TD - 6

755 23 4
                                    

***

Yuri memasuki rumahnya dengan lesu, karena tempat yang paling Yuri benci adalah rumah, rumah dan rumah. Karena di rumah Yuri selalu merasa kesepian dan sendirian, padahal Yuri memiliki keluarga yang lengkap hanya mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing. Bunda dengan teman teman sosialitanya, sedangkan ayah dengan masalah kantornya.

Gadis itu tersenyum kecut saat melihat keadaan rumah yang sepi, padahal tadi pagi bundanya ada di rumah tapi sekarang tak ada. Yuri ingin seperti keluarga lain yang terlihat harmonis, dekat satu sama lain, rasanya pasti sangat menyenangkan.

"Jangan cemberut kau jelek! "

Yuri menatap ke sekeliling, di sini hanya dirinya sendiri lantas dari mana asal suara tersebut. Seketika bulu kuduk Yuri merinding, Yuri meraih tongkat golf milik ayahnya. Ia akan menghantam si penguntit atau apalah itu mengungkapkan tongkat ini, tetapi tiba tiba bayangan tentang malam itu terputar kembali di otak Yuri.

Gadis itu menggelengkan kepalanya pelan, "Keluar lu!! "

"Sesuai permintaanmu! " jawabnya dengan suara lembut.

Tiba tiba muncul seorang laki laki dengan pakaian serba hitam dari balik lemari, Yuri mengangkat tongkatnya tinggi dan bersiap memukulnya dengan kuat.

"Kyattt! " teriak Yuri menghantam si penguntit dengan sekuat tenaga.

Bruk
Bruk
Bruk

Yuri memukuli laki laki tersebut dengan bruntal, bahkan Yuri menutup matanya karena ia tak ingin melihat darah si penguntit. Yuri heran, mengapa si penguntit itu tak mengeluarkan suara kesakitan? Bahkan menyerang pun tidak.

"Apa yang kau lakukan? " tanyanya tanpa kesakitan.

Yuri membuka matanya lebar, dia menatap kaki sang penguntit. Menapak, tetapi dia tak merasakan kesakitan.

Yuri memundurkan langkahnya, "kyaa setan!! "

Yuri berlari ke lantai dua sekuat tenaga, tetapi tiba tiba hantu atau penguntit itu muncul di hadapannya.

Yuri kembali berlari ke bawah, tapi lagi lagi hantu itu muncul dengan senyuman lebarnya.

"Suttt jangan takut! " ucapnya mendekap tubuh Yuri erat.

Yuri mendorongnya cukup kuat, "Gimana gak takut ada set-"

"Saya bukan setan! " potongnya dengan cepat.

"Oh hantu? " tanya Yuri menelisiknya bingung.

"Bukan" jawabnya pelan.

Dia kembali mendekati Yuri dengan tatapan tertuju kepada buah dada Yuri yang begitu terlihat di balik seragam sekolahnya, Yuri mengikuti arah padangannya seketika Yuri menyilangkan tangannya di depan dada.

"Mundur! " pekik Yuri kesal karena pria itu terus mendekatinya dan menatapnya mesum.

"Diamlah nikmati seperti waktu itu! " ucapnya tersenyum miring.

Tubuh Yuri terjatuh ke sofa dengan pria itu di atasnya, Yuri membulatkan matanya. Dia tak mengerti apa yang pria atau hantu itu ucapkan, padahal mereka baru bertemu kali ini tetapi dia berbicara seperti itu.

"Tak ingat? Mari aku ingatkan! " ucapnya mulai mengendus leher jenjang Yuri.

Hantu atau apalah itu langsung mencium bibir Yuri dengan rakus, dan tangannya meremas payudara Yuri. Hantu ini adalah pemain yang sangat hebat, Yuri teringat akan malam itu permainannya begitu mirip.

"lepaskan ku mohon! " cicit Yuri pelan.

Hantu itu menggelengkan kepalanya pelan, "Ku lepaskan setelah aku puas! Malam itu hanya kau yang puas sedangkan aku tidak. "

Yuri menggelengkan kepalanya, dia tidak bisa mendiamkan kelakuan hantu yang tengah berada di atasnya itu. Yuri terus memberontak, tetapi hantu itu begitu kuat sehingga dia dengan mudahnya membuat Yuri tak berdaya.

"Sayang, " tiba tiba bunda datang dari luar dan menatap Yuri bingung karena pakaiannya yang berantakan dan gadis itu tertidur di sofa.

Yuri membulatkan matanya, dia menatap hantu yang tengah menciumi lehernya itu.

"Yang bisa melihat ku hanya kau, " bisiknya pelan.

"Hm? Yuri sedang melakukan kerja kelompok bun apakah bunda melihat temanku? " tanya Yuri gugup.

"Tidak tahu, bunda baru saja datang. "

Yuri menelan salivanya, dia menatap hantu yang tengah menciumi lehernya itu. Rasanya Yuri ingin berteriak, tetapi permainannya itu sangat memabukkan.

"Kamu mending ke kamar gih! Mandi! " perintah bunda tersenyum lebar.

Yuri mengangguk pelan, dia terlonjak kaget saat melihat hantu itu telah hilang entah kemana. Yuri berlari ke lantai dua, dia segera masuk ke dalam kamarnya dan menelisik ke sekeliling.

Secara tiba tiba dia muncul di hadapan Yuri dengan senyuman lebarnya, "mencariku ya? "

Yuri menggelengkan kepalanya, "tidak! Aku ingin mengusirmu! Setan pergilah. "

Dia mengerucutkan bibirnya, Yuri terdiam. Hantu itu begitu menggemaskan, tapi bagaimana dia hantu beda dunia dan menyeramkan.

"Kau menolakku? Bahkan waktu itu kau sangat menyukai jariku ini! " ucapnya menatap jari jari kecilnya.

Yuri membelak kaget jari saja sudah nikmat apa lagi yang itu-eh apa yang Yuri pikirkan.

"Aku tak menikmatinya! "

"Lalu? "

"Terpaksa! "

"Tapi kau mendesah nikmat! "

"Kau salah dengar! "

"Aku tidak tuli loh! "

Yuri melempar bantal ke arah hantu itu, ia sangat kesal. Tapi yang hantu itu ucapkan ada benarnya, meskipun tak semuanya.

***


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Devil Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang