Part 22

3.5K 491 13
                                    

Happy reading......



Patricia menatap  indahnya gunung di Puncak Pass, ini adalah bulan madunya dan Patricia lebih memilih tempat yang dekat daripada harus berbulan madu di Bali atau luar negeri. Yang terpenting dia bisa menghabiskan waktu yang lama dengan suaminya.

"Kau suka?"

Ismail tampak takut Patricia tidak bahagia dengan Kesederhanaan bulan madunya.

"Sangat suka!"

"Serius?"

"Kenapa kita tidak bulan madu di tempat penyekapanku kemarin?" Ismail tersenyum geli.

"Kamu ini...."

"Aku tak peduli kamu membawaku kemana, yang penting aku bersama denganmu sayang!"

"Meski saya hanya penjual sayur dan  hanya bisa menafkahimu semampu saya?"

Patricia menatap wajah manis suaminya, gadis itu tahu suaminya pasti ingin hidup mandiri dan tak mau menggantungkan hidupnya pada kekayaan orang tua Patricia.

"Asal kamu yang masak  seperti waktu kamu menyekapku!" Ismail mengecup kening Patricia.

"Saya mencintaimu!"

"Apa lagi aku Ismail, aku sangat sangat mencintaimu!" Ismail pun mencium bibir Patricia dengan lembut, dia ingin menunjukkan ketulusannya dengan memperlakukan gadis itu dengan selembut mungkin.

Ismail yakin Patricia pasti kerap diperlakukan kasar oleh lelaki di masa lalunya, apa lagi Ismail melihat lubang belakang Patricia yang tak lazim. Gadis itu pasti mengalami pelecehan yang sangat membuat istrinya itu menderita dan kesakitan.

"Ismail...."

Patricia mendesah menikmati ciuman suaminya di leher dan tulang selangkanya. Patricia melepaskan pakaiannya agar Ismail bisa menyentuhnya sesuka hati.

"Umii..."

Patricia merasa menghangat mendengar panggilan yang diberikan oleh Ismail.

"Abi..." Balas Patricia dan mereka pun bercinta dengan penuh perasaan.

*****

Hanya dua hari, ya bulan madu yang mereka dapatkan karena memdadak Jason meminta Ismail untuk menghadapnya. Ismail tampak tenang, berbeda dengan Patricia yang merasa gusar. Jujur saja hubungan Patricia dan Jason tidak sedekat anak dan ayah pada umumnya.

Patricia duduk di sofa ruangan kantor Jason, dia mengamati perbincangan ayahnya dengan sang suami. Ismail tampak fokus mendengarkan pengarahan Jason. Ada rasa haru yang melingkupi perasaan Patricia, lelaki paruh baya itu menitipkan dirinya pada Ismail dan meminta Ismail memegang hotel dan restoran yang dimiliki oleh Jason.

Hal itu dilakukan agar kebutuhan Patricia terpenuhi dan menopang rumah tangga mereka agar selalu bahagia dan berkecukupan. Mata Patricia berkaca-kaca, setidaknya dia memiliki ayah yang ternyata perhatian dibanding ibunya yang malah berusaha menghancurkan rumah tangganya dengan menggoda suaminya.

Ismail tampak ingin menolak namun dengan gigih lelaki itu membujuk Ismail hingga setuju.

"Terima kasih, aku percayakan anak satu-satunya yang aku miliki." Patricia mengusap air matanya.

"Baiklah Papi, kami permisi."

Ismail berpamitan karena dia tahu pekerjaan ayah mertuanya sudah menumpuk. Mereka pun berjalan menuju pintu, namun tiba-tiba Patricia memeluk Jason dan tangisnya pun pecah.

"Maafkan Papi sayang, hanya ini yang bisa Papi lakukan untukmu!" Bisik jason dan Patricia hanya mempererat pelukannya. Pria yang tak pernah peluk sampai usianya menginjak dua puluh tujuh tahun.

"Aku sayang Papi."

"Papi tahu dan Papi tak pantas mendapatkan kasih sayangmu."

"Bagaimana pun Papi tetap Papi Patricia."

Jason tersenyum lalu mengusap air mata putrinya dan mengecup kening itu cukup lama.

"Pulanglah dengan suamimu, Minggu depan kalian pindah ke Bintaro ya? Suasana di rumah tidak sehat untuk rumah tangga kalian."

Patricia tertegun sejenak, apa Jason tahu apa yang diperbuat oleh Dewi?

"Baik Papi, selamat siang." Pamit Ismail dan mereka pun berjalan menuju keluar ruangan.

Sepanjang perjalanan pulang Patricia termenung, hatinya yakin jika ayahnya sudah tahu perbuatan istrinya. Tapi kenapa Jason diam saja?  Patricia jadi teringat pertanyaan Ismail tentang perasaan orang tuanya. Ya mereka seperti tidak saling mencintai dan hidup masing-masing. Sepertinya Patricia harus mencari tahu apa yang terjadi diantara kedua orang tuanya.

Meski Patricia tak pernah merasakan kasih sayang orang tuanya, namun melihat mereka bercerai pun dia tak mau. Jika kondisi kemungkinan, dia akan mengajak ibunya berbicara karena hanya Dewi-lah yang tahu juga paman Joseph, adik kandung sang ayah.

"Kau mau langsung pulang?"

Patricia menatap wajah suaminya melalu spion lalu mengangguk. Ismail hanya tersenyum lalu melajukan motornya menuju rumah kediaman orang tuanya.

Tbc

Happy weekend 😘😘😘

MualafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang