Chapter 30

595 84 5
                                    


I'm back 😭

Selamat membaca!

🍉🍉🍉

Aku dikejutkan oleh kehadiran ibu dan ayahku malam ini. Rencananya kami akan bersiap-siap ke pesta bersama-sama. Aku bersyukur untuk hubungan ku dengan ibu, kebenaran itu tak menjadi penyebab kami memiliki kecanggungan, justru aku merasa lebih dekat dengannya, mungkin karena aku pun merindukannya, setelah semua tekanan yang ia berikan, aku tahu ia memiliki tujuan yang baik kecuali soal Zayn. Aku masih belum tahu tentang tujuannya.

Membicarakan tentang Zayn, aku baru menyadari kalau aku bisa saja bertemu dengannya disana. Tapi tak apa, Harry bersamaku dan aku tidak takut. Aku ingin menanyakan tentang Zayn pada Harry tapi aku tahu Harry tidak menyukai pembicaraan itu, tapi kan mereka di lingkungan yang sama, siapa tahu mereka sering bertemu.

" So, apa benar kau punya hubungan spesial dengan pria itu? " Ibu meletakkan garpunya di atas piring dan meraih anggurnya, meminumnya hingga setengah. Aku menyunggingkan senyum terbaik ku sembari melirik ayah dan Chloe secara bergantian.

" Maksudmu Harry? Ya itu benar. Dialah alasan ku begitu antusias untuk besok." Jawabku dan ayah ku tersenyum.

" Kau mengajaknya? " Oke sekarang dia mulai terdengar menyebalkan tapi dia tidak punya hak penuh seperti dulu. Aku berhak berkencan dengan siapapun. Gadis batinku menggeram dan berdiri di atas meja, menghancurkan semua menunya.

" Ya."

" Itu bagus, sweetheart. Kau bisa berdansa dengan orang yang kau sukai kali ini, bukan begitu? "

Ayahku melirik ibu tapi ibu tidak menyadarinya. Aku suka dengan sindirannya yang membela ku ini. Aku berkata iya sekali lagi dan ibu hanya diam, melanjutkan makannya. Akhirnya pesta bersama Zayn tidak akan ku ulangi lagi, berdansa dengan pria seperti Zayn bukanlah hal yang menyenangkan meskipun selama ini yang ku tahu dia cukup baik, ternyata itu bukan dirinya yang asli dan aku sangat bersyukur telah sampai di posisi ini.

" Permisi, Tuan, Nyonya, ada surat untukmu." Luke, si menyebalkan datang dengan sepucuk surat di tangannya. Ia memberikan suratnya pada ayah dan melirikku sekilas. Haruskah aku berkata padanya untuk berhenti melirikku meskipun itu hanya sekilas?

" Terimakasih, Luke. Ngomong-ngomong, silahkan duduk. Bergabunglah bersama kami! " Oh tidak, jangan!

Aku melirik Chloe dengan tatapan 'aku benci pria ini' dan Chloe pun menahan tawanya.

" Terimakasih, Tuan tapi-- "

" Duduklah, Luke. Jangan menganggap kami seperti orang lain! " Apa-apaan ibu juga ikut-ikutan mengajaknya? Aku berani bertaruh pria itu akan mendaratkan bokongnya di depanku karena hanya itu kursi yang tersisa.

Dan benar dugaan ku, dia dengan sok terpaksa duduk disana dan aku memutar bola mataku saat mereka semua tak melihat, kecuali Chloe tentu saja.

Sepanjang sisa waktu makan malam, aku merasakan Luke tak henti-hentinya menatapku tapi aku tak mau melihat sedikitpun ke arahnya hingga makan malam benar-benar usai.

Kali ini aku membantu Chloe untuk beres-beres karena aku tidak mau terus-menerus berhadapan dengan Luke. Setelah semuanya beres, aku berpamitan pada ayah dan ibu untuk ke kamar dan menolak ajakan mereka untuk menonton TV bersama.

Dua jam lebih berlalu dan aku hanya berdiam diri tak melakukan apapun di kamar, hanya memandangi indahnya kota lewat dinding kaca di sebelahku. Merasa bosan, aku memutuskan untuk mencari sesuatu di luar yang dapat membuatku mengantuk. Aku pergi ke dapur, berniat menemukan cemilan padat yang dapat membuatku kenyang tapi yang ku dapati justru sosok Luke dengan secangkir kopi duduk melamun di meja makan.

Otakku bertanya-tanya apa yang ia lakukan disini.

" Luke? " Aku tak percaya aku menyebut namanya dan bukan segera pergi dari hadapannya. Bodohnya aku. Tapi sejujurnya aku penasaran kenapa dia disini.

Luke melihatku dan mata sayu nya menjadi lebih segar seketika.

" Selamat malam, Nona. Kau membutuhkan sesuatu? " Tanyanya sok ramah, aku ingin menampar wajahnya dengan teflon.

" Apa yang kau lakukan disini? Maksudku kenapa kau tidak kembali ke tempatmu? " Keningnya mengkerut atas pertanyaan ku.

" Aku memang selalu ngopi setiap malam sendirian disini, aku belum bisa tidur." Jawabnya.

" Dimana kau tidur? "

" Di kamar belakang." The hell, kenapa selama ini aku baru tahu kalau dia juga tinggal disini? Inilah akibatnya kalau aku terlalu malas melakukan apapun dirumah. Aku si tuan rumah tidak tahu kalau bodyguard ku sendiri tinggal disini. Hebat.

" Well, aku baru tahu tentang itu. Lanjutkan acaramu." Kata ku sebelum memutar tumit untuk kembali ke kamar. Setidaknya dia tidak menyebalkan malam ini. Tapi sepertinya aku menarik kata-kata ku melihat dia sudah berdiri di sampingku dengan tangannya yang mengikat pergelangan tanganku. " Apa? " Tanyaku berusaha menyembunyikan nada sarkas ku.

Bukannya menjawab ku dia malah seenaknya mengecup bibirku. Dengan refleks aku mendorong bahunya tapi dia malah tertawa di hadapan ku.

" Apa-apaan kau?! " Bentak ku tak peduli ayah dan ibu akan datang untuk melihat ini.

Dia mengusap bibirnya dengan ibu jarinya, benar-benar tak terlihat menyesali perbuatannya barusan. Bukankah dia sangat menjijikkan?

" Good night, Beatrice." Ujarnya santai sembari melewatiku dan menghilang di belokan. Aku masih syok dan menoleh kesana-kemari.

Dadaku terasa sesak kala wajah Harry terngiang-ngiang di kepalaku. Aku merasa sangat bersalah padanya. Apa yang bisa ku lakukan? Luke sudah terlanjur mencium ku.

Aku dengan kasar mengusap bibirku sebelum berlari ke kamar dan memaksa diri untuk tidur.










Next?

The Homegirl {HARBARA}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang