13

13.7K 1.1K 46
                                    

Angin musim gugur menerpa lembut rambut panjang gadis cantik yang tengah duduk di kursi belakang sepeda dengan kakinya yang sibuk mengayuh pedal. Ya, saat ini mereka tengah mengendarai sepeda yang biasa digunakan pasangan untuk bersepeda. Jungkook yang ada dibangku depan menatap lurus jalan yang ada dihadapannya dengan senyuman manis mengiringinya.

"Oppa pernah bersepeda seperti ini sebelumnya?" tanya Byeol dari belakang.

"Ini pertama kali aku melakukannya" jawab Jungkook.

Byeol yang ada di belakangnya tersenyum seakan puas mendengar jawaban itu. Sepasang kaki mereka terus mengayuh sepeda dengan 2 bangku itu melewati jalan disekitar sungai Han.

"Apa yang kau bawa" tanya Byeol saat melihat Jungkook menghampirinya yang tengah duduk.

Beberapa makanan yang ia dapat dari toserba sekitar sungai Han ia berikan pada gadis itu. Diletakkannya pada alas yang telah mereka gelar setengah jam yang yang lalu.

"Ramyeon dan ayam" jawab Jungkook sembari membenahi posisi duduknya.
Diberikan sumpit yang ia dapat dari swalayan tadi.

"Gamsahamnida" jawab Byeol manis.

Jungkook tersenyum melihatnya.

"Makanlah" pinta Jungkook.

"Ne"

__

Disebuah cofee shop terlihat Hana bersama seorang pria tengah duduk berhadapan dengan secangkir kopi di atas meja.

Hana terus menatap tak percaya pria yang sedang duduk dihadapannya saat itu.

"Kau masih belum mempercayaiku?" tanya pria itu.

"Ani,, keunde,, jinjja Jiminnie sunbae?" tanyanya masih tak percaya jika yang ada dihadapannya saat itu adalah seniornya saat di sekolah menengah atas dulu.

"Ne,,, Park Jimin imnida" pungkasnya.

"Keunde,,,,bagaimana sunbae bisa berubah seperti ini,, ah ani, maksudku bagaimana sunbae sekarang terlihat lebih kurus" jelas Hana.

Jimin tersenyum mendengarnya.

"Maaf karena muncul dihadapanmu dengan penampilan seperti ini, dan membuatmu terkejut"

"Ah ani, sunbae tidak perlu minta maaf, aku yang seharusnya minta maaf karena tidak mengenali sunbae lebih awal,, mianhaeyeo" sesal Hana.

Gadis itu menunduk karena merasa malu.

Suasana menjadi semakin canggung, tidak ada yang memulai pembicaraan lebih dulu. Sesekali Hana menyesap kopinya yang sudah mulai dingin.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Jimin memecah keheningan

"Baik. Sunbae neun?"

"Seperti yang kau lihat"

"Hana ssi, tinggal disekitar sini?" lanjut Jimin

"Eoh,, rumahku dekat dari sini. Hanya perlu berjalan 10 menit dari tempat ini" jawab Hana.

"Dan sunbae tidak akan merasa lelah jika berjalan sendiri, pemandangan disepanjang jalan itu sangat menakjubkan" jelas Hana panjang lebar.

"Ah geureyeo" jawab Jimin sembari menyesap kopinya.

"Kalau begitu aku harus mencobanya lain kali" lanjutnya.

__

Setelah hampir 2 jam mereka benbincang di cofee shop itu, Hana memutuskan untuk pulang terlebih dahulu.

"Aku akan mengantarmu" tawar Jimin.

"Ne?" Hana terkejut mendengar tawaran dadakan dari Jimin. Dalam hatinya ia ingin sekali diantar oleh Jimin, tapi ia tidak bisa memberitahu tempat tinggalnya sekarang. Atau cerita konyolnya itu akan terbongkar.

"Tidak terimakasih sunbae, rumahku dekat dari sini jadi aku akan berjalan kaki saja"

"Kau masih merasa tidak nyaman denganku?" tanya Jimin.

"Ani,, bukan begitu. Aku hanya ingin berolah raga hari ini. Iya berolah raga" jawabnya sedikit ragu. Berharap Jimin mempercayainya.

"Geureyeo?"

"Ne"

"Gereum, aku pergi" pamit Hana.

Gadis itu membungkuk memberi salam kemudian berjalan meninggalkan Jimin.

"Hana ssi, tunggu sebentar" cegah Jimin menghampiri Hana.

Refleks Hana berhenti dan memutar tubuhnya menghadap Jimin yang tengah berdiri dihadapannya.

"Jika aku tidak bisa mengantarmu hari ini,,, apa kita masih bisa bertemu lagi?" tanya pria itu menatap lembut Hana.

Gadis itu tersenyum.
"Ddangyeonaji" jawabnya.







__

Sebuah mobil berwarna putih berhenti tepat di halaman rumah Hana dan Jungkook. Pukul 8 malam saat itu. Udara menjadi semakin dingin. Seorang pria paruh baya dengan setelan jas hitam keluar dari mobil itu.

Pria itu berjalan mendekati pintu rumah bercat putih itu, namun tak terlihat kehidupan disana. Terlihat sepi dan tidak ada orang dirumah. Berkali kali pria itu menekan bel rumah, namun tidak ada tanda seseorang membukanya.






Hana tengah berjalan menuju rumahnya. Langkahnya tiba-tiba berhenti saat melihat sebuah mobil terparkir di depan rumahnya. Mobil yang terlihat familiar menurutnya.

Sepasang netranya menangkap seseorang pria tengah berdiri di depan rumahnya.

"Abeoji" ucapnya pelan.

Tiba-tiba ponselnya bergetar. Membuatnya terkejut untuk kedua kalinya.

"Aishh,," runtuknya saat melihat nama penelfon itu.

"Oh wae?" tanyanya mengangkat telfon itu. Tatapannya masih terlihat fokus pada pria paruh baya yang tengah berdiri disana.

"Yaakk,, kenapa kau mematikan ponselmu kemarin? Sesuatu terjadi?" celoteh Yuri sahabatnya dari seberang telfon.

"Ponsel ku rusak kemarin aku baru memperbaikinya hari ini,,, berhentilah berteriak huh" jelas Hana.

"Sudah kuduga ini akan terjadi, sebaiknya belilah ponsel baru Hana~ya. Kau tau kejadian apa saja yang sudah menimpamu setelah kau memiliki ponsel itu."

"Yuri~ya,, jika kau menelfonku hanya untuk berceramah, kita lanjutkan nanti okey. Saat ini ada sesuatu yang harus aku selesaikan terlebih dahulu. Aku akan menelfonmu nanti," jelas Hana.

"Yaakkkk,, lee Hana" teriak Yuri sebelum Hana mematikan telfonnya.

Dengan cekatan jarinya mencari nomer kontak Jungkook. Gadis itu berusaha menelfon sipemilik nomor. Telfon itu tersambung namun tidak ada tanda Jungkook mengangkatnya.

"Kemana sebenarnya dia, sejak tadi siang tidak mengangkat panggilanku." runtuknya kesal.

Karena takut membuat tuan Jeon menunggu terlalu lama, Hana memutuskan untuk menemuinya sendiri setelah mengirim beberapa pesan untuk Jungkook.

Perlahan gadis itu berjalan ragu, tanpa tau perlakuan apa yang akan ia terima setelah menemui pria paruh baya itu.

"Abeoji" panggilnya yang berhasil membuat tuan Jeon berbalik menghadap menantunya itu.

Tatapannya terlihat dingin, memang seperti itulah ayah dari seorang Jeon Jungkook. Seorang ayah yang tegas.

Hana membungkuk memberi salam.
Pria itu diam menatap Hana.

"Mari kita masuk,,, abeoji" ajak Hana ragu.

"Ah tidak, aku hanya ingin memberikan sesuatu padamu" ucap tuan Jeon.

"Sudah kuduga dia akan menolaknya" batin Hana.

Pria itu merogoh saku jasnya dan mengeluarkan sebuah kertas kecil yang kemudian ia berikan pada menantunya itu.

"Ne?" Hana terkejut dengan keadaan saat ini. Pria paruh baya itu memberikan sebuah tiket pesawat padanya.

"Tiket pesawat? Wae? Apa dia ingin aku kabur dari putranya sekarang? Apa dia sangat membenciku?" batinnya yang semakin tidak karuan.



Wife of 100 days (JJK) END!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang