Malam ini terasa agak berbeda dari malam-malam sebelumnya di kediaman keluarga Kim, setelah makan malam berakhir dengan lancar, walau Taehyung kerap kali menggoda Jisoo saat di meja makan tadi. Well, makan malam tetap masih termasuk kategori 'lancar' sebab Taehyung yang menggoda Jisoo bukanlah hal baru lagi di sini.
Si bungsu yang menjadi kesayangan tiap kakaknya itu tengah duduk termenung sendirian, menatap langit malam di teras rumahnya. Helaan nafas terdengar mengisi kesunyian, entah kenapa ada perasaan aneh yang mengalir dalam dada, perasaan sedih bercampur senang.
Senang karena sebentar lagi ia akan menikah dengan Yoongi, hari pernikahan mereka sudah ditentukan dan itu tak lama lagi. Ia mungkin belum menetapkan betul dan masih ragu dengan hatinya sendiri, tapi tak bisa dipungkiri kalau Jisoo merasa nyaman berada di sekitar Yoongi.
Menikah berarti tinggal bersama suami dan pergi meninggalkan keluarga. Jisoo belum sanggup, ia masih membutuhkan ketiga kakaknya, ia sudah terbiasa akan kehadiran mereka. Terbiasa dengan senyum hangat milik Seokjin, nasihat serta aturan ketat milik Namjoon dan bahkan semua kejahilan Taehyung padanya. Ia sudah terbiasa.
Selepas kedua orangtuanya pergi, hanya ketiga kakaknyalah yang selalu ada di sisi Jisoo. Menyayangi dan melindunginya. Ia sudah terbiasa berada di sekitar ketiga lelaki tersebut.
"Ji," Panggilan tersebut berasal dari Taehyung, lelaki itu berjalan menghampiri saat melihat adiknya duduk melamun seorang diri, tersenyum lalu mendudukkan bokongnya di samping Jisoo. "Kau sedang apa?"
"Tidak ada, hanya mencari udara segar."
Hening terjadi cukup lama diantara mereka sebelum si lelaki kembali bersuara, "Sebentar lagi kau akan menikah. Kau akan tinggal bersama Yoongi-hyung, jangan merepotkannya untuk menemanimu ke kamar mandi malam-malam." Wajarnya Jisoo marah, minimal mendengus tapi ia malah menyunggikan senyum tipis atas kalimat bernada jahil dari kakaknya.
"Belajarlah untuk mengurus dirimu sendiri, makan yang teratur, kau sering melewatkan makan karena terlalu sibuk belajar. Jangan lupa, belajar bangun pagi seorang diri. Aku tidak akan ada di sana untuk membangunkanmu lagi." Jisoo bisa merasakan air turun melewati pipi, ucapan Taehyung terdengar bagai salam perpisahan.
Jauh dalam lubuk hatinya ada sedikit perasaan tak rela, tapi Taehyung mencoba menepis dan mengatakan pada diri sendiri untuk menyetujui pernikahan Jisoo dan Yoongi demi kebahagian adiknya itu. Ia mempunyai keyakinan bahwa Yoongi mampu menjaga adiknya.
"Aku akan merindukanmu, Ji." Cukup sudah, tangis Jisoo pecah. Tanpa basa basi lagi tangan mungilnya meraih tubuh Taehyung, mendorong dirinya untuk mendekat pada tubuh sang kakak dan berakhir terisak dalam pelukan.
"Eii, sudah mau menikah kau masih saja cengeng." Taehyung terkekeh, mengusap sayang punggung Jisoo, mulutnya bekerja untuk membuat kalimat menyebalkan yang berujung pukulan pelan di punggung miliknya. "Aku tidak sabar menunggu hari di mana kau pergi dari rumah. Punggungku ini sakit selalu saja kau pukuli."
"Kau menyebalkan, sih."
"Kau saja yang cenggeng. Dasar bocah!"
"Iihh, oppa!"
Taehyung terkekeh gemas, sedang dalam posisi berpelukan tapi mereka masih saja dapat bertengkar.
"Hyung, menurutmu ini sudah keputusan yang tepat membiarkan Jisoo menikah?" Pertanyaan itu akhirnu keluar juga setelah lama terpendam di dalam kepala, entah kenapa di saat seperti ini Namjoon malah ragu dengan keputusannya sendiri, padahal biasanya ia selalu yakin dengan apa yang ia lakukan.
Seokjin tersenyum kecil, menatap dari jendela kedua adiknya yang saling berpelukan, "Bukankah saat itu kau yang membujukku untuk merestui Yoongi? Kenapa tiba-tiba tidak yakin dengan keputusanmu?"
"Entahlah, hyung."
"Kau masih belum rela melepaskan Jisoo bukan?" Namjoon terdiam, tetapi dalam hati ia mengiyakan. "Tenanglah, Joon. Lagipula cepat atau lambat kita semua juga akan berpisah. Menemukan pasangan hidup masing-masing dan fokus membangun rumah tangga sendiri. Setidaknya aku lega Jisoo yang meninggalkan kita dulu dan bukanlah sebaliknya."
Walaupun Namjoon terlihat paling pendiam diantara dua saudara laki-laki lainnya dan mengambil peran layaknya seorang ayah yang tegas dan penuh aturan bagi Taehyung dan Jisoo. Namjoon tetaplah seorang adik dan Seokjin adalah sang kakak. Hanya pada sang kakaklah, pemuda itu dapat menunjukkan sisi lain yang tidak mampu ia tunjukan pada siapapun.
"Aku hanya takut keputusanku salah, hyung. Aku bukannya tidak percaya pada Yoongi-hyung, hanya saja, aku-"
"Aku tahu." Seokjin memotong, tersenyum bijak pada pemuda di sampingnya, lalu memberikan tepukan di bahu. "Aku juga merasakan hal yang sama, tapi seperti yang kau katakan padaku sebelumnya, berikan Yoongi kesempatan untuk menunjukkan sayangnya pada Jisoo."
Namjoon menghembuskan nafas, membalas senyum Seokjin lalu matanya kembali menilik keadaan luar di mana kedua adiknya kini saling kejar-kejaran.
"Mereka orang yang sama dengan yang tadi berpelukan'kan." Seokjin menunjuk keadaan kedua adiknya, mengeleng pelan tapi tak lama tertawa bersama Namjoon, "Sebenarnya yang kukhawatirkan Taehyung." Lanjutnya setelah tawa itu reda.
"Ia menghabiskan waktu lebih lama bersama dengan Jisoo dibandingkan kita. Walau ia tidak menunjukkan, aku tahu, Taehyung pasti merasa kehilangan nantinya."
Tawa itu mengema di teras kontras sekali dengan rengekan yang keluar dari mulut lainnya. Taehyung masih tertawa saat kedua tungkainya mendekat, mengacak-acak surai panjang itu hingga menimbulkan suara rengekan lainnya yang memicu tawa miliknya semakin besar.
"Oppa menyebalkan!"
Ya, Taehyung memang tidak terang-terangan menunjukkan, tapi jauh dalam lubuk hatinya ia merasa kehilangan bahkan semenjak pertama kali mendengar bahwa ada pemuda yang hendak melamar si adik.
Jarak umur diantara kedua kakak beradik itu tidak terlalu jauh, berbanding terbalik dengan kedua kakak mereka. Makanya, mereka tumbuh besar bersama, bermain bersama dan melakukan kegiatan lainnya bersama. Apalagi setelah Seokjin dan Namjoon bekerja, waktu dirinya untuk bertemu kedua kakaknya itu lebih sedikit dibanding dengan bertemu Jisoo.
Kendati demikian, Taehyung tahu kalau ini adalah sebuah kabar mengembirakan dan tidak seharusnya ia merasa bersedih, ia harusnya ikut merasa senang saat tahu ada sosok lain yang mencintai dan akan melindungi adiknya. Lagipula lelaki itu tahu kalau biar bagaimanapun ikatan saudara tidak akan hilang, mereka masih dapat bertemu dan menghabiskan waktu bersama.
===Tbc===
Kindly leave vote and comment 💜
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Wife[✔]
Short Story❛❛Aku tahu kau pasti merasa ragu, tapi biarkan aku membuktikan kalau aku memang menyayangimu. Menikah denganku ya.❜❜ ©Dera Start: 29 July 2019 End: 11 Sept 2020 Impressive ranking: #1 btsworld 26/5/2020 #1 kimfamily 27/10/2020 #1 kimtaehyung 02/11/2...