Chapter 9

2.8K 362 17
                                    

Yuichi meronta-ronta dengan kuat sembari menangis dan mengulurkan tangannya pada Aki.
"Aki, lepaskan aku!"bentak Shuichi
Aki menggeleng masih sambil memeluk kaki Shuichi erat.
"Jika aku menggunakan pintu yang lain, aku yakin mereka sudah menyiapkan penjaga untuk menangkapku"
Shuichi terlihat sedang berpikir keras. Entah mengapa semua orang di istana itu terlihat seperti musuhnya.

"Kaa-cha..."ujar Yuichi pelan
Ia sudah terlalu lama menangis hingga terbatuk-batuk. Shuichi menepuk punggungnya pelan dan memeluknya erat.
"Yuichi...Yuichi...maafkan Kaa-cha..."Aki berhasil meraih tangan Shuichi dan memeluk keduanya erat sambil terisak.
Tangan kecil Yuichi pun berhasil memeluk kepala Aki.
"Maafkan aku Shuichi-san...Aku begitu ceroboh dan tak mendengarkanmu"Ujar Aki pelan
Shuichi tak bergeming. Sebutir air matanya berhasil mengalir keluar.
Ia memejamkan matanya kemudian membuang belatinya kedepan dan memeluk Aki dengan tangan kirinya.

Haruki menyandarkan kepalanya dipunggung Tatsuya dan menangis.
"Tatsuya-san... Dari awal kita seharusnya tidak menikah...hanya banyak masalah yang menghampiri keluarga ini..."ujar Haruki
Kazusa yang berdiri disampingnya mengigiti bibirnya sendiri sembari menahan tangis. Ia paling tidak ingin Haruki menangis lagi.
"Ini salahku...harusnya aku tak kembali... Aku perusak kebahagiaan mereka..." Ia merutuki dirinya sendiri.

Tatsuya berbalik dan memeluk Haruki.
"Hentikan semua ini..."Ujar Tatsuya pelan dengan raut wajah sedih.
"Kalian semua kembalilah ke tempat kalian masing-masing"lanjut Tatsuya lagi pada para penjaga
Ia kemudian segera membawa Haruki yang masih terisak dipelukannya menuju ke kamar mereka.

Zen pun segera menarik Kazusa menjauh. Ia benar-benar tidak ingin mengganggu Aki dan Shuichi saat ini.
"Maafkan Aku..."ujar Aki pelan
Shuichi menciumi kepala aki, kemudian mengusap pipi Yuichi yang masih tersedu-sedu.
"Maafkan to-cha..."
Yuichi segera mengulurkan tangannya memeluk leher Shuichi dan menyandarkan kepalanya di bahu sang ayah.
"To-cha tidak sayang kaa-cha?"tanya Yuichi lirih
"Aku menyayangi Aki, namun aku juga sangat menyayangimu. Yuichi lebih penting dari nyawa to-cha"Ujar Shuichi
Bocah kecil itu mengangguk seakan-akan ia mengerti. Lama kelamaan ia pun tertidur dalam pelukan Shuichi.
"Shuichi-san..., aku selalu berpikir ia hanya merasa bertanggung jawab tanpa harus sayang pada Yuichi, aku egois. Aku memikirkan semuanya sendiri"

"Aku...
"Aki kita harus bicara"ujar Shuichi
"Ah...ia selalu seperti ini"
Aki masih tak bergeming ia terus memperhatikan Shuichi.
"Ada apa?"tanya Shuichi
"Tidak apa-apa...
Aki menyeret koper yang sudah disiapkan Shuichi namun dengan sigap Shuichi menahannya.
"Shuichi-san?"
"Aku ingin menenangkan diriku..."ujar Shuichi
Wajah Aki kembali berubah murung.
"Aku akan ikut denganmu"Ujar Aki
"Kau harus tetap disini... Kau bisa menggantikan posisi Kazusa-sama...
"Aku tidak ingin jadi seorang Kaisar..dan lagi kaisar macam apa yang selalu terlihat menjajakan tubuhnya ketika masih sangat muda"ujar Aki

Shuichi terdiam.
"Aku lebih memilih Yuichi belajar bagaimana ia harus mewarisi takhta"ujar Aki
"Namun..
"Aku mengerti kau sangat menyayangi Yuichi, namun ayahku juga ada diposisi dimana ia tak punya penerus. Padahal ia punya 3 orang anak, namun semuanya tak berguna"Ujar Aki pelan
"Aku tidak bisa merenggut hak Yuichi sebagai seorang anak, ia masih punya orang tua, mengapa ia harus dibesarkan oleh kakeknya dan dilarang bertemu kedua orangtuanya?"Ujar Shuichi

Aki terdiam lagi. Ia tidak tahu bagaimana harus merespon Shuichi.
"Aku akan membiarkan Yuichi berada di bawah pengawasan Tatsuya-sama ketika ia sudah cukup besar. Saat ini ia hanya anak kecil berusia 3 tahun, tidak perlu secepat ini membebankan urusan negeri ini pada anak yang belum mengerti apapun"ujar Shuichi
Ia kemudian meraih kopernya dari tangan Aki.
"Aku akan ikut Shuichi-san"
"Aku tidak akan pergi jauh, kau tetap disini dan katakan pada Tatsuya-sama, aku ingin tinggal sebentar dikediaman Yoshinaga"Ujar Shuichi
Shuichi pun segera berbalik meninggalkan Aki yang sedari tadi terus menatap punggungnya.
Kaki Aki terasa lemas dan terjatuh di koridor begitu saja. Ia memukuli lantai dan menangis, dan tak seorangpun berani mendekatinya.

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang