ILIYB 32

332 22 2
                                    

Semua pasti terjadi, mau tidak mau, aku pasti akan pergi, mungkin akan mengundang sakit, tapi, aku hanya bisa menunggu kapan saatnya aku pamit.

♡♡ I Life In Your Body ♡♡
@dellatriyani

¤¤¤¤

Mungkinkah di masa depan kita akan saling menceritakan tentang hari ini, aku tak tahu, aku juga ragu, akan kah kita akan selalu bersama, tapi, yang aku tahu saat ini, dan yang paling aku inginkan, nantinya kamu akan selalu seperti ini, kamu tidak akan membenciku, ketika tau semuanya.

Aku tersenyum getir,  ketika melihat wajah damainya ketika sedang tidur, tanganku terulur untuk mengusap rambutnya, dia, yang sudah berhasil merebut hatiku, dialah suamiku.

Andaikan aku orang yang kuat, andaikan aku orang yang tidak lemah, pasti aku tidak akan menangis, hanya karena melihat wajahmu, tapi nyatanya, kini aku menangis, ketika mengingat sebuah hal yang menyakitkan, dan mungkin akan memisahkan kita.

Aku mudah rapuh, tapi aku selalu menyembunyikannya, aku munafik, aku selalu memasang topeng kepalsuan, karena aku hanya ingin terlihat baik-baik saja di depanmu.

Aku langsung menarik tanganku ketika dia bergerak, dan dengan cepat aku menghapus air mataku, kemudian aku beranjak dari tempat tidur, tapi, tiba-tiba dia menarik tanganku dan membawanya kedalam pelukan.

" Lepas, aku mau mandi " ucapku, dia malah mengeratkan pelukannya.

" Lima menit lagi" aku hanya pasrah mendengar ucapan-nya. Selama dalam pelukannya, aku menahan untuk tidak menangis lagi.

Aku melirik jam, ini sudah lebih dari lima menit, tapi, dia belum juga melepas pelukan-nya.

" Ih, lepas " kataku lagi, kali ini dia melepasnya. Aku menatapnya dengan kesal, dia malah tersenyum.

Aku terkejut, ketika dia mengecup bibirku, mataku melebar sempurna, dengan cepat aku mendorongnya, setelah itu, dia malah tertawa, menyebalkan.

" Makanya senyum, jangan cemberut, jelek tau" ucapnya.

" Bodo amat, aku mau mandi" kataku kesal, dan langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Begitu selesai mandi dan sudah lengkap berpakaain santai, aku melirik tempat tidur, ternyata Arsya sudah tidak ada, hari ini aku dengannya masih menikmati cuti menikah.

Aku menuruni anak tangga, aku berniat pergi ke dapur untuk membantu bibi menyiapkan makanan pagi.

Ketika berada di dapur, yang kulihat malah suamiku, dia masih memakai pakaian tidurnya, aku terkekeh melihatnya, kemudian menghampirinya.

" Masak apa, Mas"? Tanya ku, aku merasa aneh memanggilnya dengan sebutan itu.

" Lagi masak makanan kesukaan istri, Mbak" jawabnya, menyebalkan sekali dia mamanggilku dengan sebutan seperti itu, dengan cepat aku mencubit pinggangnya.

" Kok panggilnya Mbak, sih"? Tanyaku kesal.

" Kamu juga panggil aku Mas" ucapnya.

" Ya kan kamu suami aku" kataku membela diri.

" Emang harus gitu"? Tanya-nya sembari mematikan kompor, kemudian dia menatapku.

" Mungkin harus gitu" jawabku.

" Panggil Sayang aja, biar enak di dengar" katanya sembari tersenyum manis, Oh Tuhan, dia membuat pipiku merah. " Yaudah, ayok makan" lanjutnya, aku hanya mengangguk sembari mengikutinya menuju meja makan.

I Life In Your Body✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang