekuk wajahmu! " Ucapnya dingin saat aku mengabaikannya dan berpura-pura membereskan meja riasku yang bahkan rapi. " Kau harus belajar menerimaku disini, karena dua Minggu lagi kita akan tinggal di rumah yang sama."

Apa?!

" What do you mean? " Tanyaku tak suka, kemarahan ku telah mencapai ubun-ubun.

" Kita akan menikah dua Minggu lagi dan aku tak sabar untuk merobek vaginamu yang masih perawan."

" Tutup mulutmu, bajingan! " Dia terkejut, begitupun aku. Aku baru kali ini mengumpat pada seseorang dengan kasarnya.  " Aku tidak akan menikah denganmu! " Seru ku padanya dengan menekankan setiap kata ku.

" Beraninya kau! " Zayn dengan cepat bergerak ke arahkan menampar pipiku hingga aku tersungkur di lantai. Aku memegangi pipiku yang terasa seperti terbakar oleh bekas telapak tangannya dan ia dengan teganya menjambak rambutku dan memaksa wajahku untuk menatap wajahnya yang bajingan.  " Kau akan menikah denganku apapun yang terjadi! " Bisiknya dan melepaskan ku dengan kasar. Ia pergi begitu saja dan aku menangis dalam diam, masih memegangi tanganku. Dia orang pertama yang berani memukulku. Bahkan saat dia belum sah menjadi suamiku. Aku tidak akan tinggal di dalam penderitaan ini.

...

" Bu! " Aku berdiri di ambang pintu ruang kerja. Ibuku sibuk mengetik di komputernya dan responnya sangat lambat padaku.

" Ada apa, sayang? " Tanyanya. Sayang darinya hanya berakhir di kata-kata, aku merasa ibuku sendiri tak sungguh-sungguh menyayangiku.

" Ku mohon aku tidak ingin menikah dengan Zayn dia bahkan sudah berani menampar pipiku pagi ini." Ucapku terburu-buru, jari-jarinya melayang di atas keyboard saat ia benar-benar menatapku. Ekspresinya datar dan aku menyadari kerutan di wajahnya semakin terlihat.

" Oh Bea, jangan berani membohongi ku dengan cerita dongeng mu! " A-apa?

Aku tergelak miris dan masuk ke ruang kerjanya, ingin melemparkan semua dokumen penting ke lantai.

" Aku tidak mengarang cerita kenapa sangat sulit bagimu untuk mendengarkan ku dan mempercayaiku, Bu? " Aku menjerit di hadapannya dengan air mata yang telah bercucuran. Ibuku tersenyum meremehkan.

" Aku tidak akan mempercayai putriku yang naif ini, lakukan apa yang ditunjukkan oleh alarm mu itu dan jadilah gadis yang baik! " Dengan begitu tenangnya ia kembali fokus pada komputernya dan mengabaikan aku yang tengah menangis di dekatnya. Aku merasa tak tahan lagi dan tanpa berpikir cepat aku mendatangi rumah Harry. Aku sendiri tidak tahu kenapa aku selalu membutuhkannya seperti saat ini, mungkin karena dia pun telah bersedia menolongku. Ia membukakan pintunya dengan shirtless dan wajah kantuknya. Tanpa aba-aba aku memeluknya dan menangis sejadi-jadinya di dadanya yang telanjang dan bidang. Ia jelas kembali ke bumi saat dia mulai membalas pelukanku dan sibuk bertanya 'kau kenapa?'.

The Homegirl {HARBARA}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang