Part 11

3.5K 403 45
                                    

Maaf ya baru bisa up sekarang, dari sabtu anakku sakit gara gara kurang piknik. Kok bisa karena kurang piknik? 🙄 Karena sekalinya di ajak piknik malah sakit karena tak terbiasa menempuh perjalanan jauh 🤭

Ini komen yang menurutku menarik....

Tisu dalam ceritaku memiliki 2 kategori fungsi loh, ada yang bisa menebak? Klo ada yg bisa menebak aku foll back 😘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tisu dalam ceritaku memiliki 2 kategori fungsi loh, ada yang bisa menebak? Klo ada yg bisa menebak aku foll back 😘

Silahkan komen ya 😂😂😂

Happy reading....

Patricia ketakutan, pria itu melepaskan penyatuannya dengan Dewi dan menghampiri gadis itu.

"Kau mau kemana, Al?"

Dewi tampak bingung melihat Albertus mendekati putrinya yang tampak ketakutan.

"K... Kau ma...Mau apa?" Keringat dingin mulai bercucuran di sekujur tubuh Patricia.

"Kau tak merindukanku budak seks-ku? Setelah sepuluh tahun lamanya ternyata kau semakin cantik dan seksi."

"Jangan mendekat!" Pekik Patricia saat pria itu terus melangkah mendekatinya.

"Apa maksudmu dengan menyebut dia budak seks mu, Al?" Dewi masih tak percaya dengan apa yang kekasih gelapnya katakan.

Sepuluh tahun yang lalu? Berarti saat Patricia berusia tujuh belas tahun dan saat itu Albertus yang sudah membantu pesta ulang tahun Patricia di diskotik. Dewi tersentak kaget, apa Albertus sudah melakukan sesuatu pada putrinya waktu  itu?

Albertus tertawa lalu menatap ke arah Dewi.

"Apa kau yang melahirkan dia? Kenapa sebagai ibu kandung kau tak peka?"

"Ma... maksudnya?" 

Patricia mulai bisa merasakan tenaganya kembali pulih, dia mencari waktusaat pria itu lengah untuk  berlari ke kamarnya untuk menyelamatkan diri. Namun pergerakannya terbaca oleh Albertus dan lelaki itu langsung menerkam tubuh Patricia.

"Lepas bajingan, aku tak mau kau sentuh lagi!" Jerit Patricia membuat Dewi tambah shock, dia mencoba melepaskan ikatan dasi di pergelangan tangannya, namun sial ikatannya begitu kuat.

Albertus menarik tubuh Patricia dan menciumi leher dan dada gadis itu, Patricia berusaha berontak, sekelebat bayangan Zidni yang hendak di perkosa Alfa melintas di pikirannya. Apa ini karma dari Zidni? Kenapa dia harus di perkosa lagi oleh orang yang sama? Lelaki itu menampar wajah Patricia karena terus menolaknya,

"Sakiiit...." Ringgis Patricia, lelaki itu membalikan tubuh Patricia dan menunggingkannya, dia mengelus bokong mulus gadis itu dan merobek celana dalamnya. Namun wajahnya berubah datar saat melihat lubang anus Patricia.

"Ternyata kau sudah menjadi pelacur hah? Sejak kapan lubang anusmu menjadi seperti ini huh?" Teriak Albertus murka sambil mengorek lubang belakang Patricia dengan dua jari hingga gadis itu merasa kesakitan.

"Aaaah, sakit..... Hentikan!" Jerit Patricia namun Albertus tidak mengindahkan, dia pun memasuki lubang belakang Patricia dengan kejantanannya dan mulai mendesah nikmat.

Patricia hanya bisa menangis, dia kembali teringat jika anusnya dirusak oleh Alfa. Air matanya mengalir deras di saksikan oleh Dewi yang hanya bisa diam, tubuhnya terikat tidak berdaya di tambah kenyataan pahit yang menyambar perasaannya.

Tidak seharusnya Dewi mengajak Albertus ke rumah untuk bercinta, tak seharusnya dulu Dewi membiarkan Albertus membantu Patricia merayakan ulang tahunnya di diskotik bersama teman-temannya. Pantas saja setelah berpesta Patricia berubah murung dan Alebrtus jarang mengubunginya lagi. Ternyata anak semata wayangnya telah di jadikan pelampiasan nafsu bejat Albertus.

Patricia terus meraung namun dengan keji Albertus memukul Patricia hingga pingsan.

"Aku bersumpah, aku akan menghancurkanmu, Al...." Sumpah Dewi yang hanya bisa pasrah sambil menangis pilu melihat anaknya di gagahi oleh kekasih gelapnya.

*****

Ismail mengerjapkan matanya, dia terus gelisah memikirkan Patricia. Kenapa dia terus membayangkan wajah sedih gadis itu? Apa Ismail sudah jatuh cinta padanya? Lalu bagaimana dengan Maryam? Orang tuanya?

"Kau belum tidur, nak?" Sapa Iis sambil menatap putranya yang tampan.

"Bu..."

"Apa karena gadis itu?" Ismail nmenunduk.

"Ibu sama bapak belum mengabari prihal ta'aruf kalian."

Ismail menatap wajah ibunya.

"Ikutilah kata hatimu dan kami akan mendukungmu, Nak."

Ada perasaan lega di hati Ismail, begitu pun dengan Iis. Dia bahagia melihat sinar mata putranya yang kembali terang.

"Ibu bapak bakal setuju?"

"Iya nak."

"Apa boleh besok Ismail ke jakarta menemui Patricia?"

"Lakukan apa yang kamu mau." Ismail pun memeluk erat tubuh  Iis.

"Terima kasih bu!"

Keesokan harinya, Ismail segera berangkat dengan sepeda motornya agar tidak terjebak macet dan bisa sampai dengan cepat. Hatinya berbunga-bunga membayangkan kembali wajah Patricia yang tersenyum padanya.

"Aku bersumpah, aku akan membuatmu bahagia Patricia. Demi Allah, Patricia...." Janji Ismail di dalam hati.

Hampir dua jam dia mengendarai motornya dengan kecepatan di atas rata-rata. Akhirnya dia sampai di rumah Patricia.
Namun ada yang aneh, suasana tampak sepi dan penjaganya pun tak nampak.

Ismail pun berinisiatif untuk masuk dan berjalan menuju teras rumah Patricia. Samar samar dia mendengar erangan seseorang, Ismail membuka pintu rumah itu dengan ragu, namun nalurinya membimbing Ismail untuk membuka pintu itu.

Ismail berjalan menuju ruang tengah dan terkejut melihat seorang pria tua sedang menggagahi seorang perempuan.

Lelaki itu menarik tubuh perempuan yang tampak tak berdaya, hanya sesekali terdengar ringgisan si perempuan. Lelaki itu menengadah kan kepala perempuan itu sambil terus menggagahi tubuh perempuan itu.

"Aaakh...." Erang perempuan itu dan wajah Ismail memucat saat melihat wajah perempuan itu.

"Patricia?"

Tbc

Thanks for reading

Muaaaah...

MualafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang