Lean On Me

3.3K 482 45
                                    

"Kau sekarang memiliki adik perempuan, yang tentu saja diperlakukan berbeda dengan kedua adikmu yang lain. Jisoo perempuan dan perempuan sejatinya harus kau jaga. Seokjin, Papa mau memberikan tugas lainnya padamu. Jaga Jisoo dan sayangi dia seperti kau menyayangi dirimu sendiri."

"Kau adalah yang tertua, kau punya tiga adik yang harus kau jaga. Seokjin-ah, apapun yang terjadi kedepannya, jaga Namjoon, Taehyung dan Jisoo ya."

Ucapan Papa tergiang tiba-tiba, datang tanpa diundang dan berputar di kepalanya membuat Seokjin merasa bersalah tidak melakukan amanah yang sudah diberikan. Ia menghela nafas, amarah masih mendekam di dalam dirinya.

"Hyung," Panggilan itu membuat Seokjin menoleh dan menatap Namjoon yang menunduk, "Maafkan aku. Seharusnya aku tidak- Ini salahku. Aku, aku minta maaf."

Seokjin mengelengkan kepalanya, menyentuh pundak adiknya itu lalu memberikan senyum kecil di sana, "Ini bukan salahmu, tapi salahku." Saling bertatapan sebentar sebelum sebuah suara tangis milik Jisoo terdengar samar membuat hati keduanya berkedut.

Kau gagal, Seokjin.

Biasanya saat Jisoo menangis, Taehyung akan ada di sana untuk meledeknya habis-habisan, menggoda dan mengatakan Jisoo cengeng lalu mereka akan kejar-kejaran dengan Jisoo yang merengek pada kedua kakaknya yang lain. Lalu hal itu berakhir dengan Namjoon yang mengomeli Taehyung dan Seokjin yang membujuk Jisoo, tapi kini hal yang berbeda terjadi.

Seokjin dan Namjoon masih berada di luar, menyalahkan diri mereka sendiri dan hanya Taehyung yang berada di sana, ikut duduk memeluk Jisoo.

Daripada kata penenang ataupun kata yang menyuruh Jisoo untuk berhenti menangis, Taehyung justru menyuruh gadis tersebut untuk melakukan sebaliknya. Menangis sepuasnya bersama dirinya yang terus mengucapkan maaf.

Sore itu terasa sama dengan sore saat pemakaman kedua orang tuanya berlangsung, Seokjin dan Namjoon sibuk menata hati mereka, menyisakan Taehyung yang sebisa mungkin menahan tangisnya saat mencoba menjelaskan perihal ketidak adanya Mama dan Papa pada Jisoo kecil. Sore kelabu.

   

⊱─━━━━✧━━━━─⊰

Jisoo mengeliat dari balik selimut, matanya yang semula terpejam kini telah terbuka, semakin lama semakin lebar. Ia mencoba untuk bangkit dan menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina mata. Dirinya terlalu lelah menangis tadi hingga tanpa sadar ketiduran, dengan bodohnya menangisi ketragis-an hidupnya.

Sedikit banyaknya gadis itu berharap kalau ia hanya bermimpi, berharap kalau kemarahan kakak-kakaknya hanyalah mimpi, berharap kalau Yoongi tidak setega itu mempermainkan perasaannya. Iya, hanya berharap. Manusia'kan memang hanya bisa berharap, karna nyatanya semua yang ia harapkan tidak satupun terwujud.

Tempat ia tidur kini menjadi jawaban, kamarnya di rumah keluarga Kim, menyadarkan bahwa semuanya yang terjadi bukanlah mimpi. Yoongi memang sekejam itu. Oh, atau mungkin dirinya yang terlalu bodoh?

Jisoo tidak tahu rasanya akan semenyakitkan ini di bohongi oleh orang yang ia cintai, ah- cinta ya? Perasaan konyol itu baru saja berhasil ia identifikasi'kan.

"Jantungmu akan berdegub dengan kencang saat bersamanya, kau tidak bisa menahan senyum saat melihatnya ikut tersenyum dan hatimu akan sakit melihatnya bersama orang lain."

Setidaknya defisini akan jatuh cinta yang diceritakan oleh Mirae tempo hari sesuai dengan keadaan yang ia alami. Temannya itu menceritakan beberapa hal menyenangkan terkait jatuh cinta berdasarkan pengalaman pribadinya, tapi Mirae melupakan satu hal perihal konsekuensi dari sakitnya jatuh cinta.

My Little Wife[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang