Part 3

4K 451 16
                                    

Happy reading.....





Jantung Patricia berdegup kencang, hampir saja mereka bercinta andai saja Ismail tidak keburu sadar. Patricia tertawa geli saat membayangkan eskpresi ketakutan Ismail saat Patricia mengulum kejantanan pria itu. Meski tak sebesar Alfa atau Yunus tapi milik Ismail panjang dan Patricia tak bisa membayangkan bagaimana mentoknya batang nikmat itu di rahimnya.

Namun ada kata-kata Ismail yang membuat Patricia tersentil.

"Kedudukan wanita itu mulia di mata Allah karena dia di takdirkan untuk mengandung dan mendidik anak-anaknya. Jika perempuannya sepertimu, bagaimana dengan nasib anak yang lahir di rahimmu?"

Ingin sekali Patricia berteriak dan berkata jika nasib anak yang lahir di rahimnya akan berakhir di tong sampah!

Patricia menangis pilu, dia teringat masa lalunya yang kelam hingga membuatnya haus seks seperti ini.

10 tahun yang lalu.....

Patricia berusia tujuh belas tahun, di usia sweet seventeen-nya dia harus di perkosa oleh kekasih ibunya yang bernama Albertus Danuarta. Pria laknat itu merancang pesta ulang tahunnya dengan niatan busuk. Sang ibu tidak mencurigai kelakuan aneh Albertus yang tampak begitu baik dan perhatian melebihi ayah kandung Patricia. Di pesta itu, Albertus  mencekoki Patricia dengan minuman memabukkan hingga  dirinya tak sadarkan diri dan berakhir di ranjang hotel.

Patricia tak ingat apa-apa dia hanya ingat lelaki itu tertidur di sampingnya dan kemaluan Patricia terasa sakit. Dia masih mengingat jelas ketika dia hendak bangun lelaki itu kembali menerkamnya, meremas payudaranya yang baru tumbuh,menghisap putingnya dengan kencang sambil menusukan jari tengahnya kedalam miliknya.

Patricia yang polos dan shock hanya bisa ketakutan dan pasrah di bawah intimidasi yang diberikan oleh pria jahanam itu.

Asalnya  Patricia merasakan sakit dan perih, namun tubuhnya mulai berhianat dan menikmati setiap sentuhan kasar lelaki yang pantas menjadi ayahnya itu. Albertus-lah yang mengajarkannya seks di usia dini yang akhirnya Patricia pun menjadi budak seks Albertus.

Patricia tak tahu bahwa kebaikan pria itu ternyata terdapat niat busuk. Patricia tentu merasa sakit hati dan menyalahkan Dewi, ibunya yang telah mengenalkan lelaki laknat itu kepada dirinya dan memberi kebebasan pada pria itu untuk mendekatinya.

Namun rasa sakit itu mulai terobati ketika dengan royalnya, lelaki itu memberikan uang, perhiasan dan
barang mewah lainnya kepada Patricia. Dan yang lebih membuat Patricia bahagia, Albertus mencampakkan ibunya demi Patrica.

Albertus lebih memilih tidur dengan Patricia dibanding dengan wanita tua itu, segala keinginan Patricia pun selalu dikabulkan oekh Albertus.

Sayangnya, sampai detik ini Patrica tidak bisa menunjukkan jika Albertus lebih memilihnya daripada Dewi karena dimata keluarganya, Patricia gadis cantik, penuh martabat dan manis.

Patricia terus menjadi budak seks Albertus hingga suatu saat Albertus harus pergi ke luar negeri dan tak pernah kembali, meninggalkan Patricia yang tengah mengandung lima minggu.

Bisa di bayangkan bagaimana paniknya Patricia saat itu, dia tak tahu apa apa tentang kehamilan, yang ada di otaknya hanya bagaimana cara agar dia tidak hamil. Patricia pun mencari di web dan menemukan obat penggugur kandungan.

Dia meyakinkan diri untuk melenyapkan janin itu dan dia juga  berpikir bagaimana jika dia mempertahankan janinnya? Apa lagi ketika dia membaca artikel di internet, banyak  cerita mengerikan tentang keguguran yang gagal dan berujung pada kematian karena pendarahan.

Patricia terus menunda pengguguran janinnya, apa lagi dia pun menemukan foto janin yang mungil dengan seribu keajaibannya. Di usia tujuh minggu janin itu baru sebesar kelereng tapi sudah mulai terbentuk tubuh tangan dan kakinya.

Hati Patricia sakit, dia tidak mungkin membesarkan bayinya. Bagaimana dengan sekolahnya? Keluarganya? Apa lagi lelaki yang menghamilinya lenyap bagai ditelan bumi.

Akhirnya dengan berat hati Patricia pun membeli dan meminum obat penggugur itu ketika usia janinnya lima belas minggu. Rasanya sakit, bukan hanya raganya tapi jiwanya pun sakit apa lagi ketika menemukan gumpalan janin yang sudah berbentuk bayi, keluar dari sela-sela pendarahannya.

Patricia tidak tega membuangnya dan di pun menguburnya di kebun mawar di samping kamarnya. Patricia memberi nama June, karena bayi itu dilahirkan secara  paksa di bulan Juni.


Patricia mengusap pipinya yang basah sambil menatap ke arah jendela, apa dia pantas menjadi seorang ibu? Dimana dia sudah tega membunuh janinnya sendiri?

Jujur saja, Patrica sudah lelah dengan kehidupannya. Dia hancur sejak sepuluh tahun yang lalu dan hingga kini dia masih seperti anak ayam yang tersesat.

Apakah Ismail mau menerima dia apa adanya?

"Kenapa aku jadi berpikir sejauh itu?" 

Apa dirinya sudah mulai jatuh hati pada pemuda kampung itu?


Tbc

MualafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang