Bagian 13 - Pengakuan Rian

70 10 0
                                    

Aku tidak tau apa yang selama ini ku lakukan sampai-sampai membuat teman dekatku bernama Rian ini menyatakan perasaannya secara tiba-tiba. Bayangkan saja, kami makan siang bersama seperti biasanya, kemudian tiba-tiba ada sebuah cincin keluar dari dalam cake yang ku pesan di susul pernyataannya bahwa dia ingin aku menikah dengannya.

“Bagaimana kalau sampai cincin ini tertelan di aku? Apa kau mau tanggung jawab atas keselamatanku?” Aku mengembalikan cincin itu padanya.

“Kau tidak mau..”

“Bukankah sudah ku katakan dari awal kalau kau sudah ada niatan untuk dekat denganku dengan alasan selain berteman, aku menolak untuk berteman denganmu?”

“Kau masih menyukainya?”

Aku menghela napas panjang. “Sekarang bukan saatnya untuk membahas apakah aku masih menyukainya atau tidak, tapi kesepatakan kita untuk tidak saling jatuh cinta satu sama lain.”

“Apa selama ini kau tidak pernah menganggapku sebagai laki-laki?”

“Tentu saja aku menganggapmu sebagai laki-laki Rian. Kalau kau ku anggap sama seperti Ayu, sudah ku ajak mandi bersama dari awal.”

Rian mengambil cincin itu, kemudian melihat ke arahku. Dapat ku lihat dengan jelas ada kekecewaan disana meskipun saat ini dia sedang tersenyum padaku. “Baiklah, maaf aku salah. Anggap saja aku tidak pernah mengatakan hal ini. Kita masih tetap berteman kan?”

“Menurutmu dengan perasaan seperti itu, apa kau masih bisa menjadi Rian yang biasa ku kenal?”

“Baiklah, aku akan menenangkan diriku selama tiga hari. Setelahnya anggap kita tidak pernah membahas hal ini. Aku tidak ingin hanya karena ini pertemanan kita jadi renggang.”

Aku mengangguk. “Maaf, aku tau aku salah.”

“Tidak apa-apa, aku yang salah karena tidak mendengarkan perkataanmu dulu. Kalau begitu aku duluan, ada meeting mendadak di kantor.”

Aku mengangguk. “Hati-hati di jalan, semoga meeting hayalanmu selesai dengan cepat.”

“Ck, jangan terlalu jujur. Aku tau aku sedang berbohong sekarang. Pura-puralah tidak tau.”

“Baik baik. Sampai besok dan maaf.”

Setelahnya aku benar-benar di tinggal sendirian disini dengan kekecewaan yang ku berikan pada laki-laki yang selalu berada di dekatku selama beberapa tahun ini.

***^***

“Bukankah aku bodoh?”

“Ya kau memang bodoh!” Ucap Ayu sembari membaca buku novel. “Apa kau tidak pernah sadar kalau tidak ada yang namanya persahabatan antara laki-laki dan perempuan? Bukankah sudah sangat jelas kalau sedari awal dia sudah menyukaimu?”

Aku menghela napas panjang. Setelah pengakuan Rian tadi siang aku langsung pergi ke rumah Ayu yang ternyata dia sedang berada di rumah sendirian. Padahal biasanya aku melihat sosok vampire albino selalu duduk di ruang keluarga bersama game tercintanya.

“Justru karena aku sudah tau, makanya aku menolak pertemanan itu kalau dia memang ada tujuan lain selain ingin berteman denganku.”

“Jangan menyalahkan Rian sepenuhnya. Kau sendiri pun juga salah masih menyukai sosok yang bahkan keberadaannya saja kau sudah tidak tau. Ingat bagaimana pengorbanan Rian selama ini yang selalu setia menunggumu.”

“Aku tidak menyuruhnya untuk menungguku.”

“Alya!” Bentak Ayu sedikit membuatku terkejut.

“Ada apa ini? Kenapa sampai membentak seperti ini?” Tanya An di berdiri di antara kami berdua.

Sejenak aku menunduk. “Bukankah aku juga sudah mengatakan padamu kalau perasaan ini tidak bisa di ubah. Aku tau kau marah setelah kejadian itu, tapi apa kau tidak pernah memikirkan bagaimana perasaanku yang bahkan tetap mencintainya meskipun dia membenciku?”

Blue ReadingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang