Part 32

2K 316 10
                                    


Happy reading.....


Semua sudah terlambat, nasi sudah menjadi bubur dan kini Jason benar-benar menyesal karena sudah mensia-siakan istrinya sepanjang pernikahan mereka. Jason tak bisa membayangkan bagaimana menderitanya Dewi yang selalu di abaikan olehnya.

Dewi yang berusaha mempertahankan rumah tangga, Dewi yang selalu mencari-cari perhatian dan berusaha mendekat, berusaha untuk di cintai olehnya namun Jason malah menghina dan menjauhinya. Bahkan Jason menyelingkuhi Dewi dan ketika perempuan itu memergokinya, Jason malah bersikap dingin dan kasar hingga Dewi melahirkan secara prematur.

Beruntung Patricia tidak cacat dan lahir dengan selamat, namun begitu Jason tetap mengabaikannya karena dendam yang tidak beralasan.

"Kenapa kau lakukan itu Daniar? Kenapa kau membenci Dewi yang tidak bersalah? Kau yang tak ingin menikahiku dan melemparkan semua kesalahan dan rasa bencimu pada Dewi."

Jason menangis pilu, sungguh dia sangat menyesal dan penyesalan yang sangat terlambat.

Dewi sudah Jason hancurkan, membiarkan istrinya melampiaskan kekecewaannya dengan bergonta ganti pasangan, membalas perselingkuhan Jason dan berakhir dengan kejadian Albertus.
Disisi lain Jason senang Patricia bertobat tapi kenapa harus pindah agama?

Jason melajukan kendaraannya menuju sebuah pesantren yang diberitahukan oleh Ismail. Pesantren yang berdiri khusus untuk para mualaf.

Jason pun menanyakan prihal  mualaf bernama Dewi ke pengurus pesantren dan beruntung, Dewi tengah membaca di taman belakang pasantren.

"Dewi...."

Perempuan yang awalnya sedang duduk santai itu mendadak menegang, Dewi lalu memalingkan wajahnya ke arah Jason.

"Kamu?"

Jason tersenyum lalu duduk di sebelah Dewi.

"Ada apa?"

Jason menunduk, bulir air matanya mulai menetes, Dewi tampak terkejut melihat Jason yang tak biasanya bersedih, seumur Dewi mengenalnha, dia tak pernah melihat lelaki itu menangis dihadapannya.

"Kamu sakit?"

"Lebih dari itu sayangku!"

Dewi membuang tatapannya ketika mata Jason menembus relung hatinya. Tatapan mengiba dan penuh kesedihan.

"Kita sudah bercerai, kau masih ingat kan?"

"Kita bisa rujuk sayangku!"

Dewi tersenyum sinis lalu menggelengkan kepalanya.

"Tidak semudah itu!"

"Aku tahu kesalahanku begitu besar padamu, aku sudah membuatmu menderita selama puluhan tahun, tapi..."

"Aku seorang mualaf!"

Jason membelalakan matanya, hatinya terasa di remas remas oleh tangan tak kasat mata.

"Tapi..."

"Agamaku melarang umatnya menikahi lelaki non muslim. Aku... Aku ingin berhijrah, aku tak mau melakukan dosa atau kembali lagi pada agamaku yang dulu."

Jason mengangguk paham, mencoba untuk menghormati keputusan mantan istrinya.

"Mungkin ini hukuman untukku yang telah menyia-nyiakan mu. Maafkan aku Dewi!"

Jason menunduk penuh rasa bersalah. Dewi mengusap rambut lebat mantan suaminya.

"Aku masih mencintaimu dan perasaanku akan tetap sama meski sekarang kita tidak mungkin lagi bersama. Tapi kita masih bisa bertemu, bisa menjadi orang tua Patricia, berusaha membahagiakan anak kita yang sempat kita abaikan selama ini."

Jason hanya mengangguk pelan, dia tak sanggup lagi untuk menatap wajah Dewi, wanita yang ternyata sudah memasuki isi hatinya.

*****

Patricia menatap ke arah jendela, semenjak Jason berkunjung ke rumahnya dan mencari Dewi, perasaan Patricia merasa gundah. Di sisi lain Patricia bahagia akhirnya Jason sadar namun di sisi lain semuanya sudah terlambat. Patricia tidak bisa berharap agar orang tuanya bisa rujuk dan kembali bersatu.

"Kau melamun?"

Patricia menatap Ismail yang sudah berdiri tepat di sampingnya.

"Apa tak ada harapan untuk orang tuaku rujuk?" Ismail terdiam sejenak.

Rujuk?

Bisa saja rujuk namun dalam agama Islam, wanita muslim dilarang menikahi lelaki non muslim. Apa lagi Dewi baru saja menjadi mualaf dan hal itu akan menjadi ujian terbesar untuk ibu mertuanya itu.

"Jika aku boleh egois, aku ingin Mami kembali pada Papi."

Patricia menarik napas panjang, "Akan sulit untuk memilih agama atau cinta, tapi apa itu mungkin?"

"Insya Allah istriku, kita doakan yang terbaik untuk orang tua kita."

Patricia hanya mengangguk pelan, dia hanya bisa pasrah dan berharap jika Allah akan memberikan keajaiban kepada kedua orang tuanya.

Ismail yang mengerti kegundahan Patricia hanya bisa mengusap kepalanya dengan lembut.

Tbc

MualafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang