Part 4

3.6K 442 11
                                    


Happy reading.....

Patricia tertegun saat Ismail menyodorkan seperangkat alat sholat kepadanya.

"Apa ini?"

"Jika kamu ingin bebas, kamu harus belajar agama kepada saya."

"Apa?"

Ismail tersenyum,

"Kau tak bisa memaksa seseorang untuk memeluk agamamu, apa Islam seperti ini pengajarannya?"

Patricia tersenyum sinis.

"Saya tidak memaksa, saya hanya ingin kamu tahu soal  agama Islam. Nanti kamu mau tetap menjadi Nasrani atau masuk Islam, itu hak kamu." Patricia menggelengkan kepalanya.

"Setidaknya, kamu bisa ambil sisi baik Islam untuk kehidupanmu."

"Tidak, ini gila!"

"Kamu harus mencobanya."

"Kau memaksa?"

"Itu pilihanmu."

"Kalau aku tak mau?"

"Kau takkan saya lepaskan!"

"Dasar lelaki gila!"

Patricia melempar sejadah dan mukena itu ke hadapan Ismail membuat lelaki itu menghela napas lelah.

"Makanlah, saya sudah masakan cumi goreng dan sambal. Juga ada lalapannya."

Ismail menunjukan sebuah rantang lalu mengambil peralatan sholat Patricia. Gadis itu mendengkus kesal, andai perutnya tak lapar mana sudi dia menyantap makanan itu tapi dia butuh tenaga, siapa tahu ada kesempatan kabur dan dia perlu tenaga ekstra. Patricia pun mengambil makanan di rantang itu.

Ismail pergi ke kamar mandi untuk wudhu kemudian menggelar sejadah dan melantunkan ayat suci Al Quran.

Patricia yang sedang menyantap makanannya tertegun saat mendengar suara merdu dari bibir Ismail. Dia merasa ada getaran aneh di hatinya. Patricia pun menikmati makanannya sambil meresapi lantunan ayat suci itu. Patricia tak tahu apa artinya tapi entahlah hatinya terasa damai.

Selesai membaca ayat suci Al Quran, Ismail pun merapihkannya kembali.

"Apa Tuhanmu bisa memaafkan dosa besar?"

Ismail menatap Patricia yang menanyakan hal yang tak terduga olehnya.

"Dosa besar semacam apa?"

Patricia terdiam lalu membuang pandangannya ke arah lain, dia tak mungkin membuka aibnya sendiri di hadapan orang yang mulai mengusik hatinya.

"Allah maha pengampun lagi maha penyayang, dosa sebesar apapun pasti di ampuni asalkan kamu bertobat dengan sungguh-sungguh."

Patricia kembali menatap ke arah Ismail.

"Walau seperti aku?"

Ismail mengangguk lalu tersenyum, Patricia merasakan kedamaian dari tatapan dan senyuman pria di hadapannya itu. 

"Berhentilah berbuat zina dan berbuat dzolim. Jangan terus menyakiti dirimu dan juga orang lain. Maafkan orang yang sudah menyakitimu."

Kata-kata Ismail seperti bisa membaca pikiran dan masa lalu Patricia.

"Aku tak bisa."

Patricia menggelengkan kepalanya. Bagaimana bisa dia memaafkan orang yang sudah memerkosanya dan menjadikannya budak seks? Apa lagi hal ini berpangkal dari sikap jalang ibunya hingga Albertus memiliki kesempatan untuk melecehkannya. Patricia terisak, dia merasa masa lalunya yang buruk kembali hadir.

"Ikhlaskan..."

"Kau tak tahu apa yang pernah aku alami, kau tak tahu masa sulit apa yang sudah aku lewati. Kau tak bisa memaksa atas apa yang tak bisa aku lakukan!" Isak Patricia membuat Ismail terkejut mendapatkan murkanya Patricia.

******

Sepanjang perjalanan pulang, Ismail terus memikirkan kata-kata Patricia. Dia tak menyangka nasib gadis itu tidak secantik parasnya. Pantas saja Patricia seperti itu karena orang tuanya yang tidak memperhatikan dan memperdulikan anak gadisnya.

Bagaimana bisa, ada orang tua yang tidak mengetahui anaknya diperkosa dan itu sudah terjadi sepuluh tahun yang lalu!!!

Tidak mengetahui pergaulan anaknya yang sudah berkelana dalam kenistaan selama bertahun-tahun dan ini sungguh ironis sekali. Ismail menghela napas dengan panjang, dia ingin melindungi Patricia, dia ingin gadis itu keluar dari kubangan hitam.

Tak terasa air mata Ismail menetes membasahi pipinya. Ismail merasa beruntung, dia terlahir dalam keluarga yang baik agamanya sehingga tidak mengalami hal yang buruk seperti Patricia dan dia merasa salut atas sikap tegar Patricia meski dia sudah mengambil jalan yang salah. Melampiaskan dendamnya dengan melakukan seks bebas dan menjual tubuhnya  demi kemewahan. Sebetulnya bukan kemewahan yang di kejar oleh Patricia tapi kepuasan batin. Namun dia tidak pernah menemukan kepuasan apa lagi ketenangan batin di dalam kenistaan seperti itu.

Besok, Ismail akan meminta maaf karena sudah mengungkit masa lalunya dan membuatnya marah. Ismail akan berusaha membuat Patrica bahagia, merasakan indahnya dunia tanpa maksiat.

"Ya Allah, bantu Ismail untuk merubah Patricia, lembutkanlah hati perempuan itu ya Allah...."

.
TBC

Tak menyangka hampir sebulan ya aku gak up cerita ini. Waktu memang cepat berlalu....

Thanks for reading...

MualafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang