Sejenak aku terus melihat ke arah surat yang ada di atas bantal rumah sakit. Aku kembali menghela napas panjang, kemudian keluar dari ruangan itu setelah merasakan ponsel yang di berikan Aga bergetar di tanganku. Perlahan aku menyentuh surat itu lagi sebelum akhirnya aku pergi meninggalkan rumah sakit juga sosok Alya yang mungkin saja membuatnya tersakiti untuk kesekian kalinya.
Dari kejauhan dapat ku lihat toko bunga milik Alya yang terlihat ramai seperti biasanya, kemudian aku segera menghilangkan diriku dari sana setelah melihat Alya keluar dari toko bunga dengan sebuket bunga yang mungkin akan dia pajang di dalam kamar rumah sakit.
“Sudah selesai mengagumi kekasihmu?” Tanya Aga yang sudah siap di balik kemudinya.
“Biarkan aku yang mengemudi.”
“Baik-baik.” Dengan mudahnya Aga menggeser tubuhnya ke sebelah kiri, sedangkan aku menggantikannya di balik kemudi. “Seperti rencana sebelumnya, datang ke rumah Ayah seolah tidak ada hal yang terjadi, setelah itu semua permainan akan dimulai.”
“Kau semakin mirip psikopat kalau ku lihat.” Sindirku tanpa melihat ke arahnya yang sepertinya kesal dengan perkataanku barusan.
“Psikopat tidak akan meminta bantuan orang lain untuk menjalankan aksinya. Dia lebih senang melakukan segalanya seorang diri. Sedangkan aku? Aku hanya anak sekolah yang masih belum tau apa yang harus ku lakukan tanpa adanya kau dan Kepala Pusat.”
Aku mendengus mendengar pernyataannya barusan. “Mungkin akan mulai tumbuh bibit-bibitnya setelah apa yang kau lakukan setelah ini.”
“Dasar gila. Mungkin saja kau yang sebenarnya menjadi psikopat karena selalu tersenyum setelah membunuh musuh Ayah.”
“Kau akan tau bagaimana rasanya membunuh orang dalam keadaan kesal.”
“Aku sudah pernah melakukannya, hampir membunuh teman kelasku. Tapi kau tau kan kalau aku memiliki kekuasaan yang lebih di atasnya, jadi aku dianggap tidak bersala sama sekali.”
“Bukankah sekarang memang seperti itu? Yang memiliki kekayaan terbanyak adalah sang penguasa.”
Aga mengangguk. “Dan aku salah satu diantara penguasa itu. Ah ya, jika kau melihat pria berdiri di dekat Ayah, itu artinya kau harus hati-hati karena dia kaki tangan Ayah yang baru. Aku baru tau saat berkunjung ke rumahnya pagi tadi.”
“Mungkin saja dia sudah tidak percaya padaku.”
“Tidak mungkin, karena kau lebih hebat dari orang baru itu. Jadi kalau kau kembali, aku pastikan dia akan segera tersisihkan atau hanya akan menjadi bawahanmu.”
Setelah sampai di rumah Herdian aku masuk seperti biasanya. Hal pertama yang ku lihat adalah sosok lain yang tidak ku kenal sedang berdiri di sebelah Herdian, sama seperti yang di katakan Aga tadi. Dengan sikap santai aku duduk di seberang sofa, menghadap padanya yang terlihat terkejut melihatku.
“Kemana saja kau selama ini? Bahkan ponselmu tidak terlacak sama sekali. Ku kira kau melarikan diri.” Ucap Herdian dengan wine di tangannya.
Aku bersandar pada punggung sofa, sesekali menatap ke arah manusia asing yang sedari tadi melihat ke arahku dengan tatapan tajamnya. “Kau tau kan sudah lama aku tidak berlibur, maka dari itu aku ingin menghabiskan lembaran tidak berguna itu untuk kesenanganku sendiri.”
“Kenapa tidak menghubungiku? Kau tau apa yang sudah terjadi selama beberapa minggu ini karena kau pergi begitu saja? Bahkan aku hampir di tangkap oleh pihak tidak di kenal setelah melacak keberadaan pemilik perusahaan xx.”
Aku menarik sudut bibirku samar, kembali melihat ke arah manusia asing itu. “Ku tebak dia adalah kaki tanganmu yang baru. Kalau kau sudah memilikinya, kenapa masih sibuk mencari diriku? Belum lagi sepertinya dia akan mendengarkan semua perkataanmu tanpa mengancam atau meminta sesuatu sepertiku.”
![](https://img.wattpad.com/cover/194844500-288-k761752.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Reading
Teen Fiction"Kau tahu mengapa aku menyukai bunga teratai?" "Kenapa?" "Karena dia selalu setia menunggu bulan tanpa merasa lelah sedikit pun." "Lalu bagaimana dengan matahari?" Aku menoleh padanya. Pada seseorang yang sangat amat aku cintai dalam diam ini. "Kau...