Seminggu setelah permintaan Ayu, akhirnya aku bisa bebas dari rumah sakit dan segala macam obat-obatan yang sangat tidak ku sukai. Meskipun lukaku belum sepenuhnya kering, tapi Dokter sudah mengijinkanku untuk pulang dengan syarat tidak melakukan pekerjaan yang berat agar lukanya cepat sembuh.
Sembari menunggu Aga datang, aku kembali memikirkan perkataan Ayu yang memintaku untuk tidak bertemu dengan Alya lagi. “Bagaimana aku bisa melepasnya, sedangkan aku masih begitu menyukainya.”
“Kalau begitu mau mampir ke toko bunga miliknya?”
Aku mendongak, melihat sosok Aga yang entah sejak kapan sudah berdiri di ambang pintu dengan permen di tangan kanannya.
“Tidak, aku tidak ingin membuatnya sedih lagi. Kau tau sendiri kan saat dia tau kalau aku masuk rumah sakit waktu itu. Aku hanya tidak ingin dia kembali menyibukkan dirinya hanya untuk aku yang bahkan tidak bisa dianggap pantas untuknya.”
“Setidaknya kau bisa mengawasinya dari jauh.”
Aku menggeleng, kemudian melangkahkan kakiku keluar rumah sakit meninggalkan Aga yang langsung menyusulku dari belakang.
“Bagaimana keadaan Ayahmu?” Tanyaku setelah kita sudah duduk di mobil.
“Entah, aku belum datang kesana. Kau tau bagaimana Ayahku, jadi ada kemungkinan besar kalau sekarang dia stres. Mungkin sebentar lagi dia ingin segera dihukum mati karena tidak kuat dengan keadaan penjara yang seperti itu.”
Aku mengangguk, lebih memilih untuk tidak melanjutkan pembahasan ini. Dalam diam, aku terus memperhatikan jalanan yang setelah lampu merah di depan sana, maka aku bisa melihat toko bunga milik Alya yang berada di sisi kiri jalan.
Benar, toko bunganya ramai seperti biasanya. Beberapa pengunjung terlihat sedang melihat bunga apa saja yang ada disana. Tanpa sadar aku tersenyum saat melihat sosok Alya keluar dari sana dengan senyum manis yang selalu terlukis di wajahnya.
“Kau benar-benar tidak ingin menemuinya? Dia ada di depan matamu.” Ucap Aga tiba-tiba.
“Bagaimana bisa aku bertemu dengannya sedangkan kau tau sendiri kalau duniaku dan dirinya sudah berbeda jauh.”
“Itu kan beberapa waktu lalu, sekarang kau sudah tidak lagi bertugas untuk membunuh orang. Aku meminta pihak kepolisian untuk memindah tugaskan dirimu ke bagian yang lebih mudah, tapi tidak jaug berbeda dengan tugasmu sebelumnya.”
“Untuk sementara aku ingin istirahat dari pekerjaanku. Aku ingin hidup tenang untuk beberapa saat.”
“Tentu saja, apapun yang kau inginkan bisa aku tangani dengan baik. Asalkan kau tidak meletakkan surat pengunduran dirimu di meja kepala polisi.”
Aku hanya tersenyum dan mencoba kembali melihat sosok Alya yang sudah tidak terlihat lagi. Mobil kembali melaju menuju apartemen milik Aga yang memintaku tinggal dengannya untuk sementara waktu ini karena sangat tidak mungkin jika sesuatu terjadi dengannya.
Salah satunya jika ada masalah disekolah, maka mau tidak mau dia harus membawa salah satu anggota keluarganya ke sekolah, sedangkan dia sendiri sangat tidak sudi jika Ayahnya yang datang ke sana.
Sesampainya dirumah, aku langsung merebahkan diriku di atas sofa ruang tamu tanpa menunggu Aga untuk mempersilahkanku masuk.
“Aku tidur, jangan membangunkan aku.”
“Hm. Aku dikamar, kalau kau butuh sesuatu panggil saja.”
Selama beberapa saat aku menutup mataku, tapi yang hasilnya nihil. Aku kembali bangun dan terkejut saat melihat kalau matahari sudah terbenam. Sejenak aku memperhatikan sekeliling, hanya ada suara instrumen yang berasal dari kamar milik Aga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Reading
Teen Fiction"Kau tahu mengapa aku menyukai bunga teratai?" "Kenapa?" "Karena dia selalu setia menunggu bulan tanpa merasa lelah sedikit pun." "Lalu bagaimana dengan matahari?" Aku menoleh padanya. Pada seseorang yang sangat amat aku cintai dalam diam ini. "Kau...