Happy Reading~
•
•
•Alya
Dengan keadaan masih setengah sadar, aku terus berlari mengikuti seseorang yang saat ini sedang menarikku untuk pergi ke suatu tempat. Oh, ayolah ini hari Minggu dan sekarang masih menunjukkan pukul enam pagi dan seseorang yang sedang mengomel di depanku ini terus saja memaksaku untuk menyadarkan diriku sepenuhnya.
"Alya, ayo cepat sadarkan dirimu. Kau akan menyesal jika tidak sadar sekarang juga."
Aku, Alya Annissa. Seorang gadis SMA yang saat ini duduk di bangku kelas 12. Hanya seorang gadis biasa dengan nilai yang biasa saja. Tidak terlalu pintar juga tidak terlalu bodoh. Memiliki tinggi standart dengan berat badan sedikit mendekati gemuk.
Ya, hanya itu saja yang bisa aku jelaskan pada kalian.
Lalu, gadis yang saat ini sedang menarikku. Nurilah Ayu. Dia adalah sahabatku satu-satunya yang paling aku percaya melebihi Kakak kandungku sendiri. Seorang gadis SMA dengan IQ di atas rata-rata, tapi tertutupi oleh penampilannya yang terlihat tidak bisa melakukan apa-apa.
"Sudah sam-hei ayolah bangun, sudah siang. Bahkan matahari sudah naik ke permukaan." Ayu berusaha membangunkanku dengan cara menepuk pipiku beberapa kali.
Perlahan, aku mulai membuka kedua kelopak mataku sedikit demi sedikit untuk membiasakan sinar yang masuk ke dalam mataku. Hal pertama yang aku lihat adalah warna hijau. Aku mengerutkan kedua alisku, lalu menoleh ke arah Ayu. Sedangkan gadis itu hanya tersenyum sambil menunjuk ke arah atas. Tentu aku mengikuti arah tunjukannya..
"Wah-bunga matahari?" Aku langsung mundur beberapa langkah untuk melihatnya lebih jauh.
"Bagus bukan?" Tanyanya sambil menghampiriku.
Aku menoleh. Memperhatikan ke sekeliling. "Kita dimana? Bukankah ini bukan wilayah rumahmu juga rumahku?" Tanyaku kemudian.
"Kita berada di wilayah sekolah. Lihat.." Ayu menarik jaketku. "Itu bangunan sekolah bukan." Ucapnya dengan antusias.
"Ah, benar." Jawabku.
"Kau tahu. Kemarin aku mencoba pulang memakai rute yang berbeda. Lalu aku menemukan tanaman liar ini. Kau tahu bagaimana aku menanti pagi ini hanya untuk memperlihatkanmu bunga matahari ini. Aku sangat amat senang saat melihat mereka tumbuh dengan sangat indah. Aku benar-benar berterima kasih kepada orang yang sudah menaman mereka disini. Terima kasih banyak wahai engkau!!"
Aku tersenyum. Ikut merasa senang saat melihat Ayu tertawa dengan sangat keras, lalu berlari menghampiri bunga matahari yang bahkan melebihi tinggi badannya. Bahkan saat di lihat dari tempatku berdiri, Ayu terlihat seperti ulat kecil yang berusaha mendaki batang pohon sampai ke pucuk.
"Alya, cepat kemari! Aku menemukan tunas yang baru saja keluar dari tanah! Alya!" Teriaknya histeris.
"Berhentilah berteriak. Kau membuat semua orang takut padamu." Ucapku, lalu berjalan menghampirinya.
Kami terus bermain di sekitar tanaman bunga matahari itu. Sampai akhirnya aku lelah dan memutuskan untuk duduk di tepi danau kecil. Sambil menunggu Ayu yang terus bermain, aku mencoba memperhatikan air danau yang terlihat sangat tenang sampai membuat perasaanku ikut tenang. Sesaat aku merasa masuk ke dalam duniaku sendiri. Bahkan aku tidak mendengar suara lain selain suara detak jantungku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Reading
Fiksi Remaja"Kau tahu mengapa aku menyukai bunga teratai?" "Kenapa?" "Karena dia selalu setia menunggu bulan tanpa merasa lelah sedikit pun." "Lalu bagaimana dengan matahari?" Aku menoleh padanya. Pada seseorang yang sangat amat aku cintai dalam diam ini. "Kau...