Part 30

2.1K 363 36
                                    

Happy reading....


Dewi mendekati Ismail yang sedang memasak, Patricia yang melihatnya langsung waspada.

"Ismail."

"Mami?"

"Masak apa hari ini?"

"Ayam bakar, Mami suka, kan?"

Dewi menatap ismail dengan mata berkaca-kaca, pemuda ini ternyata perhatian dan tahu makanan favoritnya.

"Kamu memang pemida yang baik."

"Mami mau teh?"

Dewi hanya bisa mengangguk pelan, Ismail pun mengambil cangkir dan menuangkan teko berisi air teh ke dalam cangkir lalu menyodorkan cangkir itu pada Dewi.

Dewi tersenyum lalu menyesap teh itu, wangi dan menenangkan.

"Itu Ismail yang petik."

"Wah? Kau memang serba bisa."

"Bagaimana rasanya?"

"Enak dan masih segar. Boleh Mami minta untuk oleh-oleh?"

Ismail menatap terkejut pada Dewi, begitu pun Patricia, namun hatinya merasa lega. Akhirnya ibunya mau pulang!

"Nanti Ismail bungkuskan yang banyak untuk Mami."

"Terima kasih, Ismail."

"Mami__"

Dewi menatap Ismail melihat wajah pemuda itu yang tampak ragu-ragu.

"Apa Ismail?"

"Apa Mami tidak kerasan tinggal di sini?"

Dewi tersenyum dengan mata berkaca-kaca lalu melangkah menjauhi Ismail, sebenarnya dia betah namun tidak seharusnya dia berada disana. Dewi harus menata hidupnya dari awal dan belajar melupakan rasa sakit, dendam dan cintanya pada Jason. Dewi pun duduk di kursi panjang samping Patricia.

"Mami mau pulang?" Patricia ingin memastikan.

"Kau senang?"

Dewi menatap Patricia dan perempuan itu hanya memalingkan wajah dan menatap suaminya yang sedang memanggang ayam.

"Mami ingin menata hidup Mami lagi dari awal." Patricia kembali menatap ibunya dengan terkejut.

"Kamu pasti kesal dengan Mami, kamu tak suka Mami dan Mami mengerti."

Patricia terdiam, dia tak tahu harus bilang apa karena semua memang benar adanya. Dewi mengusap kepala Patricia dengan lembut lalu mencium kening anaknya dengan sayang.

"Maafkan Mami, Mami tahu ini sudah terlambat tapi tak ada kata terlambat untuk bertobatkan?" Mata Patricia berkaca-kaca.

"Mami terlalu dipenuhi oleh dendam dan rasa kekecewaan selama berpuluh-puluh tahun. Mami lelah Patricia, Mami ingin hidup normal dan hidup tenang."

Patricia memeluk Dewi dan menangis dalam dekapan sang ibu yang tak pernah dia dapat.

"Mami akan mencoba berdamai dengan masa lalu dan memaafkan semuanya. Mami juga minta maaf padamu putriku sayang, Mami sudah mengabaikanmu dan membiarkanmu dalam kenistaan."

"Mami..."

"Mami sayang kamu, meski Mami tak bisa memberikan kamu kasih sayang yang pantas seperti ibu yang lain tapi Mami akan berusaha menyayangimu."

"Dengan Mami bertobat saja itu sudah cukup, Mi..."

"Iya sayang, doakan Mami supaya bisa Istikomah." Patricia hanya bisa mengangguk sambil terisak-isak.

"Alhamdulillah, Ismail senang Mami mau bertobat. Untuk itu mari kita makan untuk merayakannya." Canda Ismail untuk mencairkan suasana. Patricia dan Dewi pun hanya bisa tersenyum.

*****

Jason menghela napas lelah, semenjak anaknya pindah ke Cipanas dan kepergian Dewi , rumahnya terasa sepi. Apa Jason terlalu kasar pada Dewi? Tapi perempuan itu memang pantas mendapatkannya. Jason tak suka jika Dewi mencoba menghasut anaknya.

Jason menatap lukisan di kamarnya, tangannya menggeser lukisan itu dan membuka brankas yang tersembunyi di sana. Jason membukanya dan mengambil sebuah buku diary berwarna marun. Diary milik Daniar.

Jason menarik napas panjang dan mulai membuka satu persatu halaman buku itu. Awalnya Jason merasa senang akhirnya dia bisa berani untuk membaca curahan hati kekasihnya, namun semakin lama hati Jason semakin sakit hingga kenyataan pahit terkuak disana.

Daniar bukan gadis baik yang seperti Jason kira, dia memiliki hati yang penuh kebencian dan selalu menumpahkan semua kekesalannya pada sang adik, Dewi.

Daniar pun menuliskan semua tentang kekasih-kekasihnya yang pernah menidurinya dan mengomentari gaya bercinta mereka termasuk dirinya. Meski Jason disebutkan sebagai lelaki istimewa bagi Daniar, tapi tetap saja hatinya sakit karena tubuh gadis itu pun di cicipi oleh pria lain.

Jason menghela napas lelah dan yang lebih menyakitkan Daniar menolak pernikahannya dengan Jason lantaran dia tak tahu siapa pria yang akan menikahinya. Daniar masih ingin mencicipi dunia malam dan tak mau terikat hingga dia memaksa Dewi untuk menggantikannya. Disana pun tertulis Daniar menyesal sudah menolak pernikahan itu dan akhirnya dia membutuhkan ketenangan lalu mengonsumsi narkoba dalam jumlah banyak.

Daniar begitu membenci Dewi yang dianggapnya munafik, terlalu baik hati dan penurut sehingga orang tuanya lebih menyayangi Dewi daripada dirinya. Itu sebabnya Daniar membenci adiknya sendiri.

Jason meneteskan air matanya, Dewi tidak bersalah, dirinyalah yang bersalah dan tidak pernah berusaha mencintai istrinya dengan baik. Jason teringat bagaimana terlukanya Dewi saat dia berusaha menjadi istri yang baik dan ekspresi terlukanya saat dirinya memergoki dirinya bersetubuh dengan sekretarisnya yang membuatnya nyaris kehilangan sang janin.

Jason pun bahkan tidak mempedulikan Dewi, dia benar-benar mengacuhkan Dewi dan membiarkan hidup istrinya hancur begitu saja. Bagaimana dengan dingin dan kasarnya Jason menyetubuhi Dewi lalu mencampakkannya, mengabaikan Dewi yang sedang membutuhkannya dan bahkan menuduh tanpa alasan perempuan yang sudah setia menemaninya selama hampir dua puluh delapan tahun lamanya. Meski Dewi akhirnya berselingkuh dan bergonta ganti pasangan, itu semua memang salah Jason bahkan dirinya tak peduli jika istrinya itu berselingkuh terang terangan di depannya. Jason tahu itu cara Dewi menarik sedikit perhatiannya, namun Jason tetap mengabaikannya.

Dewi sudah menghabiskan banyak waktu dalam gelapnya dendam yang dia berikan kepada istrinya. Jason menatap tempat tidurnya, biasanya pada jam segini Dewi tengah memunggunginya sambil menahan tangis.

"Dewi.... Maafkan aku...."

Tbc

Thanks for reading....

MualafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang