Part 23

3.3K 500 24
                                    

Happy reading.....


Dewi tampak senang Ismail sudah pulang, dia pikir mereka akan berbulan madu selama satu minggu.

"Ismail!"

"Assalamualaikum Mami." Ismail memberi salam membuat Dewi mengibaskan tangannya malas menjawab salam Ismail.

"Bagaimana rasanya?"

"Rasa apa Mami?"

"Milik anak itu? Pasti kamu kurang puas ya?"

"Alhamdulillah sangat puas, Patricia istri yang sangat hebat!" Ismail mengecup kening Patricia membuat Dewi mendengkus kesal.

"itu karena kamu belum berpengalaman jadi tak tahu mana yang enak."

"Mami ini bicara apaan sih?" Patricia tak suka dengan topik yang dibahas ibunya.

"Suamimu itu perlu di ajarkan sedikit nakal Patricia, biar garang gitu!" Dewi tertawa genit lalu mengelus rahang Ismail membuat lelaki itu memundurkan langkahnya.

"Aku gak bakalan gigit kok sayang!"

"Permisi Mami, kami mau istirahat."

Isamil pun segera meninggalkan Dewi yang mulai kumat. Patricia hanya bisa patuh, mengikuti suaminya pergi.

*****

Patricia melihat Dewi yang tengah memasak, sekilas perempuan itu tampak seperti ibu yang normal dan penuh kasih sayang, apa lagi Dewi sekarang tampak enggan bersosialita lagi setelah kejadian pembunuhan itu.

"Kamu kenapa diam di situ?"

Lamunan Patricia terhenti, dia mengerjapkan matanya lalu tersenyum kaku.

"Ada yang mau kamu sampaikan?"

Patricia mengangguk, dia memberanikan diri untuk bertanya tentang hubungan ibunya dan ayahnya.

"Mami, boleh aku bertanya sesuatu?"

"Katakan!"

"Apa Papi mencintai Mami? Maksudku apa kalian saling mencintai?"

Dewi tampak tertegun, matanya berkaca-kaca seperti memendam luka yang sudah lama tertimbun.

"Mami..."

"Kau ingin tahu apa yang terjadi sebenarnya?"

"Iya Mami."

"Kami tidak saling mencintai."

"Lalu kenapa kalian menikah?"

"Karena kami di jodohkan."

"Apa tak ada sedikitpun cinta diantara kalian?"

Dewi pun duduk di meja makan lalu tersenyum pahit.

"Dulu, seharusnya Daniar yang menikahi Papi, bukan Mami. Daniar kakak Mami dan dia sudah meninggal karena over dosis."

Dewi meremas serbet yang ada dihadapannya.

"Daniar menolak menikah karena dia masih ingin bebas bermain, clubing, bergaul.... Sedangkan menikah, kita harus fokus pada rumah tangga, suami dan anak. Entah bagaimana akhirnya Kakekmu menjodohkan Papi dengan Mami. Kami pun menikah. Papi hanya menyentuh Mami pada malam pertama, setelah puas lalu mengabaikan Mami begitu saja. "

Dewi mulai menangis, merasa rasa sakit itu kembali.

"Besoknya Daniar ditemukan tewas karena over dosis, Papi tampak terpukul dan semenja itu kami tak pernah bertegur sapa. Papi seperti menyalahkan kematian Daniar padahal Mami sendiri terpukul dengan kematian kakak Mami. Namun Mami terus berdoa dan berharap suatu saat Papi berubah dan mencintai Mami, apa lagi Mami langsung hamil dan mengandung kamu Nak, Mami berharap Papi akan berubah."

"Apa Papi berubah?" Dewi menggelengkan kepalanya.

"Mungkin Papi akan berubah saat kamu lahir, namun...."

Dewi menangis mengingat ucapan kejam Jason yang langsung merubah hidupnya. Patricia mendekati Dewi lalu merangkulnya.

"Pada usia kandungan Mami menginjak tujuh bulanan, Mami memergoki Papi tengah bercinta dengan sekretarisnya, hingga Mami shock dan melahirkanmu secara prematur."

Patricia terhenyak mendengar kisah tragis ibunya. Kenapa Jason tega berbuat itu pada ibunya?

"Aku marah, aku protes, aku muak diperlakukan seperti sampah atau mahluk tak kasat mata dalam hidupnya tapi dia berkata sesuatu yng membuatku terpukul, membencinya sekaligus merubah semuanya." Dewi mengusap air matanya.

"Dia menginginkan anak laki-laki, Tapi meski pun aku melahirkan seorang anak laki-laki, dia tetap tidak bisa mencintaiku. Takkan pernah!" Dewi menatap Patricia.

"Dari situ aku memilih mengabaikanmu, anak yang tak pernah diinginkan, anak yang hadir di waktu yang tak tepat dan aku memilih bersenang-senang untuk membahagiakan diri sendiri, mengobati rasa sakit dan kecewa yang sudah Papi-mu torehkan. Aku sengaja selingkuh dihadapannya tapi dia tetap tak peduli bahkan sampai sekarang." Patricia tersenyum miris.

"Maaf jika Mami yang tidak bisa menyayangimu Patricia."

Hati Patricia terasa sakit mendengar ucapan ibunya. Ya Patricia sadar, Dewi sudah menganggap dia anak yang tidak di harapkan dan mungkin pembawa sial karena dia terlahir sebagai anak perempuan. Patricia hanya bisa menahan sakit di hatinya, Patricia menatap ke arah pintu dan disana dia melihat Ismail sedang berdiri memperhatikannya.


Tbc

MualafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang