Pertanyaan Lain

3K 445 32
                                    

Sorakan bahagia para murid terdengar diikuti dengan tepukan di meja oleh guru Kim, lelaki bertubuh gempal itu memijit keningnya, merasa lelah menghadapi anak-anak muridnya ini. "Ayo, tenang. Jangan berisik begitu." Ucapan itu terdengar seperti angin lalu, tidak ada satupun yang mendengarkannya, mereka tergesa-gesa memasukkan barang-barang ke dalam ransel. Kapan lagi coba dipulangkan cepat begini?

Kebahagian para murid tersebut kontras terbalik dengan para kakak kelasnya di kelas 12, para murid tersebut hanya bisa memandang miris dari balik kaca jendela karna kelas mereka bersebrangan langsung dengan kelas 11, membuat sedikit banyaknya dapat melihat apa yang tengah terjadi di sana.

"Menyebalkan, kenapa bukan kita yang dipulangkan?" Donghyuck mendengus, merasa iri kepada adik kelasnya itu karna bisa pulang lebih cepat sedangkan dirinya harus berkutat dengan soal-soal ujian.

Jeno yang duduk beberapa meja di belakang hanya bisa mengelengkan kepala, mencoba abai dan mengerjakan soal yang tadi diberikan oleh guru mereka sebelum ijin keluar.

"Karna kita sudah kelas 12, bodoh. Tidak dipulangkan cepat saja otakmu sudah bebal, bagaimana kalau pulang cepat?" Sahutan dari Beomgyu memuat Donghyuck memicing sebal,

"Tolong ya, mengaca dulu sebelum berbicara wahai otak udang."

"Siapa yang kau panggil otak udang, dasar bebal!" Mirae yang duduk di samping Beomgyu, mengeleng pusing. Kenapa dua anak ini selalu saja ribut sih? Padahal sudah terpisah jarak satu meja tapi sepertinya tidak menghalangi mereka untuk tetap bertengkar ya.

"Kau yang memulainya sih, dasar mulut ember." Beberapa penghuni kelas nampaknya sudah terbiasa dengan pemandangan ini, buktinya mereka tidak ada yang protes, seolah itu sudah hal yang lumrah terjadi di kelas 12-2.

Bahkan beberapa dari mereka justru menganggap pertengkaran Beomgyu dan Donghyuck sebagai tontonan, misalnya seperti yang dilakukan oleh Haeum kini.

Gadis cantik tersebut justru melepaskan atensi dari kertas ujiannya lalu berbisik pada Jisoo di sampingnya, "Menurutmu berapa lama waktu yang diperlukan sampai keduanya berteriak?" Iya, kedua lelaki itu kadang suka tidak punya malu, berteriak sesuka hati dikelas kala sedang adu mulut.

Tidak mendapat respon seperti biasanya dari Jisoo, Haeum menoleh bingung, "Hei, kenapa melamun?" Ucapan tersebut rupanya memancing Mirae yang duduk di meja depan,

"Ji?"

Jisoo tersentak saat Mirae menyentuh tangannya pelan, lalu buru-buru menatap kedua temannya dengan bersalah, "Oh, maaf, aku hanya sedang mengantuk tadi. Kalian bicara apa?"

Belum sempat salah satu dari kedua gadis itu menjawab, Jisoo kembali melontarkan pertanyaan saat melihat situasi ribut di depannya, "Mereka kenapa?"

"Kau pasti sedang memikirkan sesuatu. Mereka dari tadi sudah adu mulut, biasa sedang melepas kangen karna kemarin tidak sempat bertengkar." Jisoo meringis, merasa ketahuan sudah melamun lalu mengalihkan atensi pada Jeno yang tiba-tiba bangkit dari duduknya.

"Beomgyu, Donghyuck. Tolong ya kalian jangan ribut lagi, yang lain sedang belajar." Jaemin yang berada di sampingnya menepuk pundak Jeno, seolah merasa bangga temannya itu sudah melakukan tugas ketua kelas dengan baik, walaupun sebenarnya ia merasa terhibur dengan pertengkaran Donghyuck dan Beomgyu.

"Rasakan itu, makanya jangan bertengkar mulu. Kalian seperti pasangan suami istri tahu." Haeum menyahut dengan berbisik lalu terkekeh saat mendapati raut masam dari keduanya.

Mau seribut apapun kedua remaja itu bertengkar -bahkan sampai teriak- tetap akan kicep saat mendengar suara Lee Jeno. Tidak salah memang, Haeum merekomendasikan lelaki bermata sipit itu sebagai ketua kelas.

My Little Wife[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang