Day to remember

4.6K 492 38
                                    

"Ayo, oppa! Cepat!" Yoongi menghela nafas, mengerakkan kakinya dengn enggan mengikuti arah Jisoo berjalan dari belakang. Matanya mengawasi dalam diam tiap gerak-gerik yang istrinya perbuat, tak jarang ia mendapati mata gadis itu membulat dengan binar yang terpancar saat melihat beberapa makanan kecil terpajang di kios sekitaran Nakamise Dori.

"Saya mau itu satu." Jisoo berucap dengan tergagap, maklum ia baru saja belajar bahasa jepang beberapa menit lalu dengan Yoongi. Meski agak bingung dengan pelafalan aneh yang terdengar, ibu penjual tetap tersenyum dan memberikan sekotak mochi dengan varian beberapa rasa kepada Jisoo. Berucap untuk memberi tahu harga keseluruhan tapi nampaknya Jisoo tidak mengerti dan menolehkan kepala pada Yoongi.

"Berapa total semuanya?" Yoongi datang menghampiri saat mendapatkan signal minta pertolongan dari Jisoo, memberikan beberapa yen kepada penjual dan tersenyum mengucapkan terima kasih.

"Kau mau?" Yoongi mengeleng saat satu buah mochi dengan warna hijau tersodor di depan mulut, "Ini enak loh. Warnanya juga lucu-lucu, makan makanan khas Jepang di negaranya langsung memang berbeda ya." Si gadis bermonolog, melahap mochi selanjutnya dengan mata masih menatap kios sekitar, "Oh, oppa. Ada dorayaki!"

Tanpa menunggu jawaban Yoongi, Jisoo langsung melangkahkan kakinya mendekat ke arah kerumunan yang tengah mengantri untuk membeli dorayaki. Si gadis berjinjit untuk melihat bagaimana proses dari pembuatan kue kesukaan si Doraemon-karakter kucing dengan warna biru mencolok. Tapi pada dasarnya memiliki tinggi badan yang pendek, Jisoo tidak dapat melihat apapun selain bagian belakang kepala milik pengunjung lain di depannya.

"Oh!" Kalau saja Yoongi tidak sigap menahan tubuh Jisoo, mungkin saat ini dirinya sudah berciuman dengan tanah akibat terdorong pelanggan lain,

"Hati-hati." Kerongkongan Jisoo terasa tersendat, tidak mampu menjawab saat merasakan tangan milik Yoongi bertumpu di kisaran pinggangnya, "Kau mau dorayaki ini?"

"I-iya." Jisoo pikir Yoongi akan melepaskan pegangan di pinggang setelah dirinya berhasil mendapatkan dorayaki, tapi ia salah. Pemuda itu masih asik menumpukan tangannya di sana, berjalan dengan posisi seperti itu menyelusuri jalan Nakasime Dori bersama. Beruntung keadaan sekitar sedang ramai, jadi Jisoo yakin pemuda di sebelahnya ini tidak akan mendengar detak jantungnya yang bertalu cepat.

Jisoo memilih melahap dorayaki di tangan, tiba-tiba semua topik pembicaraan yang bersarang di otaknya buyar melambung pergi. Jarak ini terlalu dekat dan Jisoo masih belum terbiasa dengan jarak seminim ini, tubuhnya kadang menegang saat merasakan hembusan nafas Yoongi kala pemuda itu berbicara, "Kau mau membeli oleh-oleh untuk kakakmu?" Jisoo menolehkan kepala dan mendapati wajah milik Yoongi berjarak hanya beberapa jengkal dari miliknya. Ia bahkan dapat melihat bibir milik Yoongi yang tepat berada di depan matanya. Sial, kenapa pipinya memanas?

"Ji?" Jisoo berdeham, memaki diri sendiri karena membayangkan hal yang tidak-tidak.

"Ah iya, aku mau." Tubuh keduanya lantas berputar haluan, berbelok ke kanan dan masuk ke dalam sebuah toko yang menjual beberapa pernak-pernik khas Jepang, mulai dari Mini Chocin atau lentera mini, jepitan rambut, sumpit, kipas, lonceng angin, bahkan bel dan jimat.

"Ekhem." Jisoo mulai berdeham, "Oppa, ehm, bisa lepaskan tanganmu sebentar tidak?"

"Kenapa?"

"Karna jantungku sudah tidak sanggup lagi." Ingin hati mengatakan itu, tapi ia tahu itu sama saja cari mati. Mau taruh di mana wajahnya nanti? Jadi yang keluar dari mulut adalah, "Aku mau buang sampah."

Tanpa menjawab Yoongi mengabulkan permintaan Jisoo, membuat si gadis diam-diam menghela nafas lega, membuang sampah bekas bungkus dorayaki dan mochi tadi sembari mengucapkan kata terima kasih dalam hati, karna berkat mereka ia bisa terlepas dari jerat maut tangan sang suami.

My Little Wife[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang