Hari Pertama

5.3K 546 13
                                    

Pagi itu sinar matahari memaksa masuk melalui celah jendela, membuat salah satu dari dua manusia yang tengah tertidur di atas kasur membuka mata dengan terpaksa. Mendengus saat melirik jam di samping nakasnya, ia belum puas untuk tidur tapi ia lantas segera tersadar akan sesuatu.

Senyum milik Yoongi terbit saat dirinya menoleh dan mendapati ada sosok lain yang tidur satu kasur dengannya. Ingatannya melayang pada kejadian sehari lalu, perempuan di hadapannya kini telah sah menjadi istrinya di mata Tuhan dan hukum.

Yoongi membuat janji untuk tidak menyentuh Jisoo sampai gadis itu lulus, yah, walau tidak tahu lelaki itu dapat benar-benar menahan nafsunya atau tidak. Karena biar bagaimanapun Yoongi adalah lelaki normal, ditambah sosok di sampingnya adalah istri sahnya, tapi mari berharap saja kalau Yoongi benar-benar menepati ucapannya.

Tangan pemuda itu terulur menyentuh pipi Jisoo dan mengusapnya perlahan, suatu usaha yang berhasil membuat gadis itu terusik.

"Enggh... Tae-oppa, jangan ganggu aku." Yoongi terkikik tertahan saat suara itu mengalun, sepertinya gadis ini lupa kalau kemarin ia sudah mengikat janji suci di altar.

"Kau lupa ya kalau sudah menikah?" Jisoo mengerutkan kening, memaksa indra pengheliatannya untuk terbuka, mata kecil itu membulat saat menyadari wajah Yoongi berada tepat di depannya.

"Astaga!" Teriakan itu mengema bersamaan dengan tangan milik Jisoo yang mendorong dada Yoongi refleks. Tidak terlalu kuat sebenarnya tapi karena Yoongi tidak menyangka akan jadi begini situasinya, lelaki itu tidak cukup persiapan dan terjatuh dari tempat tidur.

Yoongi meringis dan Jisoo terduduk kaget, menatap suaminya dengan rasa bersalah. "Oppa, maaf. Aku kaget tadi."

Inginnya marah, karena maunya pagi-pagi mendapat morning kiss dari Jisoo, tapi ia malah mendapat dari lantai. Lelaki itu bangkit menuju sisi kasur dengan tangan mengelus bokongnya, "Iya, tak apa."

"Sakit sekali ya?" Kepalanya mengeleng tapi mulutnya beberapa kali mengeluarkan kalimat ringisan, sangat bertolak belakang.

"Kau lebih baik bersiap. Hari ini sekolah'kan?"

"Iya. Tapi, kau serius tidak apa-apa?"

"Aku baik-baik saja, Ji. Sudah sana. Nanti terlambat." Yoongi mengulas senyum tipis membuat Jisoo akhirnya bangkit dari kasur menuju kamar mandi. Setelah punggung Jisoo menghilang terbenam di balik pintu kamar mandi, Yoongi membaringkan tubuhnya dengan posisi wajah di membenam bantal, memendam teriakan akibat bokongnya yang terasa sakit.

   
⊱─━━━━✧━━━━─⊰

Hal pertama yang menyambut Jisoo saat membuka pintu kamar adalah harum masakan, gadis itu sudah selesai bersiap dengan seragam, membawa tas ransel keluar dan duduk di meja makan, menatap punggung milik Yoongi- si lelaki masih sibuk memasak.

"Sudah selesai?" Suara Yoongi mengudara bersamaan dengan dirinya yang datang ke meja makan dengan membawa dua piring berisi sarapan, "Makan ini untuk sarapan."

Yoongi lalu mendudukan dirinya bersebrangan dengan Jisoo, tak ada percakapan yang berarti karena kedua mulut mereka tengah sibuk mengunyah makanan. Makanan buatan Yoongi tidak terlalu buruk, walau harus Jisoo akui buatan Seokjin masih lebih baik.

"Aku bersiap dulu. Kau berangkat bersamaku nanti." Setelah ucapan itu terdengar, Yoongi bangkit dari duduk dan berjalan menuju kamar meninggalkan istrinya yang masih sibuk dengan peralatan makan.

Jisoo menengak air di gelasnya, tiba-tiba perasaan aneh melingkupi dada. Biasanya ia sarapan bersama ketiga kakaknya, dan biasanya Taehyung suka menganggunya, misalnya dengan mengambil jatah makanan miliknya dan berakhir dengan Namjoon yang memberi nasihat seperti kakek-kakek. Jisoo tersenyum tipis. Kepalanya masih mengulang kejadian yang biasanya terjadi di kediaman keluarga Kim, di mana Seokjin terkadang turut menimpali dengan balas memarahi Namjoon dan mengingatkannya untuk tidak terlalu galak pada Jisoo dan Taehyung. Ah, baru sehari tapi Jisoo sudah merindukan suasana itu.

Tidak ingin berlarut dalam kesedihan, Jisoo bangkit dan membawa dua piring kotor bekas dirinya dan sang suami untuk di cuci sebagai balasan karena Yoongi telah memasak. Setelahnya berjalan menuju ruang tamu untuk menunggu Yoongi selesai bersiap, memasang sepatunya dan duduk manis sembari bermain ponsel.

"Ji," Yoongi datang dengan setelan kantornya, sebuah jas dan kemeja hitam yang agak kontras dengan warna kulit pemuda itu, "Sudah siap?" Ia bertanya tanpa menatap wajah lawan bicara sebab terlalu sibuk membuat simpul dengan dasinya.

"Iya." Jisoo mengangguk kendati Yoongi tidak dapat melihatnya. Ia membawa tungkainya untuk mendekat, "Oppa butuh bantuan?"

"Ah, ini. Kau bisa memasang dasi?" Jisoo terkekeh pelan, tangannya terulur untuk membuat ikatan dasi milik Yoongi,

"Kau tidak bisa pasang dasi sendiri? Lalu selama ini siapa yang memasangnya?"

"Aku bisa hanya saja membutuhkan waktu cukup lama." Pemuda itu menatap dalam diam wajah Jisoo yang berjarak tak lebih dari satu jengkal tangannya, ia bahkan dapat mencium aroma shampoo yang gadis itu kenakan. Jadi, begini ya rasanya kalau sudah mempunyai seorang istri?

"Sudah." Jisoo tersenyum melihat hasil karyanya, merasa puas hanya karna dapat memasang dasi dengan baik. Setidaknya ia punya satu kelebihan.

Jarak tempat tinggal Yoongi dengan sekolah Jisoo memang sedikit lebih jauh bila dibandingkan dengan kediaman keluarga Kim. Bila biasanya Jisoo hanya perlu menempuh waktu 15 menit dengan berkendara bersama kakaknya, kini ia memerlukan waktu dua kali lipat.

"Kau pulang jam berapa nanti? Mau kujemput?"

"Tidak perlu. Aku bisa pulang naik bus kok."

"Memangnya sudah hafal jalan pulang?"

Jisoo tertegun, Yoongi benar. Ia belum hafal sama sekali jalan menuju rumah barunya, ia bahkan tidak tahu rute bus mana yang harus ia ambil.

"Aku jemput saja nanti. Telpon aku kalau kau sudah pulang ya." Yoongi mengambil keputusan.

"Tapi, oppa, kalau kau belum selesai bekerja bagaimana?"

"Aku bisa menundanya untuk menjemputmu." Gadis itu dapat merasakan perasaan berdesir hanya karena mendengar jawaban Yoongi. Apa-apaan ini? Padahal Yoongi sedang tidak mencoba untuk menggombal.

Yoongi menghentikan mobilnya tepat di depan sekolah Jisoo, terdapat beberapa siswa yang berlalu lalang masuk ke dalam gedung sekolah tapi kenapa Jisoo tidak kunjung turun? Ia menatap istrinya dengan bingung, pasalnya Jisoo nampak tengah menimbang sesuatu, tangannya bertautan dan ia melirik sekitar dengan waspada.

"Kenapa?" Yoongi jadi ikut-ikutan melirik sekitar padahal tidak tahu apa yang Jisoo cari.

"Ah, tidak." Jisoo tersenyum canggung, ia memutar tubuh menghadap kursi kemudi, melepaskan sabuk pengaman lalu mencondongkan tubuh ke arah Yoongi, memberikan sebuah kecupan singkat di pipi yang berdampak lama di dada.

"Se-semoga harimu menyenangkan." Buru-buru membuka pintu dan berlari tanpa menoleh kembali membuat Yoongi yang berada di balik kemudi gemas sendiri.

Memegang pipinya, tersenyum bagai orang bodoh dan tak lama mendesah, "Astaga, Min Yoongi. Inilah efek tidak berinteraksi dengan perempuan lagi. Dicium di pipi saja sudah gembira minta ampun."

===TBC===

Vote and comment 💜

My Little Wife[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang