Part 9

3.4K 464 59
                                    

Ini adalah tipe pembaca pengertian ☺️

Dan ini tipe pembaca yang sudah mengenal baik watak Patricia 😘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dan ini tipe pembaca yang sudah mengenal baik watak Patricia 😘

Dan ini tipe pembaca yang sudah mengenal baik watak Patricia 😘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Makasih komennya ya 😘😘😘

Happy reading....

Guntur menatap tajam ke arah anaknya, acara ta'aruf terpaksa di tangguhkan. Kini mereka sudah pulang dan duduk di ruang tamu, meminta kejelasan dari sang anak. Sedangkan Patricia berada di ruang tengah, berbincang dengan Iis ibunya Ismail.

"Siapa wanita itu?"

"Dia mantan kekasihnya Yunus."

"Yunus? Suami Zidni?"

Ismail mengangguk pelan lalu menceritakan semuanya, kecuali adegan semi enaena dengan Patricia 😜

Guruh menatap anaknya, dia bingung. Disisi lain dia bangga, Ismail bisa mengislamkan wanita yang sedang tersesat, namun dia tak suka jika anaknya menyukai wanita itu. Meski mualaf tapi sifat dan image perempuan liar di dalam diri Patricia pasti akan menempel dan belum seluruhnya hilang. Apa lagi tadi di acara ta'aruf gadis itu berani memeluk anaknya yang bukan mahramnya perempuan itu.

"Apa kau mencintai gadis itu?" Tanya Guntur bertepatan dengan datangnya Patricia yang hendak keluar setelah berbincang panas dengan Iis.

Ismail terdiam, dia tampak bingung untuk menjawabnya dan tanpa dia sadari, Patricia tengah memperhatikan pemuda itu dan berharap Ismail menjawab

"Ya."

*****

Patricia senang acara ta'aruf di batalkan, namun resikonya kini dia harus menghadap keluarga Ismail. Lebih tepatnya menghadapi masalah!

Iis wanita berusia empat puluh lima tahun itu tampak menatap tajam ke arahnya dan tak suka melihat kehadiran Patricia.

"Jadi namamu Patricia?"

"Iya tante."

Wanita itu tampak semakin sebal di bilang tante oleh Patricia.

"Maaf, Bu." Ralat Patricia membuat wanita itu mendengkus.

"Darimana kau mengenal putraku?"

Patricia pun menceritakan awal dia bertemu di resort hingga penculik yang dilakukan oleh Ismail.

"Tapi aku bahagia, Ismail membukakan jalan hidup untuk aku bertobat dan menjadi mualaf."

Iis tampak terenyuh mendengar cerita Patricia.

"Aku memang orang jahat, aku pernah berkubang dalam kenistaan dan aku beruntung Ismail sudah mengangkatku dari kubangan itu."

Iis terlihat bangga anaknya mampu membawa gadis itu kembali ke jalan yang benar, apa lagi bisa membuatnya menjadi mualaf. Namun ada yang Iis takutkan, bagaimana jika Patrica tidak bisa mengurus anaknya? Apa lagi Patricia terbiasa dengan kehidupan mewah dan liar.

"Nak Patricia, bukannya ibu tak setuju tapi Ismail sudah kami jodohkan dan kami tidak mungkin membatalkannya." Wajah Patricia memucat.

"Jika nak Patricia mencintai Ismail, biarkan mereka menikah. Kamu tak mungkin kan membiarkan Ismail terluka dan keluarga kami mendapat malu?" Penolakan halus Iis terasa begitu menyesakkan hati Patricia, bagaimana ini?

"Kecuali Ismail juga mencintai kamu, kami takkan melarang. Tapi... Bukannya Ismail tidak memiliki hati, kami mendidik putra kami dengan kuat hingga kami yakin, Ismail bisa mencintai Maryam karena Allah, bukan nafsu." Ucapan Iis seolah-olah menyindir dan menampar dirinya yang jalang.

Ya, meski mereka pernah berciuman dan hampir bercinta, Ismail memang bersikap biasa kepadanya, tak ada ekspresi memuja dan lebih banyak menunduk jika mengobrol dengannya. Intinya, Ismail tidak mencintainya.

Patricia tersenyum kecut, gagal lagi usahanya! Apa Patricia harus nekad? Apa dia harus menjebak Ismail agar menikahinya? Tapi Ismail pasti membencinya dan Patricia ingin berhenti berbuat jahat.

"Ikhlaskan Ismail, cobalah mencintai seorang lelaki itu karena Allah bukan nafsu. "

"Aku benar-benar mencintai Ismail bu, dia laki laki pertama yang aku cintai dengan sungguh-sungguh dan dia lelaki pertama yang bisa membawaku dalam...."

"Lepaskan Ismail, balaslah kebaikannya dengan melepaskan Ismail, biarkan lelaki yang kamu cintai bahagia. insya Allah kamu pun akan mendapatkan kebahagiaan."

Patricia tak mampu berkata-kata lagi, hatinya benar-benar terluka dengan penolakan ibunya Ismail.

"Assalamualaikum!" Pamit Patricia, dia berjalan menuju keluar rumah itu, namun dia terkejut, ternyata Guntur pun sedang mengintrogasi pujaan hatinya.

"Apa kau mencintai Patricia?" Pertanyaan lelaki berusia paruh baya itu menggema di ruang tamu.

Ismail tampak bingung, dia menunduk mencoba memilah perasaanya. Dengan penuh harap patricia berdoa semoga Ismail berkata

"Ya."

Ismail tampak menghela napas dan mulai menguatkan hati, dis menatap lurus ke arah Guntur.

"Kita tetap melanjutkan ta'aruf ini, Insya Allah sesuai atas ijin Allah."

Tubuh Patricia terasa lemah, Ismail memang tidak mencintainya. Dia lebih memilih cinta Allah dan apa yang bisa Patricia harapkan lagi di desa ini?

"Patricia?"

Ismail tampak terkejut melihat Patricia mematung sambil menatapnya dam dia yakin jika perempuan itu sudah mendengarnya.

"Aku pamit." Patricia tak mampu merangkai kata apapun, dia hanya ingin pergi dari tempat yang menyakitkan itu.

"Patricia..."

"Selamat tinggal Ismail. Assalamualaikum..." Patricia tidak mengindahkan panggilan Ismail namun Ismail mengejarnya, menarik lengan gadis itu dan memeluknya dengan erat.

Tangis Patricia pun pecah, dia tak sanggup untuk kehilangan pria yang di cintainya itu. Tapi sepertinya Allah tidak menghendaki mereka untuk bersatu.

Tbc

MualafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang