Yoongi memacu mobilnya dengan kecepatan di luar batas, untuk kali ini lelaki itu seolah lupa di mana ia berpijak sekarang. Ia masih berada di bumi dan bernyawa tapi mengendarai mobil tanpa takut mati seolah memiliki sembilan nyawa. Lelaki tersebut mengabaikan bunyi klakson yang memekakkan telinga, dan tetap fokus mengendarai mobil menuju salah satu rumah sakit swasta.
"Jisoo pingsan, bisakah kau ke rumah sakit?"
Itulah ucapan Namjoon yang tergiang tanpa henti di kepalanya. Yoongi padahal sedang menyiapkan mental dan mengendarai mobilnya menuju rumah kediaman Kim saat ia memutar haluan dengan segera menuju rumah sakit tempat Namjoon praktek.
Di lain sisi, ketiga lelaki dengan raut panik sedang berkumpul di depan ruang rawat inap. Saling terdiam dengan beragam ekspresi usai salah satu dari mereka menutup sambungan teleponnya,
"Yoongi-hyung sedang dalam perjalanan ke sini."
Seokjin menghela nafas, ia masih mengingat bagaimana panik merangsek dalam dirinya kala Taehyung mengatakan Jisoo terjatuh dan pingsan. Otaknya seolah mendadak tidak berfungsi, ia bahkan bersyukur masih bisa mengendari mobil dengan selamat sampai tujuan di rumah sakit tanpa adanya kadar ketampanan di wajahnya yang kurang.
"Sebenarnya bagaimana ceritanya sampai Jisoo terjatuh, Tae?" Oknum yang disebut namanya menolehkan kepala pada si sulung, mulutnya lantas terbuka untuk bercerita.
"Aku sudah merasa Jisoo sakit sejak kemarin, tapi anak itu tidak mendengarkan ucapanku saat aku menyuruhnya untuk beristirahat dan minum obat. Lalu tadi saat aku baru selesai mandi dan hendak menemuinya aku melihatnya tergeletak di tepi tempat tidur."
"Kenapa kau tidak bilang kalau Jisoo sakit?" Namjoon menyentuh pundak Seokjin saat merasa nada yang keluar dari mulut lelaki tersebut naik. Seokjin berdeham menyadari kekeliruannya, "Maaf."
"Tidak, maafkan aku hyung. Jisoo memintaku untuk diam, aku juga berfikir mungkin aku dapat merawatnya, kalian'kan sudah lelah dengan pekerjaan. Tapi nyatanya aku salah, aku telat bangun padahal ingin mencegahnya untuk tidak sekolah lalu sekarang ia pingsan."
"Tidak apa." Seokjin menepuk pundak Taehyung dua kali.
"Kau tidak salah, Tae, yang bersalah itu aku. Bagaimana bisa aku tidak menyadari adikku sendiri sakit padahal profesiku menyembuhkan orang sakit."
Namjoon masih bisa merasakan bagaimana berdebar jantungnya karna ketakutan saat salah seorang temannya mengatakan bahwa kedua adiknya terlihat di unit gawat darurat, ia hampir -Oh, atau mungkin sudah menghina Wonpil memiliki gangguan mata karna seenaknya bicara begitu. Tapi saat kakinya menginjak di unit gawat darurat ia nyatanya benar melihat kedua adiknya itu, Taehyung berdiri di samping Jisoo yang terbaring di kasur rumah sakit.
Tangan Seokjin yang bebas terulur menjangkau pundak Namjoon, melakukan tindakan yang sama seperti yang ia lakukan pada Taehyung. "Sudahlah, jangan jadi menyalahkan diri begini. Tidak ada yang salah di sini, tidak ada satupun dari kita yang ingin Jisoo sakit'kan?"
"Tapi hyung, mengundang Yoongi-hyung ke sini- Maksudku, harus ya kita memberitahunya perihal Jisoo yang sakit?" Taehyung menjilat bibir bagian bawahnya, mengambil jeda sebentar sebelum melanjutkan, "Aku masih merasa amat kesal bila mengingat kejadian tempo hari."
"Biar bagaimanapun Yoongi-hyung masih suami Jisoo, Tae." Namjoon menjawab, itu alasan yang bersarang di kepalanya kala ia hendak menghubungi Yoongi untuk memberitahu keadaan adiknya.
"Masih kalau ia belum menandatangani suratnya," Suara Seokjin membuat keduanya menolehkan kepala cepat, memasang wajah bingung akibat perkataan milik kakak tertua mereka. "Aku datang ke rumah Bibi Min dan memintanya untuk menyerahkan dokumen perceraian pada Yoongi."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Wife[✔]
Short Story❛❛Aku tahu kau pasti merasa ragu, tapi biarkan aku membuktikan kalau aku memang menyayangimu. Menikah denganku ya.❜❜ ©Dera Start: 29 July 2019 End: 11 Sept 2020 Impressive ranking: #1 btsworld 26/5/2020 #1 kimfamily 27/10/2020 #1 kimtaehyung 02/11/2...