Part 1

4.6K 457 13
                                    


Happy reading.....

Disinilah sekarang Patricia berada, di sebuah gudang beras yang berada sangat jauh dari pemukiman penduduk. Ismail Memang lelaki yang pintar memilih tempat untuk menyekapnya, meski Patricia berteriak sekuat tenaga pun takkan ada yang bisa mendengarnya.

Patricia menghela napas, apa Ismail akan memperkosa dan membunuhnya? Mungkin ini karma yang sudah dia lakukan kepada Zidni. Dulu dia menjebak Zidni agar Alfa memperkosanya dan kini dirinya sendiri  yang terjebak karena ulahnya sendiri.

Andai Patricia tidak mengejar Yunus ke cipanas mungkin dia takkan berada disini, terkurung di tempat yang sepi dan jauh dari kata layak.

Patricia menatap isi gudang itu, hanya ada dipan yang di alasi samak tipis dan tumpukan jerami. Meski tampak tua namun dindingnya terbuat dari kayu kuat dengan pintu kayu yang di selot dengan besi sehingga kokoh dan sulit untuk di rusak.

Sebenarnya apa maksud Ismail mengurungnya? Dia malah meninggalkan Patricia sendiri di sini dalam keadaan terkurung. Berbeda dengan cerita-cerita penculikan, dimana sang penjahat akan terus menjaganya agar tidak kabur.

Hari semakin gelap dan Patricia mulai ketakutan, dia tak biasa tinggal di dalam kegelapan apa lagi sendirian, ini benar-benar sangat menakutkan. Sendirian di tempat asing dan terpencil.

Patricia mengusap lengannya untuk mengusir rasa dingin, meski hawa dingin namun nyamuknya ganas. Patricia merasa sekujur tubuhnya gatal di gigit nyamuk.

"Sial kau Ismail, dasar lelaki berengsek!" Rutuk Patricia, dia mulai merasa putus asa.

Patricia mencoba mengingat ingat kembali jalan yang mereka lalui sebelum sampai ke gubuk terkutuk ini. Ada sekitar dua jam mereka menempuh perjalanan dalam kecepatan sedang karena meski jalannya belum di aspal tapi Ismail bisa mengendarai mobil bututnya dengan cepat.

Kalau di hitung-hitung mungkin jika Patricia bisa bebas, dia harus berjalan kaki dengan high heels-nya selama berjam-jam. Apa lagi dia tak mungkin berjalan dengan kaki telanjang dengan medan jalan yang jelek. Kakinya bisa hancur dan berdarah-darah!

Patricia termenung, dia menghela napas lelah. Apa dia salah telah mengejar Yunus? Tapi Yunus miliknya, jauh sebelum gadis kampung itu bertemu dengan Yunus.

Patricia mulai merasa menyesal telah memberikan ide kepada Yunus untuk menikahi Zidni hingga sekarang membuat Patricia harus kehilangan Yunus.

Senjata makan tuan!!

Perut Patricia terasa lapar, ya dia ingat sekarang. Terakhir makan sewaktu dia berada di jakarta dan itu artinya sudah seharian dia belum makan.

"Tuhan, bagaimana ini?" Guman Patricia mulai khawatir, apa lagi udara dingin membuat perutnya tambah menjerit lapar.

Patricia menatap ke dalam ruangan gudang itu, dia mulai memindai. Ternyata ada kompor sederhana dengan peralatan makan seadanya, katel, panci dan sinduk. Patricia pun melihat pintu kecil di sudut ruangan, dia mendekatinya dan membuka pintu itu. Kamar mandi kecil yang terdapat bak penampung air dari semen sebatas perut dan toilet jongkok berwarna biru telur asin dengan lantai berlapis semen. Meski kumuh namun terlihat cukup terawat karena sepertinya jarang di pakai hingga tidak tampak berlumut.

Patricia sedikit lega, setidaknya ada kamar mandi meski sebenarnya dia jijik menginjakkan kaki di sana. Tapi daripada menahan buang air? Rasanya Patricia takkan sanggup menahan hajatnya berhari-hari.

Sayup-sayup terdengar suara deru mobil, Patricia segera mendekati jendela yang di teralis dengan kayu yang agak rapat. Dia melihat mobil Ismail yang terparkir tepat di depan gudang. Pria itu menjinjing kantong berisi sayuran, lamou minyak dan galon kecil berisi air.

Pemuda itu membuka pintu dan menatap Patricia sekilas. Dia kembali mengunci pintu dan meletakan bawaannya di atas meja kayu usang.

"Assalamualaikum...." Ismail tersenyum manis ke arah Patricia, membuat gadis itu sedikit kikuk.

"Aku lapar!"

Ismail mengambil piring dan meletakan bungkusan di atasnya lalu menyodorkan piring tersebut ke hadapan Patricia.

"Apa ini?"

"Buka dan makanlah!"

Patricia membuka bungkusan itu dan mengernyitkan keningnya.  Lima ekor ikan kecil-kecil dengan sambal berbau menyengat.

"Itu ikan sepat dan sambal terasi. Rasanya sangat lezat."

Patricia terkekeh geli, seumur hidupnya dia belum pernah memakan makanan seperti ini. Tanpa daging, sayur, makanan pembuka, dessert, bahkan jus atau susu pun tak ada. Hanya nasi, ikan asin dan sambal!

"Aku tak tahu apa ini layak untuk di makan."

"Saya tidak memberimu makanan basi atau beracun Nona dari kota!" Sindir Ismail membuat Patricia mendelik kesal.

"Tak baik mencela makanan, karena makanan itu rejeki dari Allah. Makanlah, saya harus mencari kayu di gudang samping." Ismail pun berjalan keluar gudang dan mengunci Patricia kembali.

"Apa-apaan ini?" Rutuk Patricia, bagaimana dia bisa menyantap makanan seperti ini? Apa lidahnya tidak akan rusak atau lecet?  Namun perutnya terus meronta dan mulai terasa perih. Patricia menghela nafas dengan kesal.

" Dasar sialan!"


Tbc

Semoga kalian suka.... Thanks for reading.....

MualafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang