Mari kita selesaikan cerita yang aku gantung satu per satu... 😁
Happy reading.....
Patricia menatap kesal kepada Ismail, kenapa pria itu membawa rubah betina itu ke rumahnya, padahal hidup mereka sudah tenang dan bahagia.
"Umi...."
"Abi diam!"
"Maafkan Abi, tapi Abi tak punya pilihan."
"Suruh dia pulang apa susahnya?"
"Tak baik bersikap kasar pada wanita yang sudah melahirkanmu, Umi...."
"Abi membawa Mami kesini sama saja dengan memasukan serigala ke kandang ayam!"
"Tapi kita bukan ayam dan Mami buka serigala!"
"Abi, aku serius."
"Dengar sayang, merawat orang tua itu ibadah. Apa lagi orang tua datang bertamu kerumah anaknya. Tamu adalah raja apa lagi raja itu adalah ibumu."
Patrica mendesah kesal, hatinya gelisah tak karuan, dia tahu bagaimana watak ibunya.
"Doakan Abi agar bisa membawa Mami pada jalan yang benar. Oke?"
Patricia pun terpaksa mengangguk. Bagaimana pun dia memberi alasan dan mempengaruhi Ismail, soal kebaikan pria itu sangat mustahil di tentang. Patricia menatap ke arah luar, dia berharap ibunya tidak membuat rumah tangganya menjadi kisruh.
Ismail pun berjalan menuju dapur untuk memasak, dia melihat Dewi yang tengah kebingungan di depan kamar mandi.
"Mami, ada yang bisa Ismail bantu?"
"Bagaimana bisa kalian mandi di tempat semenjijikan ini? Airnya dingin, tak ada air hangat apa lagi bathtub!"
Ismail terkekeh geli, keluhan yang sama seperti Patricia saat dia menyekapnya dulu.
"Mami mandi saja, air dingin baik buat kulit Mami agar tetap awet muda."
"Benarkah?"
"Coba saja Mami, rasanya segar."
"Oke, thanks Ismail."
Dewi pun akhirnya memasuki kamar mandi, sementara itu Ismail berjalan ke dapur untuk memasak makan malam mereka.
Ismail memasak ikan goreng dan sayur bayam, masakan sehat agar istri dan bayinya tumbuh sehat dan kuat. Selesai memasak, Ismail pun memanggil Dewi dan Patricia untuk makan malam.
Mereka menyantap makan malam dalam keheningan meski sesekali Dewi tampak tidak menyukai sayur bayam dan memilih menghabiskan ikan dan nasinya saja. Selesai makan, Ismail pun mengajak Patricia untuk sholat maghrib, lalu mengaji.
Dewi yang memperhatikan kegiatan mantu dan anaknya itu hanya bisa terdiam, dia sedikit terkejut saat mendengar suara indah Ismail saat melantunkan ayat suci Al Qur'an. Pemuda itu terdengar sangat fasih dalam melafalkan ayat demi ayat. Pantas saja Patricia jatuh cinta pada lelaki ini, auranya sungguh kuat dan dia memiliki kharisma, daya tarik yang tidak dimiliki oleh pria kebanyakan.
Dewi mendekati Ismail dan terus mendengarkan lelaki itu mengaji, hatinya mulai terasa damai dan terbiasa mendengarkan suara Ismail mengaji.
"Sodakh Allahu adziim..."
Ismail menatap ke arah Dewi yang tampak terpukau.
"Mami suka?"
"Kau membuatku semakin jatuh cinta saja Ismail!"
Patricia mendelik kesal sementara Ismail hanya bisa mengelus dada.
******
Semalam hujan turun begitu lebat membuat suhu di Cugenang terasa dingin, beruntung keesokan harinya matahari terbit sehingga Patricia bisa berjemur untuk menghangatkan tubuhnya.
"Dingin sekali cuacanya!" Keluh Dewi lalu duduk di samping Patricia dan ikut berjemur.
"Bagaimana kabar Papi?"
"Pria berengsek itu sudah menceraikan Mami dan Mami sudah resmi menjadi janda."
Patricia terkejut melihat wajah Dewi yang awalnya tampak kesal langsung berubah bahagia.
"Harusnya kami bercerai sejak dulu, mungkin Mami takkan mengalami masa penderitaan yang panjang. Dibenci tanpa alasan oleh suami sendiri!"
"Apa Mami tak tahu alasan Papi tidak bisa mencintai Mami?"
Wanita itu menatap Patricia tajam, dia mencoba mencerna ucapan putrinya.
"Sebenarnya yang Papi cintai adalah kakak Mami, Daniar."
Dewi tersenyum pahit, mengapa dia tidak berpikir kesana selama ini? Dia terlalu sibuk berharap dan menangisi nasibnya.
"Papi mengira jika Mami penghalang hingga Papi tidak bisa menikahi kekasihnya hingga dia bunuh diri. Papi menyalahkan Mami." Patricia mengungkapkan sesuatu ya g tak Dewi ketahui.
"Apa? Justru Daniar yang tidak mau menikahi Jason, dia memaksaku menikahi lelaki itu dengan berkata pada Ayah agar aku saja yang menikah!" Isak Dewi, rasa sakit di hatinya semakin menjadi.
Kenapa Jason Setega itu menuduhnya selama berpuluh puluh tahun lamanya.
"Apa Jason tahu jika Mami tidak bersalah?"
"Tidak, paman Joseph bilang Papi tidak percaya karena terakhir tante Daniar ucapkan sebelum menghembuskan nafas terakhirnya adalah... Tante Daniar membenci Mami karrna Mami sudah merebut segalanya dari Tante Daniar."
Dewi pun terisak. Kenapa kakaknya tega berkata seperti itu sehingga dia harus menanggung penderitaan yang tak bertepi seperti ini. Pantas saja Jason begitu membencinya dan selalu menegaskan meski ada anak diantara mereka perasaan dia takkan pernah berubah sedikit pun pada Dewi.
Intinya Jason tak pernah bisa mencintai Dewi dan sekarang memang waktu yang tepat untuk Dewi melupakan Jason dan memulai hidupnya yang baru dengan Ismail.
Tbc
Pemikiran Dewi begitu absurd ya? Hahahaha.... Thanks for reading 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Mualaf
RomancePatricia Oktaviana, gadis dari keluarga terpandang, namun prilakunya berbanding terbalik dengan kehidupan nyatanya. Didepan keluarganya dia adalah gadis manis namun dibelakang keluarganya dia adalah gadis liar penganut seks bebas. Dia menjejal kehid...