Part 35

1.2K 238 4
                                    

5 part lagi ya.....

Happy reading.....


Ismail menatap khawatir istrinya, beberapa hari belakangan ini Patricia selalu mengalami demam. Hari ini dia berinisiatif untuk membawanya ke rumah sakit di kota. Dia tidak mau terjadi apa apa dengan anak dan istrinya.

Disinilah istrinya sekarang berada, di rumah sakit sambil menunggu antrian. Patricia menggenggam tangannya dengan erat sambil berdzikir. Sesekali Ismail menatap istrinya dan tersenyum lembut untuk memberinya dorongan semangat.

"Apa anak kita akan baik baik saja?" Patricia tampak khawatir.

"Insha Allah sayangku."

Patricia menunduk, dirinya mulai merasakan kembali tubuhnya menggigil dan rasa tidak enak di perut, namun namanya di panggil oleh suster dan Patricia pun mengabaikan ketidak beresan pada tubuhnya itu.

Dokter segera memeriksa keadaan Patricia, nafasnya terdengar terasa berat dan beberapa kali sang dokter juga menghembuskan nafas kegusaran.

"Jadi bagaimana?" Tanya Ismail khawatir.

"Sepertinya istri anda harus dirawat disini untuk sementara waktu sambil kami melakukan serangkaian tes sampai hasilnya keluar." 

Wajah Patricia memucat, dia mulai khawatir dengan kandungannya. Ismail yang melihat gelagat istrinya langsung merangkulnya dengan lembut.

"Tak usah khawatir, sebagian ibu hamil pernah mengalami ini."

Dokter itu berusaha memberikan ketenangan bagi pasiennya agar tidak stres, Patricia pun turun dari tempat pemeriksaan lalu berjalan menuju kursi, namun dia merasakan tak nyaman di bawah sana, terasa lembab dan semakin membasah.

"Tapi bayi kami sehat, kan dok?"

"Anda jangan khawatir, putri anda bayi yang sehat."

"Alhamdulillah!" Ismail merasa bahagia namun berbeda dengan Patricia yang tampak sangat gelisah. Dia memiliki firasat buruk, ada yang tak beres dengan kandungannya.

Patricia mulai merasakan sesuatu mengalir di paha kemudian betisnya, perempuan itu mengangkat sedikit gamisnya dan terkejut melihat darah mengalir di kakinya.

"Dokter, darah...."

Dokter itu pun menatap ke arah Patricia dan segera memerintahkan suster untuk membaringkan Patricia di tempat tidur. Suster pun meminta Ismail untuk keluar ruangan agar dokter leluasa untuk menangani Patricia yang mengalami pendarahan.


****

Jason melajukan mobilnya menuju pesantren setelah mendapat kabar dari Ismail kalau putrinya mengalami pendarahan. Jason berharap dia dan Dewi bisa sampai ke rumah sakit tepat waktu, sesampai di pesantren Jason pun meminta ijin kepada pihak pengurus di sana untuk meminta ijin membawa Dewi, ibu kandung dari putrinya yang sedang kritis.

Dewi tampak kalut dan sedih mendengar kabar yang sedang menimpa anaknya.

"Patricia baik-baik saja, kan?"

Namun Dewi tidak mendapatkan jawaban dari mantan suaminya. Lelaki itu hanya menunduk dengan kedua matanya yang membasah. Dewi pun segera berjalan menuju mobil Jason dan mereka pun pergi menuju rumah sakit.

Jason memperhatikan mantan istrinya yang tengah berdoa disepanjang perjalanan, lantunan ayat suci dan dzikir terus keluar dari bibir cantik wanita itu. Jason merasa tenang dan dalam diam hatinya pun ikut merafalkan apa yang di ucapkan wanita di sampingnya itu.

Sesampai di rumah sakit, mereka langsung menuju ruang tindakan, dimana anak mereka tengah berjuang melawan maut.  Disana tampak Ismail sedang berdoa, melantunkan ayat suci Al Qur'an yang pernah Jason dengar di pesantren.

"AssalamualaikumIsmail!"

Pemuda itu menoleh lalu menutup Al Qur'an berukuran kecil dan menyalami Jason dan Dewi.

"Wa'alaikum salam."

"Gimana Patricia?"

"Dokter tengah menanganinya, Patricia tiba-tiba mengalami komplikasi dan pendarahan."

"Bayinya?"

"Sedang ditangani dokter juga karena proses kelahiran bayi kami diusahakan secara normal. Bayi itu akan terlahir prematur." 

Dewi hanya bisa menghela nafas pasrah. Wanita itu pun duduk di kursi tunggu lalu membuka Al Qur'an diikuti oleh Ismail dan mereka pun melantunkan surat Yasin bersama-sama.

Jason memperhatikan mantan istri dan menantunya, ada rasa damai menyelimuti hatinya mendengar suara mereka. Meski pelan namun terdengar menyejukan di hati Jason. Jason pun ikut duduk dan mendengarkan mereka.

Tak lama dokter datang dan meminta Ismail untuk menemuinya di ruang dokter. Ismail tampak tegang karena melihat raut gusar wajah sang dokter.

"Bagaimana Dok?"

"Pendarahannya tidak juga berhenti, kami harus mengangkat rahim Istri anda untuk menyelamatkan nyawa istri dan untuk putri anda, kami sudah memasukannya kedalam inkubator."

Ismail hanya bisa menarik nafas, di sisi lain dia lega anaknya selamat tapi di sisi lain istrinya harus kehilangan rahimnya.

"Bagaimana pak Ismail?"

"Lakukan yang terbaik dokter...."

Dokter pun  mengangguk.

"Nanti suster akan mempersiapkan berkas yang harus anda tanda tangani." Ucap dokter.

"Terima kasih dok!"

Dokter itu hanya mengangguk lalu pergi meninggalkan Ismail

"Astaghfirullah..." Ismail hanya bisa menunduk sambil meneteskan air mata.

Operasi berjalan lambat, Patricia kritis. Pendarahan hebat yang tak terduga masih terus ditangani oleh para dokter di dalam ruangan sana.

Jason tampak terpukul, apa lagi setelah tahu rahim Patricia telah di angkat. Anak satu-satunya tidak akan bisa memiliki keturunan lagi dan semua karena kesalahannya. Kesalahannya yang membiarkan Patricia mengalami nasib yang buruk.

Andai dia lebih memperhatikan anaknya, andai dia tidak memupuk dendam hingga harus kehilangan Dewi dan kini..... Anaknya?

Bagaimana kalau Patricia meninggal? Anak yang sudah dia abaikan pergi meninggalkan dirinya yang belum sempat untuk menebus dosa atau minimal membahagiakan putri semata wayangnya.

Air mata Jason menetes,

"Ya Allah...."

Dia pun menatap ke arah mushola dimana Dewi tengah berdoa, melantunkan ayat suci Al Quran sambil bercucuran air mata



Tbc

MualafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang