Part 27

2.2K 335 21
                                    

Masih ingatkan ceritaku yang satu ini? Udah deket ending namun belum rampung juga 😂

Aku harap kalian masih mengingat cerita ini dan kalau pun ridak, sialhkan baca lagi dari awal karena aku pun membaca cerita ini lahi dari awal karena lupa nama nama tokohnya 😭

Kalau ada yang salah nama, mohon koreksinya ya..

Kuy baca lagi kelanjutannya....

Happy reading.....



Dewi menatap pria yang ada di hadapannya, dia membawa map berisi surat cerai dan sertifikat rumah.

"Tanda tanganilah."

Dewi tersenyum sinis lalu membubuhkan tandatangannya, jangan harap dia akan memohon apa lagi meminta pria itu untuk membatalkan perceraiannya. Dewi sudah sangat sakit hati dengan pernikahan yang selama ini di jalani. Mungkin cukup sampai disini mereka berjodoh karena seharusnya sejak dari dulu dia melakukan ini.

Jason pun memberikan sertifikat rumah dan beberapa saham untuk mantan istrinya.

"Aku tak bisa bermain saham, kau tahu itu." Dewi melempar surat saham itu ke arah Jason.

"Ini hotel yang tinggal kau kelola."

"Aku tak paham sama sekali, yang ada nanti satu dua bulan kedepan hotel itu bangkrut!"

Jason tersenyum geli, ya bagaimana mungkin wanita yang hanya bisa berfoya-foya sepertinya bisa mengelola hotel.

"Oke, aku yang akan mengelola dan akan mengirimkan hasilnya ke rekeningmu."

"Terserah, sudah selesai?"

"Besok atau lusa kita sudah resmi bercerai. Jaga dirimu baik-baik Dewi." Jason pun melangkah pergi meninggalkan Dewi yang tampak mematung. Akhirnya dia menjadi janda juga, dan rasanya tak seburuk yang dia pikiran dulu.

Dewi menatap salinan surat cerai sementara dan sertifikat rumah yang dia tempati sekarang di bilangan Kemang. Ingatannya kembali menjelajah pada pernikahannya yang tak pernah bahagia.

"Jason.... Kenapa kamu tak pernah bisa mencintaiku?"

Yang Dewi tahu hanyalah Jason yang terpukul karena kematian Daniar. Apa Jason mencintai kakaknya? Tapi Daniar tak pernah membahas Jason bahkan dia masih ingat jika Daniar tengah dekat dengan Alex, lelaki yang disinyalir adalah kekasih sekaligus pemasok obat terlarang pada kakaknya.

Dewi menghela napas, dia butuh refreshing. Apa dia menemui Ismail saja? Lelaki yang sekarang ini selalu mengusik pikirannya. Dewi pun melajukan mobilnya menuju rumah namun tak ada, pembantunya bilang mereka pulang ke kampung halaman Ismail.

Cocok sekali, Cipanas akan menjadi tempatnya berekreasi sekaligus mengejar pria itu. Dewi yakin pernikahan Ismail takkan berlangsung lama karena Patricia hanya akan merepotkan Ismail saja. Sedangkan Dewi bisa memenuhi kebutuhan rumah tanga Ismail dan dirinya.

Namun kekecewaan kembali di telan, Ismail tidak ada di rumah orang tuanya. Ismail tinggal di Cugenang dan Dewi tak tahu dimana tempat itu. Namun keberuntungan berpihak padanya, Ismail datang membawa hasil berkebun dan mau menukarnya dengan bibit sayuran.

"Assalamualaikum, Bu, Pak."

"Assalamualaikum Nak, kebetulan sekali, ibu mertuamu ada disini."

Guntur tampak gelisah karena si wanita menempelinya terus, apa lagi Iis sang istri sedang mengadakan kegiatan PKK di rumah Bu RW.

"Ibu mertua?"

"Hai menantu kesayanganku."

"Mami?"

"Yes i am!"

Ismail pun hanya bisa tersenyum kecut.

*****


Mobil mertuanya terpaksa di titipkan di rumah Guntur, karena tak mungkin membawa mobil sejenis sedan ke daerah Cugenang yang jalanannya belum rata. Sepanjang perjalanan wanita itu terus menyandarkan kepalanya di bahu Ismail membuat lelaki itu semakin risih.

Namun sebersit ide terlintas di pikirannya, Ismail merasa memiliki tugas untuk menyadarkan ibu mertuanya dan membawanya ke jalan yang benar. Mungkin Allah mengirim wanita ini ke Cipanas untuk disadarkan oleh Ismail.

"Rumahnya masih jauh?"

"Sebentar lagi Mami."

"Apa luas?"

"Kecil Mami, tapi ada dua kamar kok, bisa Mami tinggali."

Dewi hanya mengangguk pelan lalu memperhatikan jalanan yang tampak terjal dengan batu-batu sebesar kepalan tangan orang dewasa yang berserakan di sepanjang jalan.

Akhirnya mereka pun sampai di depan rumah panggung yang tampak asri.

"Assalamualaikum... Patricia."

"Wa'alaikum salam... Abi? kenapa dia ada disini?"

Dewi  tersenyum penuh kemenangan membuat Patricia merasa geram.

"Hai putriku sayang."

"Mami ngapain kesini?"

"Sayang tak boleh begitu sama orang tua." Ismail mengelus rambut Patricia.

"Tapi Abi...."

"Biarkan Mami beristirahat di kamarnya." Dewi tampak senang.

"Mau berapa lama dia disini?"

"Sepertinya aku akan betah tinggal disini, apalagi ada kamu, Mail sayang!" Ucap Dewi membuat Patricia semakin geram.

Dia harus segera menyingkirkan Dewi, atau rumah tangganya akan terancam hancur!


Tbc

MualafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang