D-Day

4.9K 513 12
                                    

Jisoo berulang kali mengatur nafasnya, menghirup lalu menghembuskan, suatu usaha yang dilakukan guna membuat dirinya relax, ia menautkan jemari tangannya. Demi Tuhan, Jisoo belum pernah merasa segugup ini sebelumnya. Gadis itu menatap dirinya di cermin untuk kesekian kalinya, memastikan bahwa penampilannya sudah sempurna di hari spesialnya ini.

Taehyung yang ikut menemani Jisoo di dalam ruang tunggu, mengelengkan kepala, lelaki itu berdiri di sisi lain ruangan sambil memandang adiknya yang sedari tadi bolak-balik dengan tangan bertautan. Wajahnya menampakkan kecemasan yang ketara sekali.

"Tenanglah, kau mau menikah bukan mau mati. Kenapa cemas sekali?" Kalau tidak ingat Taehyung akan muncul nanti di altar sebagai pembawa cincin, heels yang melekat di kaki Jisoo mungkin sudah ia lempar ke wajah pemuda itu. Sembarangan sekali kalau bicara.

Daripada emosinya makin menjadi ia memilih mengabaikan ucapan tersebut dan mendudukan diri di sofa yang tersedia di sana. Taehyung mengikuti. Ikut mendudukan diri di samping Jisoo dan meneliti wajah si gadis.

"Benar ya kata orang," Jisoo melirik bingung akibat kalimat tiba-tiba dari mulut Taehyung. Lelaki itu menyilangkan tangan di dada lalu memasang ekspresi meneliti, "Makeup dapat merubah itik buruk rupa menjadi angsa."

Butuh waktu seperkian sekon untuk dapat mengerti arti dari ucapan tersebut. Taehyung tengah mengoloknya.

"Lihatlah dirimu. Biasanya kucel tapi kini kau cantik bak seorang ratu."

"Tutup mulutmu sebelum aku sumpal dengan sepatu!" Hanya tawa yang terdengar dari mulut Taehyung sebagai balasan. Mengusap ujung matanya yang berair, rasanya tidak pernah berubah, selalu menyenangkan saat menggoda adiknya, tapi tiba-tiba suatu perasaan lain mengerogoti dadanya, 'Puaskan dirimu menggodanya karena sebentar lagi ia akan menikah.' Suara dalam kepala itu berhasil membuat Taehyung menghentikan tawanya.

"Aku bercanda, adikku cantik, selalu cantik kok." Senyum itu menenangkan, membuat Jisoo ikut tersenyum tanpa sadar. Tangan Taehyung terangkat, ingin berhenti di puncak kepala saat menyadari ada mahkota kecil tersemat di sana, lantas tangan tersebut memilih terhenti di pipi lalu mengusapnya pelan,

"Ji, kau tahukan aku selalu menyayangimu? Kau adalah adik kesayanganku." Suasana tiba-tiba berubah menjadi sendu, suara itu terdengar serius.

Taehyung tersenyum, menatap manik mata yang kini berkaca. Jisoo mengigit bibirnya pelan, berusaha untuk tidak menangis, memiliki menunduk lalu terkekeh kecil, "Karena hanya akulah adikmu."

Tawa lirih itu mengudara, "Aku juga menyayangi, oppa. Terima kasih sudah mau menemaniku selama ini, bermain bersamaku saat Namjoon-oppa dan Seokjin-oppa tidak ada dan sudah melindungiku." Tangan mungil itu lantas meraih tangan milik sang kakak yang tersemat di pipinya, mengenggamnya balik lalu tersenyum.

Andai saja pintu tidak terbuka -yang mana membuat kedua orang tersebut terkejut, mungkin sekarang Jisoo sudah menangis.

Dua lelaki lainnya masuk, memandang bingung saat melihat kedua orang di dalam ruangan tersebut saling mengenggam tangan, karena tak biasanya mereka akur begitu.

"Wah, adikku cantik sekali." Suara Seokjin mengudara pertama kali, berjalan mendekat dengan senyum secerah matahari tersemat di wajahnya, dirinya beserta Namjoon baru saja menyambut para tamu di luar dan belum melihat Jisoo sedari tadi, yang dipuji memamerkan senyum malu, membuat Seokjin terkekeh gemas, "Aku masih tidak menyangka adik kecilku ini sudah akan menikah."

"Iya, adik kecil yang suka merengek ini sebentar lagi akan menjadi istri orang." Namjoon menyahut membuat Jisoo cemberut, kenapa kakaknya jadi bersatu untuk membuatnya kesal?

My Little Wife[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang