Part 36

1.9K 266 19
                                    

Happy Reading.....


Dewi menunduk pedih, anaknya  masih muda dan seharusnya bisa melahirkan banyak anak  kini harus puas dengan memiliki satu anak saja. Rahimnya di angkat, dan itu merupakan mimpi buruk bagi semua wanita. Bagaimana tidak, rahim adalah wujud simbol wanita sempurna, wanita seutuhnya.

Dewi terus melafalkan doa, meminta ampun bagi dirinya dan juga putrinya, ini semua salahnya dan putrinya yang harus  menjadi korban. Takdir menghukum dirinya dengan sangat berat.

"Astaghfirullah.... Astaghfirullah!" Gumamnya penuh dengan tekanan, menahan jeritan rasa sakit di dadanya.

Bagaimana jika Patricia tidak bisa menerima kenyataan?

Bagaimana jika  Patricia menyalahkannya dan semakin membenci dirinya lalu kembali tersesat di dunia hitam?

Bagaimana jika akhirnya Ismail tidak bisa lagi mengontrol istrinya untuk tetap di jalan Allah.

"Hamba percaya pada-Mu Ya Allah, semua atas kehendak-Mu. Hamba pasrah..." Bisik Dewi sambil mengusap wajahnya secara perlahan dengan kedua tangannya.

"Aku bersalah pada kalian berdua."

Dewi langsung melihat ke arah Jason yang sudah berada di belakangnya, duduk bersimpuh dengan kedua pipi yang basah.

"Kau menangis?"

Jason langsung bersimpuh di pangkuan Dewi. Ingin perempuan itu menepis Jason karena mereka bukan lagi suami istri, mereka bukan mahram. Namun Dewi tak tega melihat Jason yang berurai air mata menyesali perbuatannya.

Jason menceritakan semua alasan kenapa dulu dia begitu membenci Dewi dan perempuan itu hanya bisa menahan sakit dan perih.

Dendam...

Kenapa kakaknya tega memutarbalikan fakta dan membencinya seperti itu?

Tapi semua sudah berlalu, kakaknya sudah lama meninggal dan kepahitan dalam rumah tangganya pun sudah dia lalui meski berakhir dengan Kegagalan.

Kegagalan berumah tangga, kegagalan menjadi istri yang baik dan Solehah dan kegagalan mendidik putrinya.

Lantas apa lagi yang harus dilakukan sekarang?

Menyesal?

Untuk apa?

Semua sudah terjadi dan tak akan kembali utuh meski terus di sesali dan di tangisi.

"Maafkan aku sayang, maafkan aku... Demi Tuhan aku sangat menyesal." Isak Jason pilu.

Dewi terdiam sejenak lalu mengusap rambut lebat mantan suaminya yang mulai memutih.

"Kau mau mendapatkan maafku?"

Hening seketika, yang terdengar hanya isakan Jason yang mulai sedikit mereda. Lelaki itu mengangkat kepalanya dan menatap Dewi dengan penuh luka dan kesedihan.  Jason mengangguk pelan dan pasrah. Dewi tersenyum lalu mengusap wajah tampan Jason dengan lembut.

"Bertobatlah, meminta maaf pada Tuhan."

Seketika tubuh Jason menegang, ada suatu panggilan dan tekad yang membara di dalam jiwanya. Dia mengangguk mantap lalu tersenyum lembut. Dia mengucapkan sumpah di dalam hati yang akan mengubah seluruh hidupnya.

*****

Patricia sudah melewati masa kritisnya, beruntung rumah sakit memiliki cadangan darah yang cukup untuk transfusi darah perempuan itu sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama untuk melewati proses operasi pengangkatan rahim.

Patricia tampak pucat, Ismail hanya bisa menatap lirih ke arah istrinya. Dia bersyukur akhirnya masa kritis telah lewat dan  memasuki masa pemulihan. Dokter sudah menjelaskan bahwa semuanya berjalan dengan lancar dan mungkin beberapa hari lagi istrinya bisa pulang dengan catatan melakukan bed rest selama dua minggu.

Ismail menatap Dewi yang tertidur di mushola karena kelelahan menangis, ya Ismail melihat wanita paruh baya itu terus menangis sejak datang ke rumah sakit ini. Entah hal apa yang membuat Dewi maupun Jason begitu tampak hancur dan terluka.

Mereka tenggelam dalam kesedihan yang benar-benar mendalam. Ismail hanya berharap jika mereka bisa terus kuat agar bisa membuat Patricia kembali bersemangat menjalani hidupnya. Ismail berjalan menuju ruang inkubator, dimana putrinya tertidur pulas di sana.

Anak semata wayangnya dari Patricia, ada rasa sakit mengoyak hatinya. Mimpinya untuk memiliki banyak anak dari wanita yang dia cintai kandas.

Ismail menyeka air matanya, anak adalah rejeki dari Allah dan Ismail ikhlas, dia bersumpah akan menjaga anak dan istrinya dengan sekuat tenaga dan membuat mereka bahagia.

"Nak..."

Ismail melihat ke arah Jason yang mendekatinya lalu duduk di samping pemuda itu.

"Papi..."

"Setelah ini, Papi boleh meminta tolong kepadamu?"

Ismail mengernyitkan dahinya.

"Sesuatu...."

"Apa itu? Insha Allah saya akan bantu sebisa saya."

Jason terseyum lalu menatap wajah menantunya.

"Saya ingin menjadi mualaf!" Ucap Jason mantap.


Tbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 16, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MualafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang